Tangan Kayla bergerak membuka knop pintu. Pemandangan manis kembali menyambutnya dan membuat desiran aneh mengalir dalam darahnya. Di sana, Eca dan Eza tengah tertawa lebar karena sedang bermain bersama Raka.

Lelaki itu membawa Eca untuk duduk di atas pundak nya lalu berlari kecil membawanya seolah terbang seperti pesawat. Sedangkan Eza bergerak memegang sebuah kotak tisu yang anak itu jadikan sebagai remot pengontrol pesawat, dimana pesawat itu adalah adik kembarnya sendiri dengan Raka.

"Ekhmmm" Kayla coba mengambil fokus ketiga orang itu. Benar saja ketiganya langsung berhenti bermain. "Bunda pulang..." Ucapnya berjalan meletakkan kertas ditangannya di atas nakas lalu berlutut membuka tangannya bersiap menerima pelukan dari si kembar.

Tidak ada yang bergerak menyambut kepulangan Kayla. Kedua anaknya malah bersembunyi dibalik kaki Raka dengan raut ketakutan. Tidak hanya Kayla, bahkan Raka juga bingung melihat respon anak-anaknya.

"Kenapa? Gak mau peluk Bunda, nih?" Tanya Kayla.

Keduanya menyembulkan kepala di sisi kiri dan kanan kaki Raka lalu keluar perlahan dari persembunyiannya dengan wajah penuh rasa bersalah.

"Bunda maaf.... Kita cuma main pesawat-pesawatan kok sama om Captain" Lirih Eza.

"Kita gak nakal dan nyusahin om Captain. Iya kan, om?" Timpal Eca mendongak menatap Raka seraya mengedipkan sebelah matanya lucu meminta Raka untuk membantunya meyakini Kayla.

Sebelum pergi bekerja tadi Kayla memang menitipkan pesan pada si kembar untuk tidak merepotkan Raka. Termasuk Eca, dia memberi pesan pada gadis kecil itu untuk tidak turun dari ranjang sampai dia kembali walau infus ditangannya sudah di lepas. Mungkin karena hal itu anak-anaknya kini merasa bersalah.

Dan–tunggu! Apa Kayla tidak salah dengar? Anak-anak nya menyebut Raka dengan panggilan Om Captain? Ia sedikit menghela nafas pelan. Semua ini pasti ulah Raka.

"Bunda gak marah sayang.... Sini peluk Bunda" Pinta Kayla lembut seraya tersenyum.

Raut wajah kedua anak kembar itu berubah sumringah. Mereka berhambur memeluk Kayla erat secara bersamaan. "BUNDA TELBAIK! MAKASIH BUNDA...." Teriak keduanya.

"Sama-sama sayang" Kecupan lembut Kayla beri di dahi Eca dan Eza setelah pelukan mereka terlepas. "Kalian main berdua dulu ya. Bunda mau bicara hal penting sama Om Raka"

Keduanya mengangguk kemudian menaiki sofa duduk disana sembari membuka sebuah buku cerita yang Raka beli untuk mereka, walau sejujurnya kedua anak itu sendiri belum bisa membaca. Mereka hanya melihat-lihat gambar di dalamnya.

"Mau bicara apa?" Tanya Raka.

Kayla hanya beranjak berjalan ke luar tanpa berniat membalas ucapan Raka. Lelaki itu menghela nafas pelan mengikuti Kayla keluar ruangan meski hatinya tidak tenang. Dia tidak siap jika Kayla meminta dirinya untuk menjauhi anak-anak lagi.

Di lorong rumah sakit yang hening sepasang mantan suami dan istri itu saling menatap dalam di kursi tunggu. Yang Raka takutkan benar terjadi, Kayla memintanya untuk menjauhi anak-anak setelah Eca keluar dari rumah sakit.

"Kenapa harus, Kay?" Tanya Raka lirih. Dadanya sesak sekali mendengar ucapan Kayla yang memintanya pergi. "Mau kamu suruh anak-anak buat panggil aku om juga gak masalah, tapi jangan minta aku menjauh dari mereka" Sambungnya.

"Aku cuma gak mau mereka bergantung sama kehadiran kamu" Ujar Kayla tegas beranjak berdiri. "Jangan memberi harapan lebih soal kebahagiaan sama mereka, seperti dulu kamu memberi harapan itu ke aku dan berujung bukan bahagia melainkan luka yang kamu beri"

BROTHER BUT MARRIAGE "BBM" [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now