Saat Kayla ingin berjalan mendekati Raka sudah lebih dulu menghentikan langkah wanita itu dengan melemparkan sebuah flashdisk kecil di atas ranjang. Alis Kayla menyatu bingung menatap benda kecil itu dan Raka bergantian.

"Buka file di flashdisk itu" Titah Raka terdengar tajam seraya memakai kaus putih dari dalam lemari. Ia bahkan tidak menyentuh pakaian yang telah Kayla siapkan untuknya.

Kayla memilih menuruti bergegas mengambil flashdisk tersebut lalu membuka filenya di laptop miliknya. Terdapat rekaman suara di sana, "Ini rekaman apa, Ka?"

"Hidupin"

Tidak ingin mendapatkan amukan yang membuat trauma nya kembali kambuh Kayla memilih mengikuti perintah Raka dengan jantung berdetak cepat. Perasaannya mendadak gelisah.

Rekaman suara itu mulai berputar menghasilkan percakapan yang sama seperti Raka dengar sebelumnya. Kayla membulatkan matanya tidak percaya. Ia bahkan menutup mulutnya menatap Raka yang tengah duduk bersantai di sofa sembari memainkan ponselnya. Bagaimana bisa percakapan ini ada pada suaminya?

Jadi ini alasan sikap Raka berubah dingin padanya? Kayla beranjak berdiri mendekati Raka yang kini ikut berdiri menatapnya dengan wajah datar dan tatapan tajam. Tidak ada sedikitpun kehangatan terselip disorot matanya.

"Ka, aku bisa jelasin" Kayla memegang lengan Raka berharap lelaki itu mau mendengarkan penjelasannya terlebih dahulu.

"Jelasin" Ucap Raka tajam.

"Percakapan itu–" Kayla sedikit menunduk saat rasa pusing menyerang kepalanya. Tangannya yang memegang lengan Raka ia gunakan sebagai tumpuan agar tidak jatuh.

Raka menepis kasar tangan Kayla dari lengannya membuat wanita kaget terhuyung mundur selangkah. "Rekaman itu bener?"Tanyanya mengintimidasi.

Kayla diam tidak menjawab masih mencoba menahan rasa sakitnya. Sungguh! Ini benar-benar sakit, rasanya tubuhnya juga mendadak lemas luar biasa.

"JAWAB GUE!!"

Wajah pucat Kayla terangkat menatap Raka ketakutan dengan mata berkaca-kaca. "R-rekaman itu bener. Aku memang merencanakan hal itu dengan Brandon, t-tapi yang harus kamu tau aku udah coba menolak kerjasama itu berkali-kali"

Raka hanya diam tidak merespon apapun.

"Kamu percaya aku kan, Ka?"  Lirih Kayla. "Dan untuk pengobatan Mamah–"


Brugh


Raka menendang kursi rias di sampingnya hingga menimbulkan bunyi dentuman kuat yang membuat tubuh Kayla semakin bergetar ketakutan.

"MUNAFIK! JADI SELAMA INI LO JUGA CUMA PURA-PURA CINTA SAMA GUE?!"

Kayla menggeleng cepat. "Untuk itu aku gak pernah bohong soal perasaan aku, Ka. Aku beneran cinta sama kamu. Percakapan itu gak sepenuhnya benar, ada beberapa–"

"TUTUP MULUT KOTOR LO ITU!" Bentak Raka menumpahkan emosinya. "Nyesel gue pernah percaya bahkan sampai naruh hati ke orang yang salah. Lo munafik, Kayla!"

Sakit sungguh, mendengar ucapan Raka barusan luka lama di hati Kayla kembali terasa perih. "Ka, aku mohon tolong untuk kali ini percaya aku. Jangan bentak aku kayak gini, aku takut...."

"Drama lagi, hmm?! Penyakit gangguan kecemasan lo itu juga pasti cuma bagian dari skenario kebohongan yang lo dan Brandon buat kan?!"

"RAKA!" Bentak Kayla tidak terima dengan wajah memerah menahan amarah. Tidak taukah Raka dia bahkan sudah bersusah payah mengendalikan traumanya.

BROTHER BUT MARRIAGE "BBM" [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now