Mata Gladys berkaca-kaca melihat Raka direndahkan oleh papahnya. Dia benci saat papahnya harus terus menjatuhkan Raka dengan segala kalimat tajamnya. "Pah, ucapan papah udah melawati batas"

"Diam Gladys, sebelumnya papah sudah peringatkan kamu untuk mencari laki- laki yang pintar akademik atau se ahli dengan papah bukan?"

Merasa sudah merusak suasana rumah kekasihnya, Raka memilih berdehem kemudian membuka suara. "Maaf kalau om kurang menyukai kemampuan saya. Sepertinya hari sudah berganti malam, saya izin pamit" Putusnya menyalami Sinta dan Wira bergantian.

"Aku antar kedepan ya, Ka?" Tawar Gladys.

"Tidak usah Gladys! Dia tau jalan keluar, tidak perlu melakukan itu" Perintah Wira.

Sinta menyenggol lengan suaminya kembali memperingatkan."Pah"

Wira menghela nafas berat kemudian mengangguk malas. "Yasudah antarkan dia keluar"

Setibanya di halaman rumah Gladys menahan tangan Raka yang hendak menghidupkan motornya. "Maafin papah ya, Ka"

Raka mengangguk sambil tersenyum manis. "Gak masalah, Dys. Aku faham kenapa papah kamu setegas ini sama pasangan kamu. Kamu anak perempuan semata wayangnya"

Semenit hingga tiga menit berlalu Gladys tetap dalam posisinya. Menahan tangan Raka seraya melamun memandangi lelaki itu. Menyadari Gladys yang masih tetap dalam lamunan Raka menggenggam tangan gadis itu erat. "Jangan dipikirin, sayang. Aku gak papa"

"K-kamu gak kapok kan buat datang lagi ke rumah?"

Raka tertawa renyah mengacak puncak kepala Gladys lembut. "Ya gak lah. Masa segitu doang mundur"

"Hati-hati ya di jalan"

"Iya cantik"

Raka melepas genggaman tangannya. Gladys mundur memberi jalan pada Raka untuk segera pergi. Mereka saling melambai sampai akhirnya motor Raka menghilang dari pandangan Gladys.




°°°°°




Kayla masih berusaha memberontak agar di lepaskan. Penampilannya sudah acak-acakan mengingat para lelaki berandal ini menariknya untuk mengikuti mereka dengan cara keji. Dari mulai menjambak rambutnya, menarik tasnya, mencekik lehernya, bahkan menarik seragam sekolahnya tanpa perasaan.

"Ikat dia kursi" Perintah lelaki yang memerintahkan teman-temannya untuk membawa Kayla tadi.

Setelah berhasil mengikat Kayla lelaki dengan tatapan tajam itu menatap rendah Kayla dengan senyum smirk nya. "Mau pulang hm?"

Kayla mengangguk pelan dengan air mata yang membasahi pipinya. Dia benar-benar takut dan tidak bisa berpikir jernih cara untuk melarikan diri dari gedung kosong ini. Apalagi sekarang kondisinya sudah terikat.

Saat ditarik kedalam sini pun dia sudah melakukan berbagai cara, menendang kemaluan para lelaki itu, memukul, menampar tapi semua sia-sia.

Jika hari ini sesuatu yang menjadi ketakutannya terjadi, maka dia tidak akan bisa memaafkan dirinya sendiri termasuk lelaki yang telah mengingkari janji untuk menjemputnya. Raka, nama itu kini membuatnya semakin menangis deras.

"Lo boleh pulang dengan hadiah sebagai pilihannya. Gimana?" Tawar lelaki dihadapan Kayla.

"Brandon lama lo!!! Buruan ke intinya" Celetuk salah satu lelaki dari banyaknya laki-laki di sana.

BROTHER BUT MARRIAGE "BBM" [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now