DEEP [ENAM PULUH SEMBILAN]

Start from the beginning
                                    

🌊🌊🌊

Dekka sudah selesai dengan sarapannya. Ia masih menggunakan celana pendek dan kaos. Sekarang ia sedang duduk di balkon rumahnya. Mencoba berpikir lagi dan lagi. Dekka pikir setelah kepalanya disiram air segala hal yang ia pikirkan akan ikut luntur. Nyatanya tidak semudah itu. Pikirannya bukanlah noda yang bisa dibersihkan. Melainkan dihadapi dan diselesaikan.

"Mas Dekka ini kopinya," Bibi meletakkan cangkir kopi di meja dekat duduk Dekka.

"Bi, Dekka boleh nanya sesuatu engga?"

"Ya boleh dong Mas, ada apa atuh?"

"Bi, kalo orang yang Bibi sayang milih nikah sama orang lain apa yang Bibi lakuin?"

"Bibi bakal dateng ke pernikahan itu Mas,"

Dekka mengrenyitkan dahinya, "Kenapa Bi?"

Bibi tersenyum kepada Dekka, "Karena menyayangi tidak harus memiliki Mas. Kalau pun Tuhan engga mengizinkan kita buat membahagiakan orang itu, setidaknya ada satu hal yang Tuhan izinkan. Tuhan izinkan kita buat mengantar bahagianya dia buat yang terakhir kalinya. Dengan begitu kita sudah menyelesaikan tugas kita yaitu membahagiakan dia dengan cara apapun bahkan merelakan dia bersama lainnya."

Deg!

Jantung Dekka hampir saja mencolos dari tempatnya. Hati kecilnya membeberkan kata-kata Bibi. Yah. Bukankah ini adalah kesempatan Dekka untuk membahagiakan gadis manisnya itu? Bukankah ini adalah tugas terakhirnya? Mengapa dia melupakan hal ini?

Dekka lalu tersenyum kepada Bibi, "Makasih Bi udah nyadarin Dekka."

Setelah itu ia buru-buru menuju kamarnya dan siap-siap untuk pergi ke tempat gadisnya. Dekka melirik jam tangannya. Masih ada waktu sebelum nanti malam acaranya di mulai. Take off pesawatnya juga masih satu jam setengah lagi. Yah Dekka benar-benar sudah mantap. Dia sudah yakin dengan keputusannya ini.  bagaimanapun dia sudah siap. Dekka juga mengabari seseorang di sana. Agar kedatangannya tidak menyebabkan hati siapapun terluka. Agar kedatangannya tidak membuat hati gadisnya gelisah. Yah begitulah ekpektasi Dekka dengan rencananya.

🌊🌊🌊

Quinta menatap pantulan dirinya di kaca. Dirinya sudah siap dengan gaun pesta abu-abunya. Simpel namun elegan. Yah itulah Quinta.

Tok tok tok

Terdengar pintu kamar hotel Quinta diketuk oleh seseorang. Yah Mereka berlima memang menginap di hotel yang tentunya sudah di booking oleh Abel.

"Masuk aja ga dikunci Dis, La, Na, Rel. "
yah Quinta tau itu Gladis, Nila, Aruna dan Arel. Mereka semua masuk. Gladis terlihat dengan gaun selutut warna pink pastel, Aruna mengenakan gaun biru selutut, Nila mengenakan gaun Lilac selutut, dan Arel mengenakan setelan jas. Yah mereka semua saling pandang satu smaa lain lalu tersenyum. Tidak terasa pertemanan mereka sudah memakan waktu yang lama. Bahkan mereka sampai tidak sadar bahwa mereka sekarang bukan anak sma lagi. Mereka sudah dewasa. Dan mereka bisa sejauh ini melewati berbagai rintangan yang menghadang persahabatan mereka.

Namun hanya kurang satu penyelesaian saja. Dan penyelesaian itu bukan sepenuhnya hak mereka. Ini adalah antara dua anak manusia yang saling menyayangi. Ini adalah antara sahabat dan cinta. Memang sulit. Namun rasa-rasanya sungguh mereka yakin kedua anak itu akan melewati segalanya dengan baik-baik saja. Maka dari itu mereka berlima pasrah dan menghargai apapun keputusan keduanya nanti dna apapun yang ingin digariskan oleh semesta nantinya.

"Dekka gimana Dis?"

"Gaada perkembangan. Tapi nomer dia udah aktif. Tapi pesan gue kaga di baca."

-DEEP-Where stories live. Discover now