77: Mad Symphony

921 72 12
                                    

Ayumi menggenggam biolanya erat-erat dan melangkah maju, perlahan-lahan membangun keberanian yang sebelumnya tidak dimilikinya. Para shoreal—para penontonnya—menoleh ke belakang untuk  melihat sang gadis lebih jelas. Siulan-siulan terdengar, beberapa mata mengerling ke arahnya.

Mortimer duduk di sebuah kursi pendek di atas panggung, cello-nya bersandar di paha. Matanya menjelajahi Ayumi dari atas sampai bawah. Sang pengendali ilusi menundukkan wajah, muak. Tangannya yang menahan biola mulai gemetar.

Dirasakannya napas Flakea di telinganya. "Tenang, sabar. Kau bisa melakukannya. Tegarlah."

Ayumi hanya membalasnya dengan anggukan pelan. Flakea menggenggam bahunya sejenak, kemudian berenang pergi—sepertinya ke lantai atas. Kini ia sendiri.

Pikirkan musikmu saja. Apa yang mau kau mainkan?

Gadis itu mempercepat langkahnya ke arah panggung begitu mendengar dehaman tak sabar dari Mortimer—ia sudah menghabiskan banyak waktu di ruang ganti tadi. Mengikuti instruksi mata pria tersebut, didudukinya kursi yang tersisa di atas panggung; meskipun ia berharap bisa menarik kursinya sejauh lima meter dari Mortimer dan bukannya tepat di samping pria itu. Mortimer berbau aneh. Sang gadis ilusi mengerutkan hidung, pusing. Seperti bau amis bercampur lipstik dan parfum.

"Selamat datang," gumam Mortimer singkat. Kemudian, seolah bisa membaca pikirannya barusan, "baumu harum."

Ayumi bergidik. Hiraukan. Ia menghela napas, dan mulai menarik nada D minor....

... sebelum suara deritan cello menghentikannya tiba-tiba. Mortimer telah bermain dari tadi. 

Permainan musik sang pengendali perusak segera memenuhi telinganya. Menenggelamkannya dalam lautan hitam dan darah.

***

"A-astaga. Jangan. Jangan-jangan-jangan-jangan." Mata Higina melebar menatap perubahan perlahan di sekelilingnya. Dinding ruangan ini mulai bergetar. Seolah ada makhluk buas di baliknya, memaksa ingin masuk. Kerangka ikan mati dan kepala hiu yang masih mengepulkan darah tergantung di langit-langit. Di setiap jengkal ruangan, musik biola yang menyayat hati bermain. Higina refleks menyumpal telinganya, bergerak menjauh dari pintu. Kelima temannya melakukan hal sama.

"Ada apa?" sang pangeran bertanya. Namun pertanyaannya teredam oleh jeritan-jeritan shoreal di bawah sana, dan ia langsung menyumpal telinganya lebih rapat lagi.

"Grey Froth sialan. Kalau jaraknya... sedekat ini... agh!" Sakura mendecih. Wajahnya mengernyit kesakitan. "Begini, Taku. Tutup... t-telingamu... apa pun... apa pun yang terjadi. Aaah!"

Musik itu terus bermain, bertambah keras dan bertambah keras. Kini dinding ruangan berubah semerah darah. Gelegak tawa para shoreal terdengar. Bau amis dan harum mawar tercium berganti-gantian, memenuhi Takumi dengan berbagai respons sekaligus. Ia berusaha berpikir. Ada di mana aku? Ia tidak bisa berpikir apa-apa.

Ketiga shoreal kecil itu telah lebih dulu pingsan, dan Sakura mungkin akan menyusul. Tidak ada yang bisa mereka lakukan sampai gelombang ilusi ini pergi. Bahkan Rira pun hanya terpaku di sudut ruangan, menarik napas dalam-dalam, memeluk Metsuki erat-erat. Kucing itu terus mengeong lemah.

***

Selama sesaat, Ayumi tidak bisa berpikir; setiap indranya dipenuhi berbagai respons sekaligus. Siapa aku? Di mana ini?  Sensasi kental darah menggulung di permukaan kulitnya. Rambut hitamnya membelit di sekitar tubuh, nyaris mencekiknya. Di suatu tempat, terdengar samar-samar deritan sedih cello bermain, dan—di mana biolaku?

Satu hal yang Ayumi tahu, bahwa saat ia membuka mata nanti (atau ia sudah membuka mata dan tempat ini gelap sekali), tempat ini tidak akan lagi menjadi Undamarie. Yang ia takutkan adalah tempat seperti apa yang dibayangkan Mortimer untuknya. Mungkin dasar Palung Abyter, yang bisa merobek tubuh siapapun kecuali pengendali air dengan tekanannya. Mungkin sarang hiu, yang juga bisa merobek tubuh siapapun dengan gigi mereka. Ayumi segera menepis pikiran itu. Terlalu banyak imajinasi buruk, dan khayalannya akan menghancurkan seisi Lunaver. Seluruh dunia ini, bahkan.

ElementbenderWhere stories live. Discover now