42.1: Think, Takumi, Think!

2K 84 1
                                    

“Oke, oke. Kami menyerah!” teriak Takumi putus asa. Kedua tangannya terangkat. Pisau itu tergelincir dari jemarinya, menghantam tanah di bawahnya. Takumi menahan napas; kalau pisau itu patah, mampuslah dia. Tanah di sini lumayan keras untuk menghancurkan sebuah baja. Ia menunduk, melihat pisau itu masih baik-baik saja, dan langsung menggesernya ke arah kakinya. Takumi tidak akan semudah itu membuang senjatanya.

Di sebelahnya terdapat Ayumi, menjatuhkan busur biolanya; dan Rira, menjatuhkan shurikennya. Tabitha dan Higina berada di belakang mereka, meletakkan senjata mereka dengan hati-hati. Pasukan kecil elf ada di hadapan mereka; rakyat biasa yang sudah terlatih dengan busur dan panah. Jumlah mereka sekitar 15 orang. Masing-masing dari elf tersebut memiliki mata yang sama—lancip, miring ke atas, dan kosong. Mereka lebih mirip boneka daripada makhluk hidup di mata Takumi. Ia mengerti sekarang; hipnotis yang dilakukan dalang pertunjukan boneka tadi menghapus sebagian memori mereka, bukan mengubah para elf menjadi pasukan tanpa otak. Akan lebih mudah mempekerjakan elf yang hilang ingatan daripada monster yang masih mengingat semuanya.

Takumi tersenyum getir. Hilang ingatan.

Pasukan elf tersebut tidak bergeming. Mereka merasa di atas angin sekarang—lima belas lawan lima. Di sisi lain, para elf akan terus menyerang kelima pengacau ini sampai mereka kalah, atau menyerah. Dan sekarang kelima pengacau ini sudah menyerah.

Takumi hanya ingin mengistirahatkan tangannya, sambil memikirkan cara mendorong pasukan elf menjauh dari Etheres. Pasukan-pasukan itu ingin menggiring mereka ke hadapan Synthetic Elf, tentu saja, yang berarti memasuki Sanctuary Tree—di mana di sana ada Sakura. Bagaimana kalau mereka berbalik menyerang Sakura juga?

Higina menyikut pundak Rira yang berdiri di depannya, berusaha agar gerakan tangannya tidak tertangkap mata pasukan elf.

“Strategi kita salah,” bisiknya pelan. Nada suaranya sinis sekaligus putus asa.

Rira mengoreksinya dengan nada tajam. “Kita tidak melakukan strategi apa-apa sedari tadi. Hanya mempertahankan diri.”

Mereka tidak mempersiapkan diri untuk penyerangan segila ini. Satu-satunya rencana adalah kabur ke kediaman Maurice, tetapi itu berarti meninggalkan Sakura dan Genma sendirian—dan mereka akan bertemu lebih banyak elf dalam perjalanan ke sana. Tidak ada elf yang bisa dipercaya selain Maurice dan cucu-cucunya. Hanya sedikit orang yang bisa mereka percaya dalam perjalanan ini.

“Bawa kami ke pemimpin kalian,” Takumi berteriak lantang. “Kami tidak akan berontak. Kita bahkan bisa... berbaikan.”

Para pengendali elemen terkejut, kebingungan.

Elf yang berdiri di barisan paling depan mengangguk, wajahnya terlihat puas. Ia menurunkan busur dan panahnya. “Turunkan senjata kalian!” perintahnya. Para elf menurunkan senjata mereka masing-masing. Melihat pengaruh kuat yang diakibatkan oleh perkataan elf itu, Takumi menduga dialah sang pemimpin pasukan. “Bawa mereka ke hadapan Synthetic Elf. Atau lebih baik lagi, bawa mereka ke penjara bawah tanah.”

Takumi terhenyak. Gagal sudah rencana itu. “Kukira kalian hanya—“

“Ini perintah!” teriak elf itu lebih keras lagi, karena pasukan elf di belakangnya belum juga bergerak meringkus kelima pengacau ini. “Segera, atau hidup kalian berakhir di sini. Cepat!”

Beberapa elf keluar dari barisan, dengan sigap menangkap para pengendali elemen yang memberontak dan berusaha melepaskan diri, merebut senjata-senjata mereka. Para pengendali elemen melirik ke arah Takumi dengan tatapan tajam. Takumi sendiri diringkus oleh sang pemimpin pasukan; tangan-tangan kasar sang pemimpin pasukan mencapit pergelangan tangannya, nyaris membengkokkan sikunya.

ElementbenderWhere stories live. Discover now