17: Welcome to Elemental Realm

2.8K 155 6
                                    

"S-sudah aman, 'kan?" Sakura yang pertama kali menghambur masuk ke dalam hutan, mengawasi keramaian kota dari balik pepohonan. Kelima temannya mengikuti. Mereka tercekat sesaat ketika melihat seseorang lewat sepuluh meter dari tempat mereka berdiri, tetapi orang itu bahkan tidak memedulikan pepohonan di sebelahnya. Keenamnya menghela napas lega.

"Hei, kau masih tidak berhak menyeret-nyeretku begini," gerutu Takumi, sambil membebaskan tangannya dari cengkeraman kedua pengendali elemen. "Baik. Aku mau percaya tentang semua ini. Terserah apa kata Helen nanti.... Tunjukkan aku di mana dunia elemen itu."

"Tidak jauh, kok," kata Tabitha. Ditunjuknya lantai hutan bersaput dedaunan di bawah kakinya. "Kau bisa lewat situ. Tapi Ayumi yang paling pintar membuatnya."

Takumi mengerutkan kening. "Maksudnya?"

"Yang Mulia," Ayumi maju ke depan, menghadapi sang pangeran. Ada kecanggungan aneh di antara mereka. "Masih ingat soal... portal? K-kami membuat portal, seperti... seperti seluncuran bawah tanah? Err—kemudian, seluncuran itu mengarah pada sebuah portal vertikal yang... membawa kita ke... seluncuran bawah tanah di dunia elemen—eh?" Bagus, Ayumi merutuk-rutuk dalam hati; ia sudah merusak kesempatannya untuk membuktikan bahwa gadis percaya diri adalah yang lebih baik.

"Tapi tempat ini kering sekali," komentar Higina kecewa. "Kita tidak bisa membuat portal di tanah yang kering, sama seperti marmer yang kotor."

Higina berlutut di atas lantai hutan, menyingkirkan beberapa daun cokelat dari tanah, memperlihatkan tanah cokelat yang gersang dan tak terawat. Dipejamkannya kedua mata; sebelah tangannya menggores lantai hutan dengan hati-hati. Beberapa saat kemudian, muncul tunas-tunas tanaman dari bekas goresannya—sementara tanah yang semula kering berubah segar dan terawat. Sang pengendali kehidupan membuka matanya. Ia tersenyum.

"Ini lebih baik."

"Sekarang... u-untuk portalnya," gumam Ayumi. Ia berlutut di tempat Higina sebelumnya, mengukir sebuah lingkaran luas di tanah yang lunak, mundur beberapa langkah ketika lingkaran tersebut mulai memunculkan simbol-simbol abstrak Evaliot kuno. Bayangan itu kemudian memudar, seperti tutup yang dibuka; memperlihatkan jalur bawah tanah.

"Sekarang Anda tinggal—"

"Tunggu dulu. Masuk? Ke sana?" Takumi menatap tanah yang terbuka dengan ekspresi seolah ia baru saja kena April Mop. "Bagaimana aku bisa kembali nanti?"

Sakura menyambar. "Untuk apa? Kami sudah cukup berurusan dengan manusia. Sekarang yang kami butuhkan hanya pulang." Ditariknya tangan Ayumi, yang menarik tangan Higina, yang menarik tangan Tabitha, yang awalnya ingin menarik tangan Rira tetapi urung karena ingat bagaimana sakitnya, dan akhirnya menarik tangan Genma, yang menarik tangan Rira, yang menarik dengan paksa tangan Takumi. Sakura melompat masuk ke dalam portal; sementara kelima temannya ikut tertarik masuk ke dalamnya. Sang pangeran tidak bisa menahan keinginannya untuk menjerit.

"Kalian gila—AAAAA!"

Dan mereka berputar-putar, berputar-putar, menukik dan berbelok dan berbalik dan terpeleset di dalam kegelapan; seolah-olah ada seluncuran tak kasat mata di bawah tubuh mereka. Seluncuran itu mengarah jauh lebih dalam, turun, turun, bahkan melompat naik. Takumi memejamkan mata erat-erat. Lebih mirip menaiki roller coaster tanpa pengaman. Roller coaster itu membawa mereka menanjak dan terjun bebas—dan tanjakan terakhir membuat ketujuh orang itu terlempar ke sebuah portal gelap. Portal menuju dunia elemen.

***

Takumi menjadi yang terakhir yang memanjat keluar dari portal, sebelum portal tersebut tertutup. Setelah beberapa lama berada di kegelapan hutan, ia tidak langsung bisa melihat sekeliling dengan jelas. Dikuceknya mata berkali-kali.

ElementbenderWhere stories live. Discover now