62: Someone Whom You Loved...

1.7K 71 3
                                    

“Bagaimana rasanya kehilangan seseorang yang kau cintai... karena orang lain yang juga kau cintai?” tanya Aloysius tiba-tiba. Suaranya terdengar malas sekaligus serius. Genma terhenyak. “Bagaimana rasanya ditinggal dua orang yang sebelumnya menyayangimu? Jawab. Jawab.”

Genma tertawa renyah. Suara gelaknya membuat Aloysius semakin meradang. Ternyata Űbeltat bukan apa-apa selain orang aneh yang suka menghamburkan uang dan menanyakan pertanyaan-pertanyaan cengeng, mengancamnya dengan gertakan sambal dan bahkan tidak menyadarinya sebagai Furious Knight sebelumnya. Semudah itukah lawannya malam ini? “Kalau ini salah satu trik pengalihan pikiranmu, maaf. Tidak semudah itu.” Ia masih menyembunyikan pedangnya yang satu lagi di balik punggung, terlindungi lipatan sayapnya. Pedang itu tidak akan dikeluarkan kecuali ketika keadaan semakin mendesak.

“Itulah salahmu, Genma,” tanpa diduga, Aloysius membalas tawa pemuda itu dengan senyum pahit “Kau hanya menganggap semua kerusakan ini sebagai petualangan. Tidak pernah melihat segala sesuatu seperti seharusnya,” Tatapannya beralih pada pedang berukiran bunga bakung yang berada dalam genggaman Genma. “Bah. Sifat anak muda biasa—berkeliaran, membunuhi siapapun yang tidak mereka sukai. Anak muda sepertimu juga bukan pemimpin yang berkompeten, iya ‘kan, Genma?”

Genma menggeleng, tidak terpengaruh oleh perkataan Aloysius. Senyum tipis yang mengejek masih terulas di wajahnya. Ia tetap Genma meskipun dianggap sebagai gelandangan, direndahkan oleh rakyatnya sendiri, dan ditantang oleh pemimpin baru Pyrrestia yang lebih tua darinya.

“Aku tidak memakan harta mereka, menghukum orang tanpa alasan jelas dan mencobai semua perempuan yang kulihat, Tuan-Pembunuh-Pelacur,” gumamnya. “Ada banyak alasan untuk menggiringmu ke pengadilan. Dan ke meja eksekusi.” Ia tersenyum tipis melihat ekspresi kesal di wajah lawan bicaranya. Pria itu benar-benar terganggu sekarang.

“Jawab pertanyaannya,” gerutunya.

“Buat apa?” Genma mencibir. Sikap bandelnya muncul lagi; alis bertaut, sebelah kaki menahan berat tubuh sementara satunya lagi mencondong ke samping, berkacak pinggang. Ia lebih mirip seorang anak liar yang nakal daripada gentleman. “Dua orang menyayangi apa? Kalau apapun itu terjadi, aku akan berusaha merebut mereka kembali, Alois. Puas?”

Aloysius terhenyak. Jawaban Genma membuatnya tertegun. Ia menyandarkan punggungnya yang letih pada pinggiran meja, berpikir. Keramaian pesta masih memenuhi ruang telinganya. Suara-suara itu terasa jauh, tidak bermakna lagi, tidak penting bagi hidupnya sama sekali. Aloysius tertarik ke dalam kenangannya sendiri. Sesuatu dalam kenangan itu membuatnya geli. Ia... pernah patah hati? Lucu sekali. Pada Arashi, atau Ælfric? Buat apa aku punya hati? Toh aku hanya monster berbaju necis.

“Kita bisa bicara baik-baik,” perkataan Genma menyadarkannya kembali dengan siapa ia berbicara. Seorang anak bandel sialan. “Tidak akan ada darah, tidak ada senjata, tidak ada kerusakan. Aku janji. Kita gentlemen, bukan preman, oke?”

Nah, anak sialan ini mulai terdengar dewasa, sepertinya.

“Kau hanya Tuan-Aristokrat-Pembunuh-Pelacur biasa, Alois,” lanjut Genma, tidak peduli apakah Aloysius meresponnya atau tidak. “Aku pernah melihat pengendali pengganti lain dan dia jauh lebih tinggi, lebih pucat, dan seratus kali lebih serampangan.” Genma menarik napas sebelum melanjutkan kata-katanya. “Seharusnya kau punya kelas, Alois. Bukannya berteriak di depan mukaku layaknya orang... yah,” pemuda itu tertawa lagi. “Kalian sama saja, ternyata.”

Ælfric, pikir Aloysius cepat. Siapa lagi yang tinggi, pucat, dan serampangan kalau bukan dia?

Secepat kilat, dipungutnya rapier-nya yang tergeletak di lantai dan dicengkeramnya kuat-kuat. Sebelah tangannya yang bebas menjambak kerah jas Genma sekali lagi, memaksa pemuda itu bertatap mata dengannya, sementara tangannya yang satunya menempelkan ujung rapier pada samping leher Genma. Ia bisa menusukkannya dengan mudah kapanpun ia mau. “Genma,” bisik Aloysius dingin, suaranya berubah serak. “Andaikan dua orang yang kau cintai mencintai satu sama lain, salah satunya berbalik membencimu dan ingin menyakitimu, dan yang lainnya mengikuti, siapa yang akan kau bunuh duluan?”

ElementbenderWhere stories live. Discover now