91: Decadent Deluge

253 20 4
                                    

[Maaf telat sehari! Saya bener-bener lupa posting kemarin...

With that said, nothing much happened here. The real 'boom' starts in next chapter.]

.

"Merunduk!" teriak Genma, di tengah desingan udara dan hujanan peluru. "Semuanya-merunduk!"

Tembakan demi tembakan pistol terdengar, dan keenam buronan tersebut tidak berani menoleh ke belakang. Sepasukan tentara elf tengah mengejar mereka. Teriakan marah, dengungan sayap serangga, jeritan kesakitan, aroma darah yang perlahan tercium....

Genma sendiri mempercepat laju terbangnya. Tidak ada lagi yang bisa ia lakukan. Pantai selanjutnya masih satu kilometer lagi, dan bertarung di atas permukaan laut-sambil membawa seorang pangeran tanpa sayap, terutama-hanya akan memperlambat gerak mereka. Di belakang, dirasakannya deru sayap teman-temannya mulai melambat. Genma menoleh ke belakang, gemas.

"Ayolah! Cepat!"

"K-kita bisa kurangi jumlah mereka!" balas Ayumi. Gadis itu sibuk mengatur busur biolanya sambil terus mengepakkan sayap; tangannya gemetaran begitu senar busurnya berubah menjadi bilah pisau.

Genma menoleh ke arah lain, dan melihat Rira tengah menyiagakan pistolnya dengan satu tangan. Sakura mulai mengekang tali cambuk barunya, sementara Higina menahan posisi kapaknya di depan dada, seperti tameng. Diliriknya ke bawah. Takumi masih tergantung-gantung di tangan Sakura dan Rira, kebingungan, tanpa apapun yang dapat melindungi dirinya sendiri. Digelengkannya kepala kuat-kuat.

"Kita cari tempat perhentian terdekat, baru serang," jawabnya tidak sabaran. Sayapnya nyaris terbakar karena terlalu bersemangat. Tinggal sebentar lagi. Ia tersenyum tipis. Sebentar lagi, setelah itu uji coba senjata baru kita.

Suara letusan terdengar, diikuti letusan berikutnya-tepat dari sebelah kirinya. Rira baru saja meledakkan tembakan pertama.

Peluru duri tersebut meleset. Sang pemuda listrik mendesis, kemudian mengokang pistolnya lagi. Tembakan kedua terdengar, diikuti ketiga-kali ini mengenai sayap seorang tentara. Pria tersebut kehilangan keseimbangan dengan sayapnya yang koyak. Sakura berbalik, meniupkan udara dingin ke arah tentara malang tersebut. Si pria elf langsung terhempas ke tengah laut.

Higina memekik begitu menyadari apa yang terjadi. "Awas di belakangmu...!"

"Kenapa-aah!"

Satu tembakan berikutnya, dan tubuh Sakura mendadak goyah. Sesuatu menghantam sayapnya. Gadis itu buru-buru menoleh, dan mendapati sebuah peluru telah melubangi sayap serangganya. Laju terbangnya melambat. Genggamannya pada sang pangeran melemah.

Para pengendali yang lain segera bertindak. Genma dengan sigap menangkap bahu sang gadis, sementara Ayumi menggantikan posisinya membawa Takumi bersama Rira. Higina bergabung bersama kedua temannya yang lain. Matanya menatap nyalang ke arah sepasukan tentara di belakang mereka.

"Kalian langsung ke Charonte, biar kita bertiga yang urus pasukan ini," serunya pada Ayumi dan Rira. Di bawah, nyaris menyentuh permukaan air, Takumi hanya menatap ketiganya dengan bingung. "Jaga sayap kalian, dan cepat terbang!"

"T-tapi kalau kita terpisah lagi, bagaimana?" tanya Ayumi gemetar.

Higina hanya menatapnya galak, meneriakkan "pergi!" tanpa kata-kata. Sang gadis ilusi menyerah.

Diawasinya kedua pengendali lain membawa sang pangeran pergi ke arah utara. Genma telah jauh meninggalkannya bersama Sakura, lebih mementingkan keselamatan gadis itu dibandingkan tentara-tentara di belakang mereka untuk sekarang. Higina tetap berada di tempatnya. Tangan menggenggam kapak perang tersebut kuat-kuat; seulas senyum tersungging di bibirnya.

ElementbenderWhere stories live. Discover now