16.2: Gotcha!

2.8K 151 2
                                    

Beberapa lama kemudian, musik kembali mengalun lembut dan kedua pengantin kembali menjadi pusat perhatian. Mereka terlihat kebingungan beberapa saat—sepertinya bagian ini tidak direncanakan oleh mereka—tetapi dengan cepat terbiasa dengan suasana khidmat yang diciptakan musik dengan tiba-tiba.

"Upacara pernikahan, kan, sudah dari tadi berlangsung," gumam Ayumi sambil berusaha menutupi noda bekas sirup di gaunnya. "Apa lagi sekarang?"

Higina terpaksa menaruh gelas minumannya, berjingkat supaya bisa melihat pasangan bahagia tersebut lebih jelas. "Mereka melewatkan satu bagian sakral dari pernikahan manusia. Itu buket bunga yang kutawarkan seminggu lalu!"

Ayumi tidak berjingkat, tetapi mengintip melalui celah-celah di antara kerumunan orang. Sang pengantin perempuan, tersenyum penuh arti pada buket mawar merah berbentuk hati di tangannya, kemudian mengayunkan buket tersebut dan...

"Aku dapat, aku dapat!"

"Yah, meleset!"

"Itu milikku, tahu!"

"Hei! Kau sudah punya suami!"

... melemparnya, tentu saja.

Buket itu terlempar tepat ke kepala Ayumi, dan Ayumi—tentu saja—menangkapnya sambil kebingungan. Semua orang kini beralih ke arahnya.

"A-aku melanggar h-hukum manusia, ya?" tanya gadis itu takut-takut. Higina justru menyeringai lebar. Dari jauh, terlihat sang pengantin perempuan ikut tersenyum padanya.

Si gadis florist tersenyum. "Kalau kau bisa menangkap buket yang dilemparkan pengantin wanita, artinya kau akan... segera menikah! Selamat, ya."

"Apa?"

"Higina! Ayumi!" teriak sebuah suara—terdengar seperti Tabitha. "Kita harus pergi dari sini. Kita bisa pergi dari sini!"

Dan memang benar. Di belakang mereka, terlihat tiga orang yang ditunggu-tunggu; Tabitha dan kedua pengawalnya. Blazer resmi mereka penuh keringat dan kusut sehabis berlari. Sebelum Higina sempat berkata sesuatu, Genma sudah menyela.

"Pangeran Takumi. Dia. Ada. Di sini," katanya tergesa-gesa. Untunglah para hadirin tidak memerhatikan Higina dan Ayumi lagi. "Saat kami bicara dengan kedua pengantin, saat mereka memperkenalkan seseorang kepada kami... Snap. Dia tertangkap."

"Dan dia adalah adik pengantin perempuan!" sambung Tabitha, masih tidak percaya. "Kalau kita tahu hal itu sejak awal... ugh!"

"Adik?" ulang Higina.

"Adik angkat," ralat Rira. "Jangan biarkan Takumi lolos. Cepat bawa dia ke hutan, dan panggil Sakura."

Baru saja mereka berlari, seseorang bertuksedo dan berambut teal mencolok berjalan keluar dari tempat resepsi. Si Ame Matsuzaki yang diperkenalkan kedua pengantin tadi entah melakukan apa. Melihat para hadirin yang semakin meramai, kelima pengendali justru memelankan langkah mereka. Jangan menarik perhatian orang banyak. Apalagi kedua pengantin. 

Si Ame Matsuzaki tersebut mempercepat langkahnya.

"Sekarang... kejar!"

Kini mereka berlari secepat mungkin—mencoba menyejajarkan posisi dengan Pangeran Takumi yang dicari-cari—dan, kalau bisa, membuatnya berhenti. Takumi kembali masuk ke dalam restoran. Kelima pengendali elemen pun berhenti.

"Kita bertiga yang menemuinya. Kalian... mengikuti tanpa terlihat aneh, oke?"

Higina dan Ayumi mengangkat bahu, mengawasi dengan waspada sementara Genma, Rira, dan Tabitha berjalan setengah berlari melintasi restoran yang ramai. Terlalu riskan untuk mengejar sang pangeran terang-terangan; bisa-bisa mereka yang dikejar massa. Takumi berhenti di depan restoran, menoleh ke kanan-kiri, seperti sedang menunggu seseorang. Mungkin malah menunggu taksi.

ElementbenderWhere stories live. Discover now