45: The Rebirth of Sanctuary

2K 79 3
                                    

Beberapa saat sebelumnya, Metsuki masih mengeong ribut dan mencakar-cakar dinding kayu itu dengan penuh semangat. Sepasang telinganya tegak dan bulunya yang berwarna kelabu meremang. Di dekatnya, berdiri seorang gadis bermata merah pucat yang sedang merapalkan mantra rahasia dengan mata tertutup dan wajah serius. Tubuhnya belum bergerak sedari tadi, terlalu terhanyut dalam serentetan kalimat yang dibisikkannya. Suara gadis itu ringan dan lembut, selembut nyanyian, dan untuk beberapa saat Metsuki terdiam sambil mendengarkan suara sang gadis. Gadis itu menggenggam kedua tangannya satu sama lain, menjalin jari-jemari tangan kanannya ke dalam jari-jemari tangan kirinya dan mengangkatnya setinggi dada. Kepalanya ditundukkan dengan khidmat. Di sampingnya, terdapat kelima temannya yang menunggu dengan sabar. Namun, ketika tidak terjadi perubahan yang berarti pada dinding kayu di hadapannya, mereka mulai jengah juga.

“Ayolah, Ayumi,” desak Tabitha. Metsuki tahu gadis ini—satu-satunya orang yang dekat dengannya selain Marabel dan Rira. Baru pertama kali ia melihat Tabitha selelah dan sebosan itu; gadis itu sudah berdiri di depan dinding kayu polos ini selama beberapa menit tanpa beranjak ke mana-mana, hanya memerhatikan Ayumi berkonsentrasi dengan mantra pengendaliannya. “Tidak mungkin sesulit itu, ‘kan?”

Higina, yang berdiri di sebelah Genma, mengulurkan tangannya demi meraih kapak perangnya yang terselip di ikat pinggang. “Hancurkan saja dindingnya,” usulnya. Genma menggeleng.

“Sakura tidak akan suka. Dia bisa mencekikmu kalau kau berani merusak pohon tempat tinggalnya.”

“Diam,” gumam Ayumi pelan. Matanya masih terpejam, tetapi konsentrasinya sudah buyar. “Sebentar lagi, sebentar lagi...” Gadis itu mengulang mantranya dalam hati. Ia harus setenang dan sedamai mungkin untuk memudarkan sebuah sihir; harus membebaskan dirinya dari segala bentuk frustasi dan kemarahan, dan menyuruh ilusi itu perlahan-lahan agar menunjukkan sosok asli benda yang diselimutinya. Gadis itu mulai berbicara pelan. “Aku bisa melihatnya; orang yang memoleskan ilusi ini. Dia pria berambut pirang dan bertubuh tinggi, dan hanya tersusun dari plastik, kabel, darah, jantung....”

“Aha,” Genma menjentikkan jarinya. “Kubilang juga apa. Laki-laki yang menyeret Sakura ke sana.”

Ayumi tidak memedulikan ucapannya. Untuk sesaat, ia seolah melupakan teman-temannya dan berbicara sendiri. “Laki-laki itu menunggu di tengah kegelapan, tubuh seorang gadis pingsan ada di sisi lain ruangan, beberapa langkah dari tempatnya berdiri... kemudian ada seorang lain yang datang, dan setelah pintu ditutup kembali, laki-laki itu mengaktifkan sihirnya tanpa sepengetahuan orang lain itu.”

Kelima temannya menatap gadis itu dengan bingung. Metsuki ikut memandangnya juga, keheranan karena ruangan ini tiba-tiba berubah senyap. Orang pertama yang memecah kesunyian itu adalah sang pangeran. “Kau tahu semua itu dengan... hanya menutup mata?” tanyanya takjub.

Gadis itu membuka matanya tiba-tiba dan salah tingkah. Rona merah tipis menghiasi pipinya ketika ia menjawab, “sebenarnya bukan menutup mata, tapi... mendalami sihirnya, Yang Mulia. Karena sihir tidak bisa dipisahkan dari orang yang menciptakannya, seremeh apapun sihir itu.”

Perlahan tapi pasti, dinding kayu itu mulai berubah. Sesuatu mulai muncul dari permukaannya—pertama hanya sebingkai kusen kayu yang kelihatan, kusen kayu setengah lingkaran yang dihiasi jalinan tanaman rambat dan ukiran-ukiran artistik. Kemudian, permukaan pintu yang juga terbuat dari kayu mulai terlihat. Awalnya pintu itu hanya bayangan semu di atas sebuah dinding kayu yang polos, tetapi sedikit demi sedikit mulai terasa kehadirannya. Ayumi menyapukan tangannya di atas permukaan pintu yang dingin. Pintu itu terasa kesat di ujung jarinya, dan benar-benar nyata.

Metsuki mengeong-ngeong ribut lagi. Kucing itu bisa mengetahui hal yang terjadi di balik dinding dengan instingnya, dan sekarang instingnya mengindikasikan ada sesuatu yang salah di balik pintu ini.

ElementbenderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang