59: Elegant is Weird

1.8K 78 0
                                    

“Frideswide,” panggil Tabitha. “Siapa  yang memindahkan pakaian Hide dan Aebbe ke sini? Ini hanya kamar tamu, ‘kan?”

Wanita tua itu tersenyum sembari membuka lemari tinggi itu lebar-lebar dan mencermati isinya.

“Aku, Nona Tabitha. Tuan Hide sendiri yang menyuruhnya,” katanya sopan. Kemudian, dengan ragu-ragu, ia bertanya pelan. “Kata Tuan Hide, Anda tidak suka pakaian yang... berat?”

Tabitha akan menjawab, tetapi Sakura menyelanya. “Kami bukan jenis perempuan yang berdiri anggun selama pesta berlangsung, Frideswide.Yah, mungkin, tapi....” Ia tertawa pahit. “Ada kemungkinan besar kami tidak akan bertingkah anggun selama pesta berlangsung. Mengerti maksudku?”

Frideswide mengangguk. Ia sudah mendengar keseluruhan rencana gila itu dari Tuan Hide sendiri.

Frideswide adalah pelayan paling senior di mansion Hide. Umurnya 673 tahun, masih aktif dan gesit memasak makanan atau membersihkan buku-buku di rak paling atas. Wajahnya ramah, dengan kerut-kerut halus di sekitar mulut dan matanya, pertanda sering tertawa. Rambut kelabunya selalu tertutup secarik topi kain berwarna hitam. Dalam hitungan menit, keempat gadis itu langsung akrab dengannya.

“Pestanya... dimulai s-sebentar lagi,” gumam Ayumi. Tubuhnya menggigil dalam balutan gaun rumah tipis. Suhu udara Pyrrestia menurun akhir-akhir ini. “Kita harus cepat. M-mereka belum ganti baju, ‘kan?”

“Oh, mereka ganti baju di kamar Tuan Hide, Nona,” sela Frideswide halus. “Ada pelayan lain yang membantu mereka.”

Frideswide kembali berkutat pada isi lemari pakaian. Ia memilah-milah gaun pesta Aebbe, mencari pasangan topi dan sepatu yang pas, kemudian dengan hati-hati menumpukkannya di pinggir tempat tidur. Wanita tua itu mengambil sehelai gaun dari lemari, mencermatinya, kemudian memaparkannya di kasur bersama gaun-gaun yang lain. Setelah itu, ia mengeluarkan pasangan sepatu yang sesuai dan meletakkannya di lantai di dekat lemari. Ia mengulang kegiatan itu berulang kali sampai gaun ke sepuluh.

“... Mau yang mana, Nona?” tanyanya, merujuk pada Tabitha.

“Ada yang putih?”

Frideswide memilah-milah tumpukan gaun itu dengan bingung. “Tidak ada, Nona. Nyonya Aebbe tidak punya koleksi gaun putih—kecuali satu gaun rumah yang sudah kesempitan.”

Tabitha menghela napas.

“Sebelumnya, kalian harus lepas gaun itu dulu,” sahut Frideswide lagi, kali ini dengan nada yang lebih keibuan. “Tidak usah pakai korset kalau kalian tidak mau. Tapi sangkarnya harus dipakai.”

“Sangkar?” Higina menelan ludah. “Bagaimana caranya kami terbang nanti?” Alisnya mengerut marah, tetapi Frideswide hanya membalas tatapan kesalnya dengan senyuman.

“Biar kutunjukkan caranya,” katanya sopan. Wanita itu menyibak gaun-gaun yang tergantung di lemari dan menarik sebuah peti dari dasar lemari yang gelap. Peti itu kubus, dibuat dari kayu hitam—ukurannya sekitar semeter lebih. Frideswide mendorong tutupnya ke samping dan mengeluarkan beberapa sangkar besi dari dalam kotak, menunjukkannya pada keempat gadis itu.

Tabitha, Sakura, Ayumi, dan Higina bertukar pandang.

“Aku tahu trik ini dari istri-istri para pengawal kerajaan,” jelas Frideswide bangga. “Dan, ya, dengan cara ini, kalian tetap bisa menyembunyikan senjata kalian.”

***

 “Sakura?” Terdengar suara ketukan di pintu kamar. “Tabitha? Higina? Ayumi?”

“Itu Genma,” bisik Sakura cemas. Tatapannya berganti-ganti antara Frideswide dan Higina, yang masih berkutat dengan tatanan rambut Higina. “Cepat!” desisnya, sementara ia membetulkan posisi sepatunya yang miring.

ElementbenderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang