My Husband CEO (PROSES REVISI)

By zizianugrah

908K 26.7K 3.6K

FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA. DON'T COPY MY STORY ! 21+ ! Bijaklah dalam membaca! __________ Jose Ste... More

MHC - Cast
Prolog - First meet.
Part 1 - Cafe
Part 2 - Bertemu kembali
Part 3 - Kesal.
Part 4 - Victor pengganggu
Part 5 - Care
Part 6 - Penggoda
Part 7 - Penguntit
Part 8 - Terkilir
Part 9 - Khawatir
🌸 Pendalaman Tokoh 🌸
🌸 Pendalaman Tokoh 🌸
Part 10 - Bosan
Part 11 - Club
Part 12 - The same place
Part 13 - Dangerous
Part 14 - Murka
Part 15 - Dendam pada Beatrix
Part 16 - Reasons
Part 17 - Taman
Part 18 - Flashback
Part 19 - Ancaman
Part 20 - Kematian keluarga Beatrix
Part 21 - Cantik
Part 22 - Kampus
Part 23 - Mansion Brian
Announcement
Part 24 - Barbeque
Part 25 - Frozen
Part 26 - Emosi
Part 27 - Album masa lalu
Part 28- Mimpi buruk
Part 29 - Kiss
Part 30 - China
Part 31 - Dia adalah Tunanganku
Part 32 - Keraguan Kaylee
Part 33 - Memilih gadis masa lalu
Part 34 - Don't leave me
Part 35 - Dia siapa?
Part 36 - Laurianna
Part 37 - Emosi
Part 38 - Kebahagiaan
Part 39 - Shirtless
Part 40 - Kejujuran
Part 41 - Keberadaan El
Part 42 - Dalam Bahaya
Part 43 - Darah
Part 44 - Kembali
Part 45 - She is come back
Part 46 - Panda putih
Part 47 - Perginya Elena
Part 48 - I love u, Alee
Part 49 - Teka-teki
Part 50 - Masa Lalu
Part 51 - Kembali
Part 52 - Wake up
Part 53 - Jealous
Part 54 - Terbongkar
Part 55 - Returning heart
Part 56 - Secret mission
Part 57 - It all began
Part 58 - The dead (1)
Part 59 - The dead (2)
Part 60 - Pengebumian
Bonus picture
Part 62 - Around me
Part 63 - Halaman baru
Part 64 - Kemurkaan Chelsea
Part 65 - Will you marry me?
Part 66 - Before marriage
Part 67 - Maried
Part 68 - First night
Part 69 - I'm yours.
Part 70 - Swiss
Part 71 - Curiga
Part 72 - Fell and disappeared
Part 73 - Life or die?
Part 74 - Little surprise
Part 75 - Kronologis
Part 76 - He lies
Part 77 - Pregnant?
Part 78 - She know
Part 79 - Finally, she really knows!
Part 80 - Silam
Part 81 - Heartbreak
Part 82 - let's play with him!
Eps 83 - finished problem!

Part 61 - Kematian sesungguhnya.

4.8K 211 41
By zizianugrah

Happy reading.
Jangan lupa vote and comment.

____

Mengenal mu adalah bagian terbaik yang pernah ku rasakan. Dan kehilanganmu adalah bagian terpahit yang ku rasakan.
.
.
.
.
.
.

Flashback on

Jose mengambil pistol miliknya. Pistol yang dimilikinya memiliki radius lebih cepat sehingga mungkin dengan beberapa kali tembakan kaca itu bisa pecah.

Berhasil!

Kaca itu sudah hancur dengan lima peluru milik Jose.

Jose segera menarik Kaylee. "Keluarlah lebih dulu."

Ketika Jose hendak keluar, Elena memukul kepala Jose menggunakan tongkat baseball. Hingga Jose hampir kehilangan kesadarannya.

Tidak lama setelah itu...

Tiba-tiba Allard masuk melalui pintu samping. Jangan lupakan Allard, ia pernah menjadi bagian penting untuk Elena, jika Allard mendapatkan akses masuk di mansion Elena adalah hal yang wajar.

Allard mencoba menyelamatkan Jose dan juga Kaylee. Namun Allard sedikit terlambat, Kaylee sudah lebih dulu keluar, kini hanya tersisa Jose dengan kepala yang berkunang-kunang karena pukulan kencang dari Elena.

Tidak ada waktu lagi, Allard mengeluarkan pistol nya berada di saku celananya. Mengarahkan pembidik itu mengenai bahu Elena.

Elena terjatuh.

Allard segera menghampiri Jose. "Tuan, bangunlah. Kita sudah tidak memiliki waktu lagi!" Allard berusaha membangunkan Jose, memapah tubuh Jose dengan perlahan.

"Berjanjilah, setelah ini kau harus menyusul kami." Ucap Jose pelan.

Allard tidak menjawab sepatah katapun, ia hanya memberikan senyuman nya.

"Tugas saya sudah selesai, Tuan." Batin Allard.

Jose berhasil keluar, melalui jendela yang sempat ia pecahkan tadi. Kaylee sudah menunggu diluar, menuntun tubuh Jose untuk menjauh dari mansion.

Kedua mata Jose tidak lepas dari jendela. Allard tidak segera keluar, padahal hanya tersisa beberapa detik saja.

Elena mengepalkan tangannya kuat. Ia menarik pergelangan kaki Allard ketika Allard akan keluar.

"Kau, penghianat!"

"Shit! Psikopat!" Allard menendang tubuh Elena, namun Elena justru semakin geram. Ia mengeluarkan pisau lipat miliknya, ketika Allard akan melangkah kakinya kembali ke jendela, Elena melempar pisau itu hingga mengenai perut Allard.

Allard hanya bisa meringis kesakitan. Ia sudah tidak memiliki tenaga lagi hanya untuk berdiri lagi.

"Setidaknya jika aku mati nanti, aku bisa pergi dengan tenang. Maafkan Allard, ibu. Allard mencintai kalian." Batin Allard dengan air mata yang sedikit menetes dari pelupuk matanya.

T

idak lama setelah itu...

BOMM!

Dalam hitungan detik, mansion itu sudah hancur lebur tanpa meninggalkan sisa.

Hanya ada air mata yang mungkin nanti akan tersisa.

Flashback off.

***

"Bagaimana keadaannya, Max?" tanya Kaylee.

"Keadaannya sedikit membaik. Hanya saja lukanya hampir mengakibatkan paru-parunya mengalami kebocoran. Jika kalian membawa dia sedikit terlambat, mungkin  lukanya akan mengakibatkan paru-parunya terjadi hemotoraks."

Kaylee menatap Brian sekilas, yang ditatap justru menyembulkan jemarinya membentuk peace. Kaylee langsung memutar bola matanya malas.

"Hanya itu saja, bukan?" tanya Kaylee memastikan.

Brian langsung mendelik tajam. "Hanya itu saja, huh?!"

Kaylee mengendikkan bahunya acuh. "Memastikan."

Max mengambil hasil rontgen milik Brian, lalu memberikan pada Kaylee. "Dia hanya perlu istirahat. Tubuhnya terlalu banyak kehilangan darah."

Kaylee mengangguk. Max segera meninggalkan ruangan.

"Kau hampir mati, bodoh!" Kaylee menjitak kepala Brian, hingga membuat empunya meringis.

Jika Kaylee yang biasanya bersikap manis dengan Brian, kali ini ia akan menjadi menyebalkan untuk Brian. Kaylee sangat membenci jika melihat orang-orang terdekat terluka, ada ketakutannya yang berlebihan yang bisa ia rasakan. Namun Kaylee cukup memendamnya, ia tidak ingin rasa ketakutannya justru membuat orang-orang sekitarnya khawatir, sehingga mereka lebih memilih menyembunyikan semuanya dari Kaylee.

"Hanya luka kecil, princess. Kau dengar dia? aku hanya perlu istirahat."

Bohong jika Brian baik-baik saja. Lukanya hampir melubangi paru-paru miliknya, itu artinya ia tidak baik-baik saja.

Brian sudah mengenal adiknya selama beberapa tahun. Ia cukup tahu jika adiknya memiliki kecemasan yang berlebih. Jadi ia tidak mau membebankan rasa sakitnya kepada adiknya.

"Cmon, Geo! Max lebih pintar darimu, kau tidak bisa membodohi aku. Aku akan menjagamu, dan jangan keras kepala! Dengarkan kata Max, kau perlu istirahat."

Brian tersenyum kecil. Adiknya selalu bisa memperhatikan dia lebih dari siapapun.

"Bagaimana pemakaman tadi? Kau baik-baik saja?"

"Aku tidak apa. Tapi aku masih tidak percaya, Allard melakukan itu semua hanya untuk menyelamatkan kami."

"Dia memilih menyelamatkan kalian karena dia memiliki alasan, Kaylee. Dan itu bukan salah mu."

Jujur saja, perbincangan nya dengan Brian mengenai Allard adalah topik sensitif untuk nya.

Kaylee memiliki hati yang lembut, ia selalu melibatkan perasaan jika itu menyangkut orang-orang terdekatnya.

Dulu, ia mengenal Allard saat ia berada di Rusia bersama dengan Jose. Keramahannya, bagaimana ia melindungi Kaylee, dan seperti apa sosok Allard kepada keluarganya, membuat Kaylee pada saat itu perlahan mengenal Allard. Semenjak saat itu, Allard adalah sosok teman baru di dalam hidup Kaylee. Meskipun ia baru mengenal Allard hanya dalam waktu sebentar, ia tahu jika Allard adalah orang yang cukup baik.

Mungkin Allard memang pernah hampir membunuh dirinya, itu semua karena beralasan, jika bukan karena nyawa ibu dan adiknya yang menjadi bayarannya Allard tidak akan melakukan itu semua.

"Aku tahu. Tapi untuk apa ia melakukan itu semua? sedangkan ia berusaha dengan keras untuk menyelamatkan ibu dan adiknya. Aku tidak terpikir sama sekali."

"Untuk menebus semua kesalahannya pada mu, dan pengkhianatan yang dia lakukan untuk Jose. Apalagi? bukankah dia tidak memiliki tujuan apapun selain paksaan dari, Elena?"

Kaylee kembali berpikir. Mungkin saja apa yang dikatakan Brian memang ada benarnya. Allard mengenal Jose sudah hampir lima tahun lamanya, wajar saja jika pria itu ingin membalas penghianatan dengan cara mencoba menyelamatkan Jose dan juga dirinya.

"Mungkin. Tapi, setelah ia membantu Jose, mengapa dia tidak segera pergi? aku rasa pada saat itu dia masih memiliki waktu untuk pergi, meskipun hanya tersisa beberapa detik."

Brian menerawang kejadian kemarin. Apa yang dikatakan Kaylee memang patut untuk dipertanyakan. "Tidak ada bukti yang bisa didapatkan lagi, mansion itu sudah hancur. Aku berpikir, Elena lah yang membuat Allard tidak bisa keluar. Jika bukan karena itu, tidak mungkin ia mengubur dirinya sendiri dalam bahaya,"

"Sudahlah, princess. Semua sudah berlalu, tidak baik kau terlalu berlarut seperti ini. Lebih baik siapkan dirimu saja." Ucap Brian sembari tertawa kecil. Kaylee menatap Brian dengan tatapan bertanya, ia tidak tahu apa yang dimaksud oleh Brian.

"Maksud, kau?"

Brian mengendikkan bahunya acuh, jemari nya meraih jeruk yang ada di meja, lalu ia ulurkan pada Kaylee. "Untuk kakak."

Kaylee menerima dengan senang hati, mengupas nya perlahan. Sebesar apapun Brian saat ini, jika ia sedang sakit ia tetap menyukai jika mendapatkan perhatian lebih dari Kaylee dan Chelsea. Kaylee tidak keberatan, toh Brian juga kerap kali melakukan hal yang sama untuk Kaylee.

Kaylee menyuapkan satu persatu buah itu ke mulut Brian.

Tiba-tiba pintu terbuka. Queena muncul dari balik pintu dengan membawa beberapa kantong makanan di tangannya.

Queena dapat melihat Kaylee yang menyuapkan buah itu di mulut Brian. Ia hanya tersenyum kecil. Terbesit rasa keinginan di hati kecilnya, ia ingin lebih baik dan lebih akrab dengan Brian, seperti orang-orang terdekatnya yang bisa semudah itu. Ahh sudahlah, Queena harus bisa bersabar untuk menempatkan dirinya jika bersama Brian.

"Oh hai, Kaylee. Kau sudah berada disini cukup lama?"

"Beberapa menit yang lalu. Kau membeli makanan yang cukup banyak, apa itu untuk Brian?" Kaylee memperhatikan salah satu kantong makanan yang dibawa Queena, disana terlihat ada pai dan bubur kesukaan.

Queena mengangguk, membawa bungkusan kantong itu ke atas meja. "Yash, lili,"

"Kakak mu yang bebal itu sedikit pemaksa." Bisik Queena pelan di telinga Kaylee, membuat Kaylee cekikikan. Sedangkan Brian melolotkan matanya lebar-lebar pada Queena.

"Tidak udah kau pedulikan bedebah ini, Queena. Jika dia merepotkan mu, kau bisa mengatakan langsung padaku. Aku bisa membunuh dia saat itu juga."

Brian menggeram, ia terpojokkan saat ini. "Princess..."

"Jika tidak, kau bisa menjitaknya seperti ini." Kaylee memberi contoh Queena, dengan benar-benar menjitak Brian saat itu juga.

Queena bergidik ngeri, mana mungkin ia akan melakukan itu semua? ia tidak ingin diterkam singa hidup-hidup!

"Jika kau berani melakukannya, aku tidak akan pernah memberikan bayaran untukmu!" ancam Brian.

Kaylee langsung mencubit pipi Brian dengan keras, sehingga Brian mengaduh kesakitan. Sedangkan Kaylee hanya tertawa. "Dia bekerja pada perusahaan ku, Geo. Jangan mengada, bilang saja kau takut dengan dia."

"Aish, lihat! Pipi dia merah, Lili!"

Benar saja, kedua pipi Brian merah merona. Ntah karena cubitan Kaylee, atau ucapan Kaylee barusan. Yang jelas, hal itu mengundang tawa Kaylee dan Queena secara bersamaan. Seorang Brian yang dikenal dengan ketampanannya, kini terlihat jelas pipinya sedang merah merona.

"Uhmm, sepertinya kau melupakan satu orang lagi." Tiba-tiba suara yang tidak asing di telinga Kaylee terdengar. Benar saja, Jose sudah berdiri di ambang pintu, kedua tangannya ia silangkan di depan dada, wajah nya tidak berekspresi.

Kaylee menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, ia tertangkap basah.

Sewaktu ia sampai di rumah sakit tadi, Kaylee memang berniat menghampiri Jose juga, namun pria itu masih terlelap. Alhasil ia lebih dulu menghampiri Brian yang letak kamarnya bersebrangan dengan kamar Jose.

"Berisik!" ucap Jose ketus.

"Kau benar, Jose. Sedari tadi dia menganggu ku terus menerus, bawa pergi dia. Aku sudah tidak tahan." Kilah Brian dengan berpura-pura menutup kedua telinganya. Bilang saja jika ia tidak mau dipojokkan dengan Queena!

"Cih! Awas saja kau!"

"Diamlah, Alee. Aku datang untuk membawa mu pergi, seharusnya kau menemani ku lebih dulu. Tidak berada di sini bersama bedebah itu!"

"Aku adalah kakaknya, aku yang lebih berhak. Iri bilang bos!" Ucap Brian lantang.

Jose tidak menggubris, ia menarik pergelangan Kaylee. "Tapi aku adalah calon suaminya."

Bungkam.

Terlebih Kaylee. Ia tidak lagi bisa menyembunyikan wajah meronanya.

Kesadarannya kembali, saat Jose menarik pergelangan tangan Kaylee kembali.

"Tunggu."

Kaylee mendekat pada Brian, membisikkan sesuatu pada telinga Brian. "Jangan galak-galak, kau bisa jatuh cinta dengan Queena."

Kaylee tersenyum lebar, lalu sedetik kemudian ia mengecup kening Brian, setelah itu ia menarik pergelangan tangan Jose.

"Aleee!"

Jose membawa Kaylee duduk di sofa yang ada di kamarnya.

"Hukuman untukmu." Jose mengecup bibir Kaylee beberapa kali. "Jangan mencium pria lain, aku tidak suka. Seluruh tubuhmu adalah milikku."

"Sekalipun Brian adalah kakak ku?" 

"Tidak ada pengecualian, Alee. Milikku tidak untuk disentuh oleh siapapun."

Kaylee tersenyum, tidak tahu lagi harus mengatakan apa. Hatinya bahagia, walaupun perkataan Jose sederhana, namun artinya pria itu sungguh menjaga dirinya.

Kaylee membenamkan tubuhnya pada pelukan Jose, yang dibalas dengan pelukan tidak kalah eratnya.

"Alee..."

"Uhmm." Kaylee hanya berdehem, tanpa berniat melepaskan pelukannya yang sudah kelewat nyaman.

"Apa ini masih terasa sakit?" Jose memeriksa pergelangan tangan Kaylee yang terluka karena peristiwa kemarin di mansion Fletcer.

"Tidak, sudah lebih membaik. Max sudah menyelesaikan semuanya."

Jose menghela napasnya lega, mencium pergelangan tangan Kaylee dengan lembut.

Jose kesal, ia marah, ia murka, bahkan sekecil apapun ia membenci luka yang ada di tubuh gadisnya. Hal itu membuat Jose hanya makin menyalahkan dirinya sendiri.

"Katakan padaku jika ini masih terlalu sakit, aku akan minta Max untuk mengobati mu kembali. Aku tidak suka melihat mu terluka sedikitpun. Maafkan aku tidak bisa menjagamu."

Kaylee melepaskan pelukannya, ia menggeleng. Mempertegas jika apa yang terjadi padanya saat ini bukanlah kesalahannya.

"I'am okay. Ini sedikit lebih membaik,  aku tidak suka kau menyalahkan dirimu untuk masalah sekecil. Aku bisa berada disini saat ini itu juga karena mu jika kau lupa. Kau bisa benar-benar mati demi aku. Aku harus hidup seperti apa lagi? Kau terus mengatakan omong kosong. Kau tidak pernah gagal dalam menjagaku, Ose."

Jose mengecup kening Kaylee lama. Nyaman. Itulah yang Jose rasakan saat ini.

"Jika hal ini terulang lagi, aku bersumpah akan mengejar mereka sampai ujung dunia. Jika bukan karena kematian, aku akan menghancurkan seluruh hidupnya. Itu balasan mereka karena telah berani mengusikmu. Milikku." Kilat emosi terlihat dari manik matanya, ia tidak pernah sebercanda itu dengan apapun yang ia jaga selama ini.

"Mereka sudah tidak ada, siapa lagi yang berani mengusik ku, hmm?"

"Tidak ada yang tahu. Aku memiliki banyak musuh yang ingin menghancurkan seluruh pekerjaan hingga semua orang yang berada di sekeliling ku, Alee. Bahkan kau pun memiliki perusahaan yang terbilang  sangat besar sampai saat ini. Kami memiliki musuh yang sama. Terlebih kau adalah kelemahan terbesar ku. Jadi tetaplah jaga dirimu saat kau tidak bersamaku, aku akan mencarikan pengawal yang bisa menjaga mu."

Kaylee hanya bisa tersenyum saja. Tidak heran jika hidupnya diperlakukan seperti ini, Samuel dan Brian sama halnya dengan Jose.

"Tidak usah khawatir, Ose. Aku akan menjaga diri ku. Bagaimana aku akan terluka tanpa seizin mu? Kau yang bilang padaku, agar aku selalu ada di dekatmu, aku akan aman. Aku tidak pernah meragukan apapun yang pernah kau katakan."

"Aku mencintaimu. Aku sungguh takut." Jose kembali membawa Kaylee ke dalam pelukannya, Kaylee tidak tahu, jika kedua mata Jose sudah berair. Ia tidak berbohong, ia benar-benar takut.

"Aku tahu,"

"Apa ini sangat sakit? kepala  mu masih terasa pening? Maaf, aku lebih dulu menemui Brian. Aku melihat kau masih tertidur ketika aku kemari." Kaylee memegang lembut kepala Jose yang terpasang perban. Karena pukulan yang dilayangkan Elena terlalu kencang, membuat kepala Jose mengalami pendarahan dan pening yang teramat. Itu sebabnya ia tidak bisa datang dalam pemakaman siang tadi.

"Tidak, tak apa-apa. Sebentar lagi akan membaik."

"Kemarilah." Kaylee memerintahkan Jose untuk berbaring, menjadikan kedua pahanya sebagai bantalan. Jose menurut saja,  ia berbaring dengan jemari Kaylee yang mengusap lembut anak rambutnya.

"Tidurlah, aku akan menemanimu."

Jose menggeleng. "Ada sesuatu yang ingin aku tanyakan padamu, Alee."

Kaylee memicing. "Pemakaman tadi?"

Jose mendongak, lalu ia mengangguk. "Semuanya berjalan dengan baik?"

"Sudah semestinya. Apa dengan Elena pergi, kau baik-baik saja? Bagaimanapun kau mengenal Elena sejak kalian masih kecil, wajar saja jika kau terpukul karena kepergiannya."

Jose menghela napasnya berat. Sayangnya, Elena kecil dan Elena yang ia jumpai kemarin sudah menjadi sosok yang berbeda. Dulu, kepolosan dan kebaikan Elena lah yang membuat ia memutuskan untuk mencintai gadis itu. Namun semuanya berubah begitu saja semenjak gadis itu pergi meninggalkannya tanpa suatu alasan yang jelas.

Hal itu membuat kilasan-kilasan perjumpaannya dengan gadis itu berputar di otaknya. Ketika penghianatan itu terjadi, kekejamannya karena melukai orang lain, dan sikap pembunuhnya, membuat Jose benar-benar tidak mengerti lagi apa yang ada dipikiran gadis itu.

"Aku kehilangan Elena kecil, tapi ketika ia tumbuh dewasa, aku mulai tidak mengenali sosok itu. Mungkin tidak adanya dia sampingku selama beberapa tahun membuat ku terbiasa. Hanya saja, tempat yang membedakan kami saat ini."

Jose menatap sendu gadisnya. "Aku sudah terlanjur muak karena sikap arogannya. Tapi adanya kau, perlahan aku bisa memaafkan, El. Jika aku kehilangan dia, aku hanya kehilangan sebagian teman masa kecil ku saja. Biarlah masa lalu menjadi milik kami, aku hanya perlu memperbaiki masa depanku bersama dengan wanita yang kucintai."

Lagi-lagi, Kaylee dibuat terdiam dengan sikap manis Jose. Pria itu memang terlihat dingin didepan semua orang, namun jika ia bersama dengan wanita yang ia cintai, mungkin tidak ada satupun yang mengenali sosok Jose lagi.

"Apa kau masih kecewa dengan dia?"

"Tidak. Aku sudah benar-benar melupakan dia. Seperti apa yang kau katakan kemarin, dia memiliki pilihan untuk berselingkuh atau tetap bersamaku. Dan akupun juga memiliki pilihan untuk tetap bertahan atau pergi. Semua memiliki pilihan masing-masing, biarkan dia bahagia di tempatnya saat ini, dengan kita memaafkan semua kesalahannya."

"Oh God! Ini tidak terdengar seperti mu. Sungguh?"

Jose mengacak rambut Kaylee gemas. "Aku belajar darimu. Kau selalu tahu apa yang seharusnya kau lakukan. Disakiti tapi tidak membenci. Dilukai namun memaafkan."

"Osee, satu hal yang perlu kau tahu. Seseorang yang tidak boleh kau lupakan adalah seseorang yang kau suka. Jika kau mengingat orang yang kau benci, hanya akan membuat hatimu terluka. Lakukan apa yang membuat hatinya merasa baik-baik saja."

"Good girl. Aku tidak pernah salah."

"Ose, apa mom Kathy begitu dekat dengan, Derick?" ucap Kaylee mengalihkan, ia ingin menanyakan ini pada Jose. Karena pada saat di pemakaman tadi, selain Anna, Kathy lah terlihat sangat terpukul dengan kehilangannya Derick.

"Dulu semenjak ibunya Anna pergi meninggalkan mansion, mom yang selalu berkunjung menemui Anna, bergantian dengan grandma. Mom menjadi lebih kerap bertemu paman, dari situlah ia menjadi dekat dengan paman. Mom hanya ingin memastikan bahwa Anna baik-baik saja, tidak lebih. Paman sering menceritakan tentang istrinya kepada mom dan daddy. Meskipun pada akhirnya dia berkhianat, dia tetaplah bagian dari Walter. Awalnya aku hanya ingin memberikan pelajaran saja, namun takdir berkata lain. Dia lebih dulu pergi. Wajar saja jika mom sangat terpukul dengan perginya paman. Mereka sangat dekat."

Mengenal Derick pertama kali adalah saat Kaylee menghadiri pesta perayaan salah satu kolega bisnis, disana ia ia dikenalkan oleh Brian, karena Brian juga mengenal Derick dengan baik. Kaylee bisa tahu jika Derick adalah sosok suami dan ayah yang baik, untuk itu ia terkejut mengetahui Derick berkhianat dan mengucapkan kalimat yang tidak seharusnya Anna dengar saat itu.

"Bukankah kau juga mengenal paman? karena Anna?"

Kaylee mulai menceritakan bagaimana ia bertemu dengan Derick, pertemuan pertama hingga berlanjut karena masalah yang Anna perbuat di perusahaan miliknya. Kaylee juga mengatakan jika ia sempat menjalin beberapa hubungan kerja, sehingga ia tahu bagaimana Derick saat itu. Bahkan pernah sesekali, pada saat sedang rapat berlangsung, Derick mendapatkan panggilan jika Anna tidak sengaja mendapatkan masalah dengan seorang pria, Derick langsung pergi dan meninggalkan rapat begitu saja.

"Aku tidak tahu, mengapa ia mengatakan hal seperti itu kepada Anna." Ucap Kaylee ragu, takut jika Jose merasa tidak nyaman dengan obrolannya.

"Sebelum Anna lahir, paman dan bibi Roseline menginginkan seorang putra, namun mereka justru melahirkan Anna. Mereka berpikir, jika ia bisa memberikan keturunan seorang anak laki-laki, seluruh kekayaan grandpa jatuh kepada mereka. Demi keegoisannya, saat Anna lahir mereka hampir menukar putrinya dengan seorang bayi laki-laki yang mereka adopsi melalui panti asuhan. Namun sebelum terjadi, grandpa dan daddy mengetahui semuanya dan menghentikan mereka. Grandpa akan marah dan tidak akan memberikan warisannya jika paman tidak mau menerima Anna dan menyembunyikan semuanya dari Anna. Itulah sebabnya, mengapa paman terobsesi ingin menghancurkan perusahaan milikku dan daddy."

Kaylee terus mendengarkan cerita Jose.

"Meskipun begitu, aku tahu jika paman sebenarnya perlahan mulai menyayangi Anna. Dia mengatakan itu semua karena tidak ingin Anna terluka di tangan Elena. Paman memang tidak mengatakan apapun, tapi aku tahu jika dia berusaha melindungi Anna. Kalaupun dia harus mati setidaknya Anna tetap baik-baik saja ditangan Elena,"

Jose masih terbaring di paha Kaylee, ia mencari posisi yang nyaman.

"Tiga kali aku merasakan dikhianati, aku membenci orang-orang yang bisa semudah itu menghancurkan kepercayaan ku pada mereka. Parahnya, mereka adalah orang terdekat ku semuanya."

Tentu Kaylee tahu siapa mereka semua. Elena, Derick, dan Allard. Dikhianati memang adalah suatu hal yang menyakitkan, jauh lebih menyakitkan jika itu semua menguasai hati dan pikiranmu sekaligus.

"Apa kau juga membenci, Allard?" Kay bertanya dengan raut muka yang sedikit cemas.

Jose menatap gadisnya dengan lamat-lamat. Ia tahu jika gadisnya sudah memaafkan Allard, itu sebabnya mengapa gadis didepannya itu merasakan kehilangan saat Allard pergi. Ia juga tahu ada Edward, jika gadisnya menangis tersedu-sedu di pemakaman tadi.

Berbeda dengan Jose, mungkin ia memaafkan, tapi dia tetap membenci sebuah penghianatan. Allard melakukan suatu hal yang hampir mencelakai gadisnya, padahal sebenarnya ia tahu ada pilihan lain yang dapat Allard lakukan jika dia mau menceritakan semuanya pada Jose sejak pertama.

Mungkin itu berlaku untuk Jose, ia memang kejam, tapi hanya untuk orang-orang yang benar-benar ia jaga.

Allard memang menyelamatkan nyawanya, mengorbankan nyawanya untuk dirinya. Hal itu sedikit membuat Jose perlahan menerima itu semua.

Jose mencium lembut jemari Kaylee, memberikan sedikit ketenangan untuk gadisnya. "Tidak, Alee. Ia pergi juga karena untuk menyelamatkan kita. Aku berada di sini karena Allard yang telah menyelamatkan ku."

Syukurlah, setidaknya Kaylee sedikit tenang mendengar itu semua.

"Terimakasih, itu lebih baik." Kaylee merapikan anak rambut Jose yang menjuntai kebawah, membuat sang empunya memejamkan matanya lembut.

"Kau ingin menemui ibu dan adiknya?" tanya Jose pelan.

"Tentu. Mereka pasti jauh lebih kehilangan Allard untuk saat ini, karena Allard yang selama ini bekerja untuk mereka. Aku ingin memberikan mereka sesuatu, sebagai ucapan terimakasih dariku."

"Nanti kita temui bersama-sama, biarkan mereka tenang dan beristirahat lebih dulu," Jose juga menyetujui apa yang Kaylee katakan. "Apa yang akan kau berikan pada mereka? aku sudah menyiapkan semuanya, Alee."

"Aku tahu, Ose. Aku hanya ingin memberikan mereka tempat tinggal disalah satu mansion milikku. Biarkan mereka tinggal disana, bukankah tempat tinggalnya sudah Elena robohkan?"

Jose mengangguk. Sungguh, gadis di depannya ini bak malaikat. Hatinya benar-benar baik.

"Apa kau yakin? aku bisa mengganti apa yang kau berikan pada mereka, Alee. Ini sudah menjadi tanggungjawab ku juga."

"Tidak usah, ini murni karena aku ingin berterimakasih pada mereka. Lagipula, apa yang akan kau berikan pada mereka jauh lebih besar bukan? kau memberikan salah satu hotel dan bar milikmu pada mereka, itu berjumlah sangat besar. Aku juga ingin melakukan sesuatu untuk mereka."

Kaylee pun sama sekali tidak terkejut ketika Jose mengatakan itu semua. Satu hotel dan satu bar bukan hal besar untuk Jose, bahkan jika pria itu mau ia bisa membangun puluhan hotel dan bar saat ini juga. Tidak usah heran, jika industri pesawat terbang dan berlian saja pria itu miliki, satu hotel dan bar saja tidak akan membuat Jose merugi sedikitpun.

"Tidak masalah, itu pantas untuk mereka dapatkan. Mereka akan di bantu Edward selama mereka belum bisa mengerjakan semua."

"Memangnya kau ingin memberikan mereka mansion mu yang berada dimana?" tanya Jose penasaran.

"Biarkan mereka memutuskan sendiri mereka akan tinggal dimana, aku tidak akan membatasi pilihan mereka."  Ucap Kaylee tenang. Berbicara dengan seorang milyuner seperti mereka hanya akan berakhir seperti ini.

"Baiklah, terserah kau saja,"

"Alee..." panggil Jose.

"Hmm." Kaylee hanya berdehem, jemarinya sedari tadi tidak berhenti mengelus rambut Jose.

"Tiga hari lagi aku akan pergi ke Dubai, pesta perayaan pembukaan hotel baru milikku. Kau mau ikut?"

Kaylee memikir sejenak.

"Apakah harus? aku memilih bany--"

Ucapan Kaylee dipotong lebih dulu oleh Jose. "Clay dan Lucy sudah menyelesaikan semuanya, kau hanya perlu menyelesaikan sisanya. Aku ingin kau bersama ku, Alee. Tidak ada bantahan, kau harus selalu disampingku."

Menghela napas pasrah, tidak memiliki kuasa menolak perintah Jose yang kelewat tegas.

"Baiklah. Tapi setelah selesai, kita akan kembali, 'kan?" tanyanya memastikan.

"Tidak, sweetie."

"Lalu?" tanya Kay kembali.

"Menikahi mu lebih dulu."

###
To be continue.

Holaa! Jose updatee!

Terimakasih sudah membaca MHC.

Kemarin yg penasaran sm siapa yg meninggal, sekarang udah dpt jawaban yg pas belum?😭

Kalian dapet feel nya nggak?

***

Mau zi update lagi kapan?

Spam comment next, untuk lanjut?

Btw, jangan lupa follow akun zizi yah zizianugrah

***

Big loves.

zizi
Jumat, 31 Juli 2020.

Continue Reading

You'll Also Like

400K 43.7K 26
Yg gk sabar jangan baca. Slow up !!! Bagaimana jika laki-laki setenang Ndoro Karso harus menghadapi tingkah istrinya yang kadang bikin sakit kepala. ...
1.3M 84.6K 37
"Di tempat ini, anggap kita bukan siapa-siapa. Jangan banyak tingkah." -Hilario Jarvis Zachary Jika Bumi ini adalah planet Mars, maka seluruh kepelik...
2.5M 30.7K 29
"Lebarkan kakimu di atas mejaku! Aku ingin melihat semua yang menjadi hakku untuk dinikmati!" desis seorang pemuda dengan wajah buas. "Jika aku meny...
2.6M 11.5K 30
LAPAK DEWASA 21++ JANGAN BACA KALAU MASIH BELUM CUKUP UMUR!! Bagian 21++ Di Karyakarsa beserta gambar giftnya. 🔞🔞 Alden Maheswara. Seorang siswa...