My Husband CEO (PROSES REVISI)

By zizianugrah

901K 26.7K 3.6K

FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA. DON'T COPY MY STORY ! 21+ ! Bijaklah dalam membaca! __________ Jose Ste... More

MHC - Cast
Prolog - First meet.
Part 1 - Cafe
Part 2 - Bertemu kembali
Part 3 - Kesal.
Part 4 - Victor pengganggu
Part 5 - Care
Part 6 - Penggoda
Part 7 - Penguntit
Part 8 - Terkilir
Part 9 - Khawatir
🌸 Pendalaman Tokoh 🌸
🌸 Pendalaman Tokoh 🌸
Part 10 - Bosan
Part 11 - Club
Part 12 - The same place
Part 13 - Dangerous
Part 14 - Murka
Part 15 - Dendam pada Beatrix
Part 16 - Reasons
Part 17 - Taman
Part 18 - Flashback
Part 19 - Ancaman
Part 20 - Kematian keluarga Beatrix
Part 21 - Cantik
Part 22 - Kampus
Part 23 - Mansion Brian
Announcement
Part 24 - Barbeque
Part 25 - Frozen
Part 26 - Emosi
Part 27 - Album masa lalu
Part 28- Mimpi buruk
Part 29 - Kiss
Part 30 - China
Part 31 - Dia adalah Tunanganku
Part 32 - Keraguan Kaylee
Part 33 - Memilih gadis masa lalu
Part 34 - Don't leave me
Part 35 - Dia siapa?
Part 36 - Laurianna
Part 37 - Emosi
Part 38 - Kebahagiaan
Part 39 - Shirtless
Part 40 - Kejujuran
Part 41 - Keberadaan El
Part 42 - Dalam Bahaya
Part 43 - Darah
Part 44 - Kembali
Part 45 - She is come back
Part 46 - Panda putih
Part 47 - Perginya Elena
Part 48 - I love u, Alee
Part 49 - Teka-teki
Part 50 - Masa Lalu
Part 51 - Kembali
Part 52 - Wake up
Part 53 - Jealous
Part 54 - Terbongkar
Part 55 - Returning heart
Part 56 - Secret mission
Part 57 - It all began
Part 59 - The dead (2)
Part 60 - Pengebumian
Part 61 - Kematian sesungguhnya.
Bonus picture
Part 62 - Around me
Part 63 - Halaman baru
Part 64 - Kemurkaan Chelsea
Part 65 - Will you marry me?
Part 66 - Before marriage
Part 67 - Maried
Part 68 - First night
Part 69 - I'm yours.
Part 70 - Swiss
Part 71 - Curiga
Part 72 - Fell and disappeared
Part 73 - Life or die?
Part 74 - Little surprise
Part 75 - Kronologis
Part 76 - He lies
Part 77 - Pregnant?
Part 78 - She know
Part 79 - Finally, she really knows!
Part 80 - Silam
Part 81 - Heartbreak
Part 82 - let's play with him!
Eps 83 - finished problem!

Part 58 - The dead (1)

8.2K 319 202
By zizianugrah

Happy reading!
Jangan lupa vote and comment.

_____

"Dimana, dia?" tanya putri Fletcer dengan sarkas, pada salah satu pengawal di mansion nya.

"Mereka sudah berada di ruang bawah tanah, sesuai yang nona perintahkan."

"Bagus." Putri Fletcer melenggang pergi, menuju ke tempat yang seharusnya ia kunjungi saat ini juga.

Ada Fletcer dan putra Fletcer yang berdiri tidak jauh dari putrinya. Kedua lelaki itu masih memandang langkah putrinya yang semakin menjauh.

"Dad, itu artinya?"

Fletcer memijit pelipisnya yang sedikit pusing. "Sedari awal daddy sudah mengatakan, membuat masalah dengan keluarga Walter dan George adalah kesalahan yang besar. Ini salah daddy, mengapa daddy tidak mencegah putri daddy melakukan ini semua. Kami bahkan pernah ikut pada malam itu. Ini semua daddy lakukan semata-mata untuk kebahagiaan putri daddy, namun ini adalah keputusan yang begitu salah. Tidak ada celah lagi untuk kami berkilah."

"Semuanya sudah terjadi. Apa yang harus kami lakukan, dad?"

"Menyerah, hanya itu saja. Adik mu sudah menangkap pengawal mereka, mereka pasti sudah lebih dulu tahu dan tidak akan membiarkan pengawal mereka terluka di tangan adik mu. Mereka cukup cerdas hanya untuk bermain-main dengan hal sekecil ini."

"Oh shit! Itu artinya, ada kemungkinan mereka akan mengepung mansion kita, dad?!"

"Daddy tidak tahu, tapi hati kecil daddy mengatakan iya."

Putra Fletcer mengusap rambutnya frustasi. Tidak ada persiapan lebih yang dapat mereka lakukan disaat keadaan sudah menghimpit mereka, para pengawal yang berjaga jumlahnya juga tidak terlalu banyak.

Inilah Fletcer, mereka terlalu lemah dalam menyusun sebuah rencana ketika sedang terhimpit. Mereka hanya memiliki senjata yang lengkap, karena memang itulah pekerjaan nya. Namun, apa guna senjata-senjata itu jika ia tidak memiliki rencana yang begitu matang ketika akan menghadapi musuh yang mengepung mereka?

"Daddy sudah memerintahkan seluruh pengawal untuk berjaga pada setiap sudut mansion. Tapi, jika memang kita benar-benar sudah kalah, daddy akan menyerahkan diri pada mereka. Biarkan daddy yang bertanggung jawab atas apa yang keluarga kami lakukan pada mereka. Daddy siap, jika mereka akan membawa daddy ke dalam jeruji besi, atau bahkan---nyawa daddy yang menjadi tanggung jawabnya. Cukup jaga adik mu saja, dia masih memerlukan kau dalam hidupnya." Flutcer tersenyum tipis.

Putra Fletcer menggeleng. "Aku tidak akan membiarkan semua itu terjadi, dad! Kita hadapi ini bersama-sama, aku akan tetap bersama daddy! Aku disini juga bersalah, bukan hanya daddy saja. Jangan mencoba menyalahkan dirimu terus menerus."

Fletcer menatap ke arah jendela, langit sudah nampak begitu gelap. "Kita tidak pernah tahu, apa yang akan mereka lakukan. Kematian atau jeruji besi, semua adalah pilihan mereka. Jika kau ikut bertanggung-jawab bersama daddy, bagaimana dengan adik mu? Jagalah dia, biarkan ini semua menjadi tanggungjawab, daddy."

"Bertahun-tahun daddy mencoba untuk melindungi ku, bersembunyi di balik kekacauan yang telah ku perbuat. Bagaimana pun aku adalah seorang pria, tidak seharusnya aku sepengecut ini. Sudah saatnya dunia tahu, jika aku bukan pria dengan segala kesempurnaan yang mereka lihat. Aku tidak memerlukan izin siapapun untuk mempertanggung jawabkan kesalahan ku sendiri, termasuk pada, daddy."

"Lebih baik kita turun ke bawah, dia sedang membuat kekacauan kembali sebelum mereka datang." Putra Fletcer melangkahkan kaki nya ke dalam ruang bawah tanah.

Putri Fletcer sudah menggeram marah sedari tadi, emosi nya sudah berada di ujung tanduk. Kilat marah tidak dapat disembunyikan dari balik netra nya.

Di dalam ruangan bawah tanah, dengan pencahayaan yang kurang, di bagian sudut ruangan, terdapat seorang wanita paruh baya dan seorang pria yang tengah di gantung dengan rantai yang mengikat kedua tangannya, tidak lupa kedua kakinya juga terikat dalam posisi berdiri. Wajahnya sudah penuh dengan lebam, tubuhnya terlihat sudah begitu lemas hanya untuk menjaga keseimbangannya.

Sedangkan putri Fletcer, di depannya sudah ada dua pengawal yang masing-masing sudah terikat dengan rantai.

"Rakyat kecil seperti kalian berani menghianati ku, huh?!"

"Aku sama sekali tidak menginginkan berkhianat dari mu, nona. Tapi kau sendiri yang membuat rakyat kecil seperti kami mengkhianati mu." Ucap Saul, salah satu penjaga yang di kirimkan Jose.

"Omong kosong! Cepat katakan, siapa yang membawa mu kemari?!"

"Sampai kami mati pun, aku tidak akan pernah mengatakan pada mu. Siapapun yang mengirimkan kami disini, dia adalah malaikat untuk keluarga kami."

Putri Fletcer menendang dada Keano dengan heels nya yang tajam. Keano memuntahkan darah segar membasahi lantai.

"Ketika kau memutuskan bermain-main dengan ku, hanya ada dua pilihan, berkata jujur atau kematian."

"Aku akan memilih kematian. Lebih baik aku berkhianat dari mu, daripada aku harus berkhianat dari orang yang telah menyelamatkan keluarga ku. Biarkan aku mati membusuk di tanganmu, asalkan tidak mengkhianati dia."

Putri Flecter melayangkan tinjunya pada wajah Saul, menarik paksa surai Saul dengan begitu erat dan membenturkan kepala Saul pada lantai. "Baj*ngan! Tidak seharusnya kau mengatakan itu semua di hadapanku!"

Dengan rasa pusing yang begitu mencekat di kepalanya, Saul mencoba membuka suara nya kembali. "Bunuh aku, jika itu yang kau inginkan. Tapi jangan berharap mereka akan diam saja, mereka lebih hebat dari mu jika itu yang kau pikirkan."

Melepaskan cekalannya pada rambut Saul, putri Fletcer terdiam sejenak.

Satu detik, dua detik.

Disusul dengan tawa yang begitu kencang.

"Jadi, mereka akan berkunjung kemari? Itu sangat menyenangkan, aku sudah sangat merindukan dia. Apa kau tahu? Jalang itu juga ikut kemari?"

"Aku tidak mengenal jalang yang kau maksud, selain itu diri mu, nona." Ucap Keano jujur.

Putri Fletcer hampir saja menancapkan belati nya pada Keano, tapi pergerakannya tertahan oleh putra Fletcer.

"Hentikan, Jueletta! Kau benar-benar gila! Jangan membunuh orang berulang sesuai yang kau inginkan, kau akan menambah masalah pada keluarga kami!"

"Lepaskan! Aku tidak butuh omong kosong mu!"

Sedang di sisi lain...

Beberapa mobil sport sudah berjajar rapi di depan mansion George, tidak jauh dari itu---satu private jet milik Jose sudah berada di helipad siap untuk diterbangkan. Kaylee dan Samuel akan menggunakan jet, sedangkan yang lain menggunakan mobil.

Chelsea dan Queena tetap berada di mansion, sudah ada puluhan pengawal yang berjaga di mansion George.

Dengan menggunakan setelah berwarna hitam, tidak lupa beberapa senjata api di balik setelan hitam nya, mereka semua telah bersiap di ruang tengah.

Jose berdiri di hadapan Kaylee. Pandangannya menyapu satu persatu orang yang berada di sana, mengerti akan tatapan Jose, semua bangkit dari duduknya dan meninggalkan Jose dan Kaylee berdua.

"Kami menunggu di luar." Ucap Ken.

Jose menghembuskan napas panjang, malam ini---adalah malam yang sangat panjang untuknya. Bukan karena ia takut akan menghadapi keluarga Fletcer, namun gadis nya lah yang sejak tadi memenuhi pikirannya.

"Masih ada waktu, kau yakin akan tetap ikut bersama kami?" Jose menggenggam jemari Kaylee erat.

"Osee, kami sudah bersiap. Seharusnya kau tidak menanyakan ini berulang, kau pasti sudah tahu jawaban ku."

"Alee..." Jose menggeram kecil.

"Gunakan mantel mu. Cuaca cukup dingin, tidak baik untuk tubuh mu." Kaylee mengambil mantel yang diberikan maid.

Jose mengusap wajahnya kasar. Rupanya, gadisnya sudah mempertimbangkan semuanya dengan matang.

"Tetaplah di dalam jet bersama daddy Samuel. Jika semua pengawal sudah kami selesaikan, kau bisa menyusul kami. Tetap di sampingku, dan jangan menggunakan senjata mu dengan ceroboh, itu akan sangat berbahaya untuk mu."

Kaylee mengangguk. Lagi-lagi hati nya menghangat, ketika Jose memberikan perhatian yang teramat besar kepadanya.

"Semua sudah sesuai dengan yang kita bicarakan, Ose. Mereka sudah menunggu kita diluar, kita akan segera berangkat."

Jose menempelkan pelipis mereka. Membelai wajah Kaylee lembut. Kaylee memejamkan matanya.

Seolah mendapatkan persetujuan dari gadisnya, Jose mengecup pelan bibir Kaylee. Mencium dengan lembut. Kaylee membalas ciuman Jose dengan tak kalah lembutnya.

"I love you, Alee. Tetaplah bersamaku."

Kaylee tersenyum manis, membelai rahang Jose. "Akan tetap seperti itu. I love you too, Ose."

***

Jose dan yang lainnya sudah sampai, tidak jauh dari mansion Fletcer mobil mereka terparkir.

Jose menekan earpice seukuran kecil yang terletak di telinganya, menghubungkan pada teman-temannya.

"Masuk sekarang."

Dari kejauhan, nampak begitu banyak pengawal berbadan besar yang menjaga dan mengelilingi mansion Fletcer. Pengawal-pengawal itu tidak melihat mobil yang terparkir tidak jauh dari mereka, karena Jose dan yang lainnya memarkirkan mobilnya di lahan kosong yang tertutup oleh beberapa pohon tinggi.

"Aku dan Brian masuk melalui pintu samping, kau dan Victor masuk ke pintu utama. Kita bertemu di lantai satu."

Ken mengangguk. Ia melirik Victor, lalu mengangguk bersamaan. Sedangkan Jose dan Brian sudah lebih dulu berjalan menuju pintu samping mansion.

"Let's start this game." Ucap Victor bersamaan dengan langkah kaki yang mendekat pada pini utama.

Satu peluru sudah ia lontarkan mengenai pagar besi hingga berlubang. Hal itu mengundang tatapan para pengawal Fletcer untuk segera menyiapkan senjata dan tenaganya.

"Kau di sisi kiri, aku disisi kanan!" ucap Ken.

Tanpa berpikir panjang, Victor langsung melayangkan pelurunya tepat mengenai salah satu pengawal yang mendekat ke arahnya. Sedang pengawal lainnya langsung mendekat dan menodongkan senjatanya pada Victor. Victor memutar tubuhnya, jemarinya menembak satu persatu pengawal mengikuti tubuhnya. Tepat sasaran, peluru itu satu persatu menembus jantung mereka tanpa ada sisa.

Hanya sisa satu pengawal yang menghalangi Ken untuk menerobos pintu utama mansion.

"Disaat semua teman mu sudah terbunuh, kau yakin masih mau menghalangi jalan kami?" Ken tersenyum licik.

Pengawal itu mendekat dengan rahang mengeras, memberikan pukulan pada Ken, namun Ken dengan gesit nya menangkas pukulan itu. Ken langsung mengunci kedua tangan pengawal itu, lalu membenturkan kepala pengawal itu pada kaca mobil. Pecahan kaca mobil itu sudah menancap sempurna melukai kepala pria itu, hingga darah bercucuran mengotori pintu gerbang.

Ken langsung mengambil sebuah kartu pada saku pria itu untuk membuka kunci gerbang.

"Kita menyusul, Jose."

Ketika memasuki pintu samping, Jose dan Brian sudah lebih dulu dihadang oleh dua pengawal.

Jose dan Brian menatap dua pengawal itu tanpa rasa takut, bukan tandingannya---itulah yang mereka pikirkan saat ini.

Jose melayangkan tendangan mengenai dada salah satu pengawal, memberikan pukulan membabi buta tanpa ampun, hingga timah panas itu berhasil melubangi kepala pengawal itu.

Sama halnya dengan Brian, pria itu dengan gesit menghindari pukulan dari lawannya. Saat pengawal itu lengah, Brian sudah lebih dulu mematahkan lehernya, lalu tubuh nya diangkat dan dilempar begitu saja.

Senyuman puas tercetak pada wajah mereka. Jangan meragukan Jose dan Brian, mereka tidak pernah mengenal kata ampun ketika mereka sudah dihadapkan dengan musuhnya.

Jose dan Brian melanjutkan langkahnya menuju ruang tengah, hingga ia bertemu dengan Victor dan juga Ken.

"Permisi, tuan. Semua pengawal sudah bersih, Nona Beatrix dan Tuan Samuel akan segera menyusul. Mereka sedang berjalan kemari."

Jose menghela napasnya panjang.

"Baiklah. Kami bertemu di ruangan bawah tanah. Mereka sudah menunggu kami di sana."

Edward mengangguk paham.

Jose dan yang lainnya segera menuju ruangan bawah tanah, namun tiba-tiba langkah mereka terhenti ketika ada suara yang menginterupsi mereka.

"I'm glad to see you, Jose Stephen Walter. Bagaimana kabar mu? Bukankah ini menyenangkan?" Ucap seorang pria di iringi tawa yang begitu nyaring, disampingnya sudah berdiri seorang gadis sebaya seumuran Jose.

Jose membalikkan tubuhnya, netra nya bertubrukan dengan pria yang menghentikan langkahnya barusan. Bukan hal yang mengejutkan lagi untuk Jose, saat ia cukup betul mengenali orang tersebut tengah berada di mansion Fletcer.

Jose memberikan senyuman tipisnya. "Aku selalu melewati hari-hariku dengan baik. Bagaimana dengan kau? Menjadi budak Fletcer, apa itu menyenangkan untuk mu, paman?"

Pria yang di panggil paman itu mengepalkan tangannya erat-erat. Seolah ia membantah apa yang diucapkan Jose kepadanya. "Jaga bicara mu, anak muda. Ucapan mu tidak cukup untuk merendahkan seorang, Derick Ruthan Walter. Kami hanya bekerjasama, ketika kami memiliki tujuan yang sama. Pada akhirnya, semua yang kami harapkan satu persatu telah dapat kami selesaikan. Kami adalah pemenangnya."

Ya, pria yang mencoba membobol data perusahaan milik Jose adalah Derick, pamannya sendiri. Ia bekerjasama dengan Fletcer, bahkan ia juga melibatkan putri nya yang menyukai Jose untuk terus mendekati Jose. Itu semua Derick lakukan agar perusahaannya bisa melebihi kekayaan milik Jose dan juga James. Hingga pada akhirnya, ia bertemu dengan Fletcer, dan putri Fletcer menawarkan kerjasama yang dibalas dengan persetujuan langsung oleh Derick.

Jose tertawa kecil mendengar ucapan Derick. Perlahan netranya tertuju pada seorang gadis yang baru datang bersama dengan Samuel. Jose menghampiri Alee nya, merangkul bahu Alee nya dengan posesif. Laurianna yang berdiri di samping Derick hanya bisa mendengus kesal.

"Let's we see, aku menyukai kesombongan mu, paman. Apa kau selama ini tidak becus dalam mengurus perusahaan mu sendiri, sampai-sampai cara sampah seperti ini kau gunakan? Berbuat curang tidak akan membuat kau menang, justru kau akan semakin terlihat begitu menyedihkan."

Derick semakin mengepalkan tangannya kuat, ia benar-benar marah dengan ucapan Jose. "Apa yang kau tahu? Aku melakukan ini semua karena Charles dan James! Pria tua Charles berniat mewariskan seluruh kekayaannya pada keturunan James, lalu aku? apa pria tua itu menganggap aku tidak ada?! Lalu ketika perusahaan milikku mengalami penurunan, apa pria tua itu dan James mau membantu? jelas jawabannya tidak! Lagi-lagi apa yang dilakukan pria tua itu? ia semakin membanggakan nama mu di seluruh dunia bisnis, semua orang menganggap putra James sebagai orang yang perlu disegani. Sedangkan putri ku? Apa pria tua itu peduli? Aku semakin murka pada kalian, ketika kau mempermalukan Anna di depan dia, dan Charles bahkan tidak melakukan perlawanan apapun. Ini cukup menyebalkan, bahkan ketika ada orang asing yang tiba-tiba menampar putriku." Derick berujar sembari menunjuk Kaylee. "Kau, kalian semua adalah sampah! Jangan pernah menyalahkan ku atas apa yang ku lakukan kepada kalian!"

Kaylee gelisah di tempatnya. Ia pernah beberapa kali bertegur sapa dan berbincang dengan Derick ketika Anna pernah terlibat masalah dengan agensi model miliknya, ia juga pernah berpikir jika Derick adalah pria yang baik. Namun sekarang? Derick jauh lebih gila dari yang ia pikirkan.

Jose menggenggam jemari Kaylee, memberikan ketenangan kepada gadis nya.

"Kau terlalu terobsesi dengan harta, sampai kau tidak mau mendengar semuanya dari Grandpa Charles. Dua tahun yang lalu, kau menolak undangan Grandpa ke mansion, kau menutup kedua telingamu dari apa yang dikatakan Grandpa. Ia tidak pernah berpikir akan mewariskan seluruh kekayaannya pada ku, dia juga akan membagi dengan Anna. Dengan syarat, Anna sudah memiliki pasangan dan pantas untuk meneruskan perusahaan Grandpa. Anna pernah datang untuk menemui Grandpa, ia mengatakan, jika ia tidak pernah menginginkan menjadi seorang pemimpin perusahaan. Anna hanya menginginkan menjadi seorang model. Kurasa, apa yang dilakukan Grandpa memiliki alasan yang jelas. Terlihat egois bukan, siapa yang menginginkan itu semuanya sekarang?"

Derick tampak diam di tempatnya, sedangkan Anna hanya menundukkan kepalanya.

"Grandpa dan Daddy, sengaja memilih untuk bungkam dan tidak mencampuri perusahaan paman. Mereka hanya ingin kau menyelesaikan masalah yang kau buat sendiri. Bukankah seorang pemimpin perusahaan yang cakap mampu mengatasi masalahnya sendiri? Dibalik keterlibatan Grandpa pada masalah perusahaan paman, kau sudah berkali-kali mencuri beberapa dana perusahaan Grandpa untuk menutup segala kerugian perusahaan milikmu. Grandpa tahu akan hal itu, namun ia lebih memilih diam. Apa itu masih kurang?"

Semua yang berada disekeliling Jose hanya diam dan membelalakkan matanya. Mereka sama-sama terkejut dengan apa yang dikatakan Jose.

Belum sempat Derick membantah, Jose sudah lebih dulu mengeluarkan suaranya lagi.

"Grandpa cukup peduli dengan Anna. Tanpa kau ketahui, ia kerap beberapa kali mencoba membersihkan nama baik Anna dan memberikan jaminan yang besar kepada beberapa agensi untuk menerima kembali Anna pada agensi mereka. Pernah sekali, Grandpa hampir membeli salah satu perusahaan agensi model ternama, agar Anna bisa bekerja dengan leluasa dan tanpa merugikan siapapun, namun hal itu mendapatkan penolakan dari dua pihak. Pertama, Anna menolak karena ia belum siap mendapatkan tanggung jawab yang begitu besar nantinya. Kedua, penolakan didapat oleh pemilik CM Model's, karena perusahaan itu cukup besar dan meluas di beberapa negara. Ia berpikir, perusahaan itu akan tetap berada di bawah pimpinannya setelah ibu nya." Jose melirik Kaylee, gadis yang begitu hebat dan tangguh menghadapi semuanya.

"Jika perkara tamparan, Anna yang memancing emosi Alee lebih dulu. Ia mengatakan kalimat yang tak pantas dia ucapkan, dia juga yang hampir melayangkan tamparan nya lebih dulu. Pada saat itu, Grandpa begitu kecewa pada Anna. Bukan salah grandpa jika ia kecewa dengan kelakuan putri mu. Sekarang, sudah terlihat bukan siapa sampah yang sebenarnya? Kau terlalu egois, Derick. Harta hanya membuat kau buta melihat semuanya."

Ada sedikit penyesalan yang Derick rasakan saat ini. Pada kenyataannya, tidak semua yang ia pikirkan buruk akan sama dengan yang ia pikirkan. Ia sudah menutup mata dan telinganya rapat-rapat selama ini. Namun, rasa penyesalannya hanya didominasi dengan rasa benci. Ia menginginkan kehancuran, kehancuran pada siapapun, terlebih kepada kejayaan yang dibangun oleh James dan putranya.

"Aku tidak peduli apa yang telah kalian lakukan kepadaku. Aku tidak meminta itu semua, yang ku minta hanyalah... KEMATIAN DAN KEHANCURAN MU SAAT INI JUGA!" Derick melemparkan vas bunga yang terbuat dari kaca, melemparkan kearah Jose dan Kaylee.

Jose dengan sigap menarik tubuh Kaylee menghindar. Tidak sepenuhnya, pecahan kaca itu melukai pergelangan tangan Kaylee sedikit. Tidak hanya Jose yang terlihat murka, namun Brian dan Samuel sudah begitu murka. Brian hampir saja melayangkan pukulannya pada Derick, namun Samuel menahan.

"Aku tidak apa. Selesaikan masalah mu dulu, Ose. Ini hanya luka kecil." Ucap Kaylee, saat Jose sudah merobek kain bajunya untuk menutup luka pada pergelangan tangan Kaylee.

Jose menatap Derick dengan kilat mata yang begitu tajam. Ia melangkah menghampiri Derick, lalu melayangkan pukulannya kepada Derick. "Kau sudah melampaui batas yang kuberikan, Derick! Kau melukai gadis ku, sama saja kau mencari mati dengan ku! Baj*ngan keparat, apa kurang kekacauan yang selama ini kau perbuat? Jangan melibatkan obsesi mu pada orang-orang yang tidak bersalah!" Jose masih memberikan pukulan tanpa henti kepada Derick, ia mengangkat tubuh Derick dengan jemarinya yang ia tautkan pada leher Derick. Laurianna hanya bisa diam dan bergetar di tempatnya.

"Katakan semuanya di depan Anna! Sebelum kau benar-benar mati!" Jose menghempaskan tubuh Derick di lantai.

"Cepat katakan!"

Derick tertawa keras, napasnya tersengal-sengal.

"Aku membenci seorang anak perempuan! Kau tahu? memiliki Anna hanya membuat hidupku susah, dia adalah gadis yang tidak berguna! Ia hanya membuat uang ku habis dan namaku tercemar karena tingkahnya. Aku tidak pernah menginginkan seorang anak gadis, yang aku inginkan sejak dulu adalah anak laki-laki. Jika aku memiliki seorang putra, Charles sudah lebih dulu memberikan warisannya kepadaku! Sekarang dia hanya membuatku semakin miskin. Aku membersihkan namanya bukan karena aku peduli, tapi aku tidak ingin namaku hancur karena ulahnya. Aku juga memanfaatkan dia yang menyukai dirimu,hanya untuk menghancurkan perusahaan mu. AKU SANGAT MEMBENCI KEHADIRAN DIA DI HIDUP KU!" Derick berteriak dengan gamblang, tanpa ada beban. Hanya ada rasa tawa dan kelegaan ketika ia mengucapkan itu semua.

Laurianna menutup mulutnya dengan jemarinya. Hancur, itulah yang ia rasakan.

Derick yang selama ini menjaganya, hanyalah bualan saja. Ia tidak pernah menyangka, jika Derick begitu membenci dirinya.

Hanya air mata yang berbicara.

"Kau tidak hanya menyakiti kami, kau juga mengorbankan perasaan putri mu."

Jose menunduk menghadap Derick, ia mengeluarkan sebuah pistol dari mantel nya.

"Kau membuat ku tidak memiliki pilihan apapun selain membunuh mu, paman. Maafkan aku."

Dorr!

Bukan, bukan Jose yang menekan pelatuk itu hingga melubangi kepala Derick.

Namun, tembakan itu bersamaan dengan seorang gadis yang berjalan mendekat dari balik lorong.

###
To be continue

Holaa! Jose update!

Udah seminggu zi gak update, maaf yak! Zi ada beberapa urusan, lainnya zi lagi gak mood nulis, sisanya zi buat nonton drakor😂.

Satu kata untuk chapter ini?

Spam next untuk lanjut?

Makin deg-degan nggak?

Maaf yak, kalo chapter ini gak bisa dapetin feel kalian. Semoga kalian sukaa, dan terus bersabar ngikutin cerita MHC sampe selesai.

Jangan lupa follow akun zi, biar kalian gak ketinggalan notifikasi dari zi zizianugrah

Instagram : @silviaanugrah.

Big loves

zizianugrah
Rabu, 14 Mei 2020

Continue Reading

You'll Also Like

16.9M 751K 43
GENRE : ROMANCE [Story 3] Bagas cowok baik-baik, hidupnya lurus dan berambisi pada nilai bagus di sekolah. Saras gadis kampung yang merantau ke kota...
1.8M 89.1K 55
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...
2.3M 35.2K 48
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...
424K 2.2K 16
Warning ⚠️ 18+ gak suka gak usah baca jangan salpak gxg! Mature! Masturbasi! Gak usah report! Awas buat basah dan ketagihan.