My Husband CEO (PROSES REVISI)

By zizianugrah

902K 26.7K 3.6K

FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA. DON'T COPY MY STORY ! 21+ ! Bijaklah dalam membaca! __________ Jose Ste... More

MHC - Cast
Prolog - First meet.
Part 1 - Cafe
Part 2 - Bertemu kembali
Part 3 - Kesal.
Part 4 - Victor pengganggu
Part 5 - Care
Part 6 - Penggoda
Part 7 - Penguntit
Part 8 - Terkilir
Part 9 - Khawatir
🌸 Pendalaman Tokoh 🌸
🌸 Pendalaman Tokoh 🌸
Part 10 - Bosan
Part 11 - Club
Part 12 - The same place
Part 13 - Dangerous
Part 14 - Murka
Part 15 - Dendam pada Beatrix
Part 16 - Reasons
Part 17 - Taman
Part 18 - Flashback
Part 19 - Ancaman
Part 20 - Kematian keluarga Beatrix
Part 21 - Cantik
Part 22 - Kampus
Part 23 - Mansion Brian
Announcement
Part 24 - Barbeque
Part 25 - Frozen
Part 26 - Emosi
Part 27 - Album masa lalu
Part 28- Mimpi buruk
Part 29 - Kiss
Part 30 - China
Part 31 - Dia adalah Tunanganku
Part 32 - Keraguan Kaylee
Part 33 - Memilih gadis masa lalu
Part 34 - Don't leave me
Part 35 - Dia siapa?
Part 36 - Laurianna
Part 37 - Emosi
Part 38 - Kebahagiaan
Part 39 - Shirtless
Part 40 - Kejujuran
Part 41 - Keberadaan El
Part 42 - Dalam Bahaya
Part 43 - Darah
Part 44 - Kembali
Part 45 - She is come back
Part 46 - Panda putih
Part 47 - Perginya Elena
Part 48 - I love u, Alee
Part 49 - Teka-teki
Part 50 - Masa Lalu
Part 51 - Kembali
Part 52 - Wake up
Part 53 - Jealous
Part 54 - Terbongkar
Part 55 - Returning heart
Part 56 - Secret mission
Part 57 - It all began
Part 58 - The dead (1)
Part 59 - The dead (2)
Part 60 - Pengebumian
Part 61 - Kematian sesungguhnya.
Bonus picture
Part 62 - Around me
Part 63 - Halaman baru
Part 64 - Kemurkaan Chelsea
Part 65 - Will you marry me?
Part 66 - Before marriage
Part 67 - Maried
Part 68 - First night
Part 69 - I'm yours.
Part 70 - Swiss
Part 71 - Curiga
Part 72 - Fell and disappeared
Part 73 - Life or die?
Part 74 - Little surprise
Part 75 - Kronologis
Part 76 - He lies
Part 78 - She know
Part 79 - Finally, she really knows!
Part 80 - Silam
Part 81 - Heartbreak
Part 82 - let's play with him!
Eps 83 - finished problem!

Part 77 - Pregnant?

2.5K 128 37
By zizianugrah

HAPPY READING!
____

"Akhirnya, selesai juga." Gumam Clay.

"Kerja bagus, Maddi. Kau selalu menunjukkan didepanku kemampuanmu dengan baik." Balas Kaylee tersenyum bangga.

Mereka saat ini tengah berada disebuah cafe yang letaknya tak jauh dari perusahaan Kaylee, lebih tepatnya terpaut beberapa gedung saja.

Usai menyelesaikan meetingnya dan menghilangkan pening karena berkas yang menumpuk, mereka memilih melarikan diri sejenak ke cafe itu. Menikmati hidangan yang mereka suka dan ditemani hiruk-pikuk keramaian kota Chambridge siang ini.

Maddison tersenyum puas. "Senang mendapatkan pujian darimu. Bagaimanapun juga, kau yang menyelamatkanku dan mengajarkan padaku tentang ini semua. Seharusnya apa yang kulakukan kemarin-kemarin dan hari ini untuk perusahaanmu adalah hal yang tidak sebanding dengan yang kau berikan, Lili."

"Ini tulus, tidak untuk menyenangkan perasaanmu saja."

Tak lama mereka berbincang, dua orang pelayan datang membawa pesanan mereka berdua.

"Maaf.. kau salah membawa pesanan kami? Kami tidak memesan sebanyak ini." Tanya Maddi saat pelayan itu menurunkan satu-persatu makanan dimeja Kaylee dan Maddison.

Lantas, salah seorang pelayan itu memeriksa bill yang ia bawa sebelumnya. "Kami tidak salah, Nona. Disini tertulis pemesan atas nama Nyonya Walter."

Sang pelayan itu kemudian membungkukkan sedikit badannya pada Kaylee. Tentu saja berita Kaylee menikah dengan Jose sudah tersebar luas dan diketahui orang-orang banyak.

Maddi langsung menatap Kaylee. "Lili, kau yang memesan sebanyak ini?!" tanya Maddi tak percaya sembari menghitung jumlah makanan yang ada didepannya.

Kaylee tertawa kecil dan mengangguk setelahnya. "Entah.. aku menginginkan itu semua."

Manik mata Maddi langsung melotot tidak percaya. Ia tersenyum kaku pada dua pelayan itu setelah mereka pergi.

"Lili, are you crazy?! Siapa yang akan menghabiskan makanan sebanyak ini? Kau bahkan menambah satu meja lagi hanya untuk menampung makanan sebanyak ini!"

Maddi bahkan menarik jemari Kaylee saking tidak percayanya. "Bukankah kau setelah ini juga pergi bersama Jose untuk makan siang? Kau yakin bisa menghabiskan semua ini?!"

Kaylee tak menghiraukan, ia justru sudah mulai menikmati satu persatu makanan yang telah ia pesan sejak tadi. "Just shut up, Maddi! Aku lapar!"

"Jika kau tidak mau, tidak apa. Biar aku saja." Imbuh Kaylee.

Maddi menggeleng tidak percaya, bahkan sesekali ia mengelus dadanya heran.

"Bukankah kau tidak menyukai matcha?" tanya Maddi saat Kaylee memotong potongan cake matcha. Maddi melahap pesanannya dengan tak henti-hentinya memperhatikan Kaylee.

"Aku tidak tahu, tiba-tiba makanan yang tidak kusukai menjadi makanan yang ingin kucoba. Tidak buruk juga."

Setelah menyelesaikan satu hidangannya, Maddi menopang dagunya dengan kedua tangannya sembari memperhatikan Kaylee. "Kau tidak takut berat badanmu naik?"

Kaylee menggeleng. Masih dengan mengunyah makanannya. "Sejak kapan aku peduli dengan itu? Setiap akhir pekan aku selalu menghabiskan waktuku bersama Jose untuk berolahraga."

Maddi sangat lama mengenal Kaylee, lebih tepatnya saat mereka sama-sama memasuki Harvard University saat mengejar S1-nya hingga sekarang ini. Kaylee bukan tipikal wanita yang menyukai makanan sebanyak ini dalam satu kali waktu. Bahkan nafsu makan Kaylee biasanya cenderung sedikit jika dibandingkan dengan dirinya dan juga Nathalie. Oleh karena itu, Maddi berhasil dibuat geleng-geleng kepala dengan Kaylee saat ini.

"Cmon.. mengapa kau hari ini cerewet sekali, huh?!" tanya Kaylee.

Maddi terkekeh. "Kau aneh akhir-akhir ini. Nafsu makanmu naik, makanan yang tidak kau sukai jadi makanan yang ingin kau coba, dan satu minggu ini kau sering mengeluh karena lel--"

Deg!

Satu kata tiba-tiba terlintas dipikiran Maddi. Maddi langsung menutup mulutnya tak percaya, namun matanya langsung berbinar seketika.

"Aish! Lanjutkan, Maddi!" geram Kaylee.

Maddi langsung menggeser kursinya tepat disamping Kaylee. Terlihat jelas jika ia tiba-tiba bersemangat. "Lili.. apa menurutmu aku mengada?"

Kening Kaylee berkerut. "Kau pikir aku cenayang bisa menebak pikiranmu? Ayolah, Maddi! Bukankah sekarang yang terlihat aneh justru kau?!"

Persetan dengan keanehan itu! Maddi benar-benar penasaran.

"Jangan-jangan.. kau hamil?!" tanya Maddi dengan suara kencang, hingga membuat beberapa orang yang menempati meja disekelilinganya memutar kepalanya menatap kearahnya.

Mendengar ucapan Maddi, Kaylee langsung tersedak makanannya. Maddi pun langsung memberikan minuman pada Kaylee.

"Hati-hati, Lili! Jika kau serius ham--"

Kaylee langsung membungkam mulut Maddi dengan jemarinya. "Pelankan suaramu, Maddi! Kita diperhatikan semua orang!" bisik Kaylee.

Maddi langsung menghempas jemari Kaylee. "Persetan dengan mereka! Jadi, apa tebakanku benar?" Maddi menaik turunkan alisnya penasaran.

Kaylee mendengus. "Jangan mengada! Usia pernikahanku dengan Ose saja baru satu bulan lebih, mana bisa secepat itu!"

Tapi.. walaupun Kaylee mengelak ucapan Maddi, Kaylee sendiri juga tak bisa membantah jika ia sebenarnya sedikit bingung dengan perubahannya selama sepekan ini. Selain apa yang dikatakan Maddi, emosinya akhir-akhir ini juga sering sekali naik turun. Dan sekarang, ucapan Maddi benar-benar membuatnya terkuras.

"Satu bulan lebih itu waktu yang cukup, Lili! Kau lupa? Suamimu seperti apa? Kalian bahkan bisa melakukan diman--"

Kaylee lagi-lagi membungkam mulut Maddi.

"Maddi!"

"Tidak bisa, Lili! Aku terlalu penasaran! Memangnya apalagi jika bukan karena kau hamil? Kau memangnya tidak mau hamil lebih cepat?"

Kaylee melotot. "Sembarangan!"

Maddi langsung mencengir. Kaylee benar-benar sudah kewalahan.

"Kau tidak mau memeriksa dulu? Aku siap menemanimu!" ujar Maddi bersemangat.

Kaylee menghela napasnya, seolah ia masih menimbang ucapan Maddi. "Masih terlalu awal, Maddi. Aku takut kecewa dengan hasilnya." Kaylee menundukkan kepalanya ragu.

"Hanya untuk memastikan benar atau tidak bukan kesalahan, bukan? Bagaimana jika jawabannya memang benar kau hamil? Kau akan lebih berhati-hati dan tidak sembarangan dalam melakukan apapun. Kau tahu maksudku."

Jujur saja, Kaylee akan merasa teramat bahagia jika ia benar-benar hamil. Apalagi dengan pria yang sejak awal sudah ia cintai. Namun, keraguannya terjadi begitu saja karena takut hasilnya tak sesuai dan akan mengecewakan dirinya sendiri. Alih-alih suaminya, ia juga takut kecewa akan hal itu juga. Itu yang membuat Kaylee bimbang dan murung.

"Bisakah kau tidak mengatakan ini dulu pada Osee? Aku ingin merahasiakan ini dulu sampai aku memeriksanya. Aku takut mengecewakan dia." Ujar Kaylee memohon.

Dengan senang hati Maddi mengangguk menuruti ucapan Kaylee. "Aye-aye, captain! Jadi, kapan aku menemanimu? Hari ini?"

Kaylee menggeleng. "Tidak, jangan hari ini. Usai aku pergi dengan Osee, aku ada janji makan malam bersama mommy and daddy. Bagaimana jika besok saja?"  tawar Kaylee.

Maddi langsung mengangguk bersemangat. "Kapanpun itu, aku akan menemanimu."

Kaylee langsung mengulas senyumnya seraya memeluk Maddi. "Terimakasih, Maddi."

"Sure, Lili."

Kaylee melepaskan pelukannya, menatap Maddi curiga. "Kau hari ini terlihat bahagia sekali, apa ada Victor didalamnya?" goda Kaylee.

Maddi langsung menggeleng tegas. "Hell?! Big no! Kenapa tiba-tiba dia?! Yang ada, aku selalu naik darah jika bersamanya!"

"Jangan terlalu kesal padanya. Kau tahu bukan aku dulu bermula karena membenci Jose?"

"Perbedaan yang sangat jauh, Lili! Jose memang pria yang tepat untukmu, sedangkan V? Dia saja banyak meniduri wanita-wanita diluaran sana. Kau tega jika aku bersamanya?" gumam Maddi malas.

"Terlepas dari apa yang dia lakukan selama ini, pasti selalu ada penyebabnya. Who know? Kita tidak bisa menebak apapun yang terjadi dimasa depan. Membenci dan kesal secukupnya saja. Yang kita lihat tentang V hanyalah beberapa, tidak semua tentang kehidupannya." Nasihat Kaylee pada Maddi.

Maddi diam selama beberapa menit. Jika dipikir-pikir, ia selama ini kesal dan membenci Victor juga karena memiliki alasan. Namun terkadang alasan yang ia miliki seringkali ia sangkut pautkan begitu saja. Sebab, ada lingkungan yang kurang baik yang membentuk Maddi seperti itu.

Kaylee menepuk bahu Maddi pelan. "Tidak usah kau pikirkan, aku tahu mengapa kau membenci sikap V. Pesanku hanya itu. Jika kau belum ingin melakukan sama yang kukatakan, tidak masalah. Kau yang lebih tahu tentang dirimu sendiri dibandingkan oranglain."

Maddi tersentak mendengarnya. Seketika, pikirannya melayang. "Apa aku terlalu egois dan terlihat seperti bukan wanita dewasa?"

"Aku percaya, dia tak sepenuhnya seperti yang kupikirkan. Tapi aku tidak memiliki perasaan apapun padanya. Masih sulit, Lili. Lagipula, sikap dia yang seperti ini bukan berarti karena ia memiliki perasaan padaku, bukan?"

"Andai saja kau tahu, Maddi." batin Kaylee.

"Aku mengerti, tidak usah bicarakan Victor lagi jika membuat mood mu kacau seperti ini. Maafkan aku."

Maddi kembali mengulas senyumnya. "Aku suka mendengar kau bersikap ini pada temanmu."

"Jika perkara mobil yang kuberikan, apa kau juga suka?" kekeh Kaylee.

Maddi langsung menepuk jidatnya, seolah ia teringat akan sesuatu. "Oh ghost! Aku hampir lupa! Aku suka, sangat! Tapi, itu mobil fasilitas perusahaan, bukan?"

Baru beberapa hari ini, Maddi memang mendapatkan mobil marcedes benz keluaran terbaru dari perusahaan Kaylee. Perusahaan tempat Maddi kerja juga. Maddi mengira itu adalah mobil fasilitas perusahaan yang dipinjamkan untuknya, tanpa sepengetahuan Maddi justru hal tersebut sebaliknya.

"Tidak, siapa yang mengatakan?"

"Lucy. Lantas?"

Kaylee tertawa kecil. "Aku memang belum sempat mengatakan, namun Lucy hanya tahu itu saja."

Maddi memicing. "Aku tidak mengerti maksudmu. Jadi?"

"Mobil itu bukan mobil fasilitas dari perusahaan yang dipinjamkan untukmu, itu memang aku berikan untukmu. Semua sudah kusiapkan atas nama kau juga. Maafkan aku jika aku tidak memberitahumu sejak awal, aku tahu kau akan menolak."

"Lili, why? Apa karena aku temanmu? Aku tidak enak dengan pekerja lainnya. Terlepas dari itu juga, kau sudah memberikan banyak hal padaku. Appartmen yang kugunakan sekarang, itu juga kau yang memberikan. Bahkan kau selalu menolak jika aku memberikan gantinya. Bukan aku tidak suka, Lili."

Hati Kaylee sedikit sakit mendengarnya. Bukan karena sikap penolakan Maddi, namun karena kerja keras yang Maddi lakukan atas kesulitannya.

"Kau memang temanku, namun alasannya juga bukan sepenuhnya karena itu. Saat Lucy bekerja denganku, aku juga memberikan hal serupa. Ada alasan, kau bekerja dengan keras untuk membantuku selama ini. Para pekerja lainnya yang sebanding juga aku perlakukan tak jauh berbeda. Itu semua sudah waktunya kau menerima atas kesulitan dan kerja keras yang kau hadapi selama ini. Aku akan sangat bersedih jika kau menolaknya." Ujar Kaylee dengan ekspresi yang dibuat-buat.

Maddi akan sangat cengeng jika itu berhubungan dengan pertemanan mereka. Nyatanya, air matanya sudah lolos. "Bagiku, tidak ada yang lebih berarti dari apapun selain memiliki teman sepertimu."

"Jadi.. kau mau menuruti permintaan dari temanmu yang berarti ini? kekeh Kaylee."

Maddi tersenyum dan mengangguk. "Boleh. Tapi ada satu permintaan."

"Apa?"

"Ijinkan aku membayar sewa appartmen yang kau berikan dengan gajiku. Please! Kali ini saja. Aku masih sanggup jika perkara itu. Mau, ya?" mohon Maddi.

Kaylee mengangguk. Bukan karena uangnya, hanya saja ia menghargai keputusan Maddi. Baiklah. Aku mau.

Lama mereka berbincang hingga tanpa mereka sadari sudah memasuki makan siang. Bersamaan dengan itu, dering ponsel Kaylee berbunyi. Jose yang menghubunginya.

"Sudah selesai? Aku didepan. Mau aku yang masuk saja?" tanya Jose dengan nada suara lembut.

"Tidak perlu, Osee. Tunggu saja didepan, aku akan keluar bersama Maddi."

Kaylee langsung mematikan ponselnya.

"Jose sudah sampai?" tanya Maddi.

"Dia sudah didepan."

Kaylee dan Maddi sama-sama berdiri dari tempatnya, dan menyusul Jose yang sudah ada didepan cafe.

Kaylee langsung tersenyum kala melihat Jose sudah berdiri dan bersandar dimobilnya. Masih menggunakan kacamata hitamnya dan lengkap dengan setelan jas berwarna hitamnya. Tampan dan berwibawa. Itulah yang Kaylee simpulkan.

Dari kejauhan, hal itu menjadi tatapan para pengunjung yang singgah atau hanya sekedar melewatinya saja menatap Jose dengan intens. Tak jarang, ada beberapa wanita yang memberikan kedipan mata untuk Jose dengan memamerkan lengkukan tubuhnya. Padahal mereka tahu siapa Jose dan apa status pria itu sekarang. Kaylee tak memusingkan hal itu sama sekali. Lagipula, permainan tlah usai dan ia yang memenangkan semuanya sejak awal.

"Sudah selesai?" Jose langsung membuka suaranya seraya melepaskan kacamata hitamnya. Merangkul pinggang Kaylee dengan hangat tanpa peduli jika mereka tengah menjadi pusat perhatian semua orang.

Kaylee mengangguk.

Jose beralih menatap Maddi. "Terimakasih sudah menemani Alee."

"Dengan senang hati. Jaga Lili dengan baik, jika kau tidak mau menyesali." Gumam Maddi dengan tawa kecilnya.

Jose sedikit bingung dan mengernyit. Sedangkan Kaylee sudah menatap Maddi was-was.

"Tidak usah kau pikirkan." Imbuh Maddi pada Jose.

"Aku pergi dulu. Bye Lili!"

***

"Lula, kau disini?" tanya Kaylee saat ia baru saja turun dari mobilnya. Bersama Jose disampingnya.

Nampaknya, mobil Lula juga baru saja sampai di George Mansions.

Lula mengangguk dan meninggalkan senyumnya. "Aku tidak sengaja bertemu Brian dan membawanya kemari."

"Apa yang terjadi?" sahut Jose.

"Dia minum terlalu banyak."

Kaylee mengernyit. Aneh sekali. Hari baru memasuki malam, dan Brian sudah mabuk? Jelas tak seperti biasanya. Brian bukan tipikal pria peminum berat, terkecuali jika pria itu benar-benar sedang dalam masalah yang besar.

Jose melirik Kaylee. Jelas sekali jika Kaylee tengah bertanya-tanya dalam hatinya, raut wajahnya juga terbaca olehnya.

"Dimana dia?" tanya Jose dingin.

Lula menunjuk mobilnya, pertanda Brian masih ada didalam sana. "Aku baru saja sampai dan belum membawanya masuk. Aku sudah meminta pekerjaku untuk membawa mobilnya kemari."

Kaylee semakin resah. Jose mulai gelagapan. Apa lagi yang Kaylee tanyakan setelah ini?

Jose berjalan menuju mobil Lula, membuka pintu penumpang dan ada Brian yang tengah tertidur didalam sana.

"Sialan!" umpat Jose.

Jose menatap dua pengawal yang berjaga. "Bawa bedebah ini masuk kedalam!" ujar Jose dengan nada sarkasnya.

"Baik, Tuan."

Jose lantas menghampiri Kaylee, memegang jemari Kaylee dengan lembut. "Udara diluar terlalu dingin untukmu. Ayo, kita masuk kedalam!"

"Aku ingin berbicara dengan Lula sebentar, kau bisa tinggalkan kami dan masuk lebih dulu?" tanya Kaylee sembari memegang pundak Jose. Kilat matanya memohon.

Jose menatap Lula, Lula hanya diam saja tak bergeming.

"Hanya lima menit." Jose lantas melepaskan jasnya, ia sampirkan pada pundak Kaylee.

Kaylee mengangguk mengiyakan.

"Temani istriku!" Perintah Jose pada salah seorang maid yang ada disana untuk mendampingi Kaylee.

Kaylee hanya mampu menggelengkan kepalanya saja melihat kelakuan suaminya yang semakin hari semakin menjadi padanya. Well, is not bad. Kaylee menyukai itu!

"Ada apa, Lili?" tanya Lula lebih dulu.

Mereka berada dibangku taman berukuran panjang, dibawah temaram lampu taman.

"Lagi-lagi kau yang selalu membantu Brian. Terimakasih sudah mengantarkan dia kemari." Ujar Kaylee tulus sembari menepuk jemari Lula.

Lula tersenyum tipis. "Jika aku bisa akan kulakukan. Aku mengenalnya dan tidak mungkin kuabaikan."

Kaylee mengangguk setuju.

"Kalian sama-sama bertemu di klub?"

Lula menggeleng. "Tidak juga. Saat dalam perjalanan pulang aku tidak sengaja melihat Brian berjalan sempoyangan dari dalam klub. Ia terjatuh saat hendak memasuki mobilnya. Aku turun dan memutuskan membawanya kemari. Jika ia mengemudi dalam kondisi seperti itu akan mendapatkan masalah."

Lagi, ini bukan kebiasaan Brian.

"Tumben sekali, biasanya ada Victor atau Ken yang mengantarkan dia pulang."

Kening Lula berkerut. "Aku tidak melihat ada mereka disana."

Jawaban dari Lula membuat Kaylee semakin bingung.

"Lantas, dia hanya seorangdiri?"

Lula menggeleng. "Aku tidak tahu pasti. Aku hanya melihat dia dibantu oleh seorang wanita saat keluar dari klub itu."

Lula hanya bisa menjawab semua pertanyaan yang keluar dari bibir Kaylee. Ia seperti diwawancara saat ini juga. Tentu Lula bukan gadis polos yang tidak bisa mengerti mengapa orang dewasa bisa mabuk, raut tak terbaca dari Kaylee, dan segala kegelisahan itu. Bertanya pun ia tak memiliki selera. Yang ia tahu, ia hanyalah orang asing yang tidak berhak untuk tahu banyak. Pikir Lula.

"Wanita? Siapa? Quenna?" tanya Kaylee cepat.

Sejak pagi tadi ia sudah dibuat bingung dengan tingkah Brian dan Jose. Mereka seolah bekerjasama untuk tidak memberitahunya ada apa diantara mereka. Dan malam ini, ia dapati sendiri jika Brian mabuk hingga kesadarannya habis. Menurut Kaylee, itu bukan Brian yang biasanya. Dapat ia kenali, Brian akan menjadi pemabuk seperti itu jika sedang dalam masalah.

Lantas, apa itu artinya Brian dalam masalah besar?

Raut wajah Lula seperti tidak yakin dengan nama yang disebutkan Kaylee. "Quenna? Jika aku tidak salah, dia gadis yang pernah kutemui disini beberapa pekan lalu?"

Kaylee mengangguk. "Apa dia?"

Kaylee terlihat resah. Entah.. sesekali ia juga mengigit bibir bawahnya.

Namun, hal itu langsung mendapat gelengan tegas dari Lula. "Tidak, bukan! Wajahnya berbeda."

Kaylee semakin gelisah ditempatnya. Sangat tidak mungkin jika Brian mabuk dan mengajak wanita yang tidak ia kenali untuk menemaninya minum begitu saja. Cmon, dia bukan Victor!

"Jika tidak salah namanya Gabby?"

Kaylee memperhatikan Lula teramat serius.

"Ahh, tidak! Gracey? Atau Greyson? Sepertinya yang terakhir. Aku yakin."

Deg!

Jantung Kaylee langsung melambat mendengarnya.

"Greyson? Kau tidak salah dengar?"

Lula nampak berpikir beberapa saat sebelum menjawab pertanyaan Kaylee. Lebih tepatnya, mengingat kejadian beberapa saat lalu.

Flashback on.

Terimakasih. Tapi namamu siapa? Kau bisa mengemudi? tanya Lula dengan sedikit keras karena suara musik dari dalam klub masih terdengar.

Gadis itu tersenyum kikuk. Namaku Greyson, Nona. Aku tidak bisa mengemudi dan aku tidak tahu bagaimana membawa Tuan George kembali.

Lula menarik napasnya. Ia meminta bantuan pengawal yang ada disana untuk membawa Brian ke mobilnya.

Aku mengenalnya. Boleh aku membantu membawanya?

Greyson mengangguk saja.

Jika kau ingin kembali, bersamaku saja tidak apa.

Greyson langsung menggeleng. Tidak perlu, Nona. Masih ada urusan yang harus ku selesaikan setelah ini.

Flashback off.

"Aku tidak salah dengar, namanya memang Greyson."

Pertanyaan dikepala Kaylee semakin penuh. Salah satunya, apa Greyson yang dimaksud Lula adalah gadis yang ia kenali?

"Kau mengenalnya?"

Lamunan Kaylee langsung buyar.

"Ada satu orang yang kukenal dengan nama yang sama kau sebutkan barusan. Namun aku tidak yakin Brian minum dengan gadis yang kukenali itu. Mereka tidak terlalu akrab."

Lagi, Kaylee berkecamuk dengan pikirannya sendiri. Resah dan gelisah memikirkan semuanya.

Sebenarnya, apa yang terjadi?

Lula memperhatikan raut wajah Kaylee yang tiba-tiba berubah drastis. Kaylee meremas jemarinya sendiri dan tatapannya berubah menjadi kosong. Lula bukan gadis polos. Apa yang diperlihatkan Kaylee sangat jelas jika ia tengah memikirkan sesuatu.

"Apa kau memiliki foto gadis yang kau kenali itu? Siapa tahu bisa sedikit menjawab pertanyaanmu."

Lula memang tidak tahu pasti ada apa antara Kaylee, Brian, dan gadis yang ia maksud barusan. Namun melihat raut kegelisahan Kaylee sejak tadi membuat Lula ingin menjawab apa yang ia ketahui. Bukan maksudnya ikut campur dalam masalah mereka.

"Tunggu sebentar."

Kaylee lantas membuka ponselnya. Mencari media sosial milik Greyson. Setelah apa yang ia cari sudah ia dapatkan, Kaylee langsung membuka salah satu foto milik Grey dan menunjukkan pada Lula.

"Apa ini yang kau maksud tadi?"

Manik mata Lula menyipit, menatap foto yang ditunjukkan oleh Kaylee dengan teliti. "Sepertinya.. gadis yang kutemui tadi sama seperti gadis yang kau tunjukkan ini. Rambutnya sedikit pirang dan menggunakan kacamata. Sama persis."

"Kau yakin? Maksudku.. tidak salah melihat?"

Lula menggeleng tegas. "Mataku masih sehat, Lili. Aku yakin dengan apa yang kulihat."

Kaylee langsung terdiam. Detak jantungnya melambat. Gadis yang disebutkan oleh Lula sama persis ciri-cirinya dengan Greyson. Kaylee benar-benar bingung.

Hari ini, ia benar-benar dibuat tidak mengerti dengan semua orang. Seolah, orang-orang terdekatnya dalam satu waktu membuatnya terasingkan. Ketidakjujuran Jose dan Brian, Brian mabuk hingga tak sadarkan diri, dan Greyson ada bersama dengan Brian. Apa itu bisa dikatakan kebetulan dalam satu waktu? Perasaan Kaylee semakin campur aduk.

"Are you okay?" tanya Lula memegang pundak Kaylee. Membuyarkan lamunan Kaylee.

Kaylee tersenyum kecil. "Aku tidak apa, hanya ingin tahu saja. Bukan masalah besar."

Kegelisahan Kaylee berhenti begitu saja saat ia merasakan pundaknya dipegang oleh suaminya. Jose tiba-tiba datang.

"Sudah selesai?"

Kaylee mengangguk saja.

Jose menatap kearah Lula, Lula hanya mengendikkan bahunya saja. Tak mau banyak berbicara.

"Mereka sudah menunggumu didalam."

Kaylee bangkit dari duduknya.

"Lula, ayo!"

Lula juga ikut bangkit dari duduknya. "Tidak lama, ya? Aku menyapa aunty dan uncle George saja. Aku masih memiliki urusan setelah ini."

Kaylee mengangguk pasrah.

A few moment later

Makan malam telah usai beberapa menit yang lalu. Namun, suasana dimeja makan tak sehangat biasanya. Brian yang seharusnya ada ditengah-tengah mereka justru tidak bisa ikut karena masih merasakan pengar akibat banyaknya alkohol yang menelannya. Dan Samuel, sepertinya sudah tahu apa yang terjadi antara Jose dan putranya.

"Nak, lusa adalah hari peringatan kematian keluargamu. Kau baik-baik saja?" tanya Chelsea. Ia sudah menggeser tubuhnya hingga duduk disamping Kaylee. Sembari mengusap surai Kaylee, menyalurkan kekuatan disana.

"Tidak apa-apa. Bukankah semakin hari aku harus memberikan kekuatan untuk diriku sendiri juga? Aku hanya berusaha, mom. Tahun-tahun lalu aku bisa melewati semuanya. Artinya, sekarang dan nanti pun aku harus jauh lebih bisa." Tatapan Kaylee begitu memancarkan kekuatan disana. Seolah, ia ingin meyakinkan semua orang jika ia baik-baik saja.

"Karena.. ada yang lain yang mengganggu pikiranku, mom."

Chelsea tersenyum lega mendengarnya. Walaupun sebenarnya ia tidak yakin, jika Kaylee seutuhnya baik-baik saja. "Kami disini. Kami milikmu dan untukmu. Tempatmu pulang, nak. Bawa kami merasakan apa yang kau rasakan. Demi Tuhan, sekalipun itu sulit kami tetap ingin." Jemari lentik Chelsea terus memberikan kehangatan pada Kaylee. Tatapannya yang teduh, bak seorang ibu dengan putrinya.

"Ingat perkataan daddy? Kami selalu ada dibelakangmu, nak." Sahut Samuel dengan senyum hangat khasnya.

Bibir Kaylee melengkung sempurna. Senyum yang menunjukkan kehangatan dan bersyukurnya ia karena memiliki sosok George dihidupnya.

Kaylee menatap Chelsea dan Samuel bergantian. "Akan aku lakukan. Terimakasih, mom and dad."

Jose hanya diam saja selain mendengarkan. Namun, sepertinya hati dan pikirannya tak sejalan.

Chelsea merapikan anak rambut Kaylee yang terjatuh. "Good girl, my Lili."

Kaylee tertawa kecil. Ia disini benar-benar diperlakukan bak seorang putri oleh keluarga George. Cinta yang mereka berikan benar-benar hangat dan tulus. Kegelisahan itu hilang sementara waktu saat manik teduh Chelsea dan Samuel menuntunnya.

"Mau menemani mommy merapikan perpustakaan? Siang tadi mom membeli banyak buku baru." Ujar Chelsea dengan mata berbinar.

Selain mengurus kebun bunganya, berkutat dengan puluhan buku diperpustakaan juga menjadi hal favorit untuk Chelsea. Walaupun usianya sudah hampir memasuki kepala lima, namun itu justru menjadi hal yang berbeda untuknya.

"Masih mommy sendiri yang merapikan?" Kaylee juga ikut berbinar melihat Chelsea pun begitu.

"Akan selalu seperti itu."

"Begitulah keras kepalanya ibumu, nak." Sahut Samuel sembari meneguk minumannya.

Ibumu.. hal itu terdengar hangat dihati Kaylee.

"Tidak, tidak apa. Aku justru senang menemani mommy."

Kaylee melirik Jose yang sejak tadi sudah seperti patung pajangan disampingnya. Membelai jemari Jose dengan lentik. "Aku temani mommy sebentar. Kau disini bersama daddy dulu tidak apa?"

Jose menepuk jemari Kaylee perlahan. Inilah yang Jose suka dari Kaylee, hal sekecil apapun Kaylee selalu bertanya padanya. Bukan karena hal ini, namun hal seperti ini ia merasa dihargai sebagai suaminya.

"Pergi saja."

Kaylee langsung bersemangat kembali. Bangkit dari duduknya dan menggenggam jemari Chelsea. "Let's go!"

Seperginya Kaylee, Jose melirik kearah Samuel. Ia langsung menyadari, jika Samuel tak henti-hentinya mengulas senyumnya melihat Chelsea dan Kaylee seakrab itu.

"Itu yang membuat kalian membohongi Alee terus-menerus?" gumam Jose memecah keheningan diantara mereka.

Netra Samuel langsung menatap Jose. "Brian yang mengatakan?"

"Sangat klasik!" ujar Jose dingin.

Samuel menghela napasnya. Jangan disini. "Ikut keruangan pribadi daddy saja." Balas Samuel seraya bangkit dari duduknya.

Sebenarnya, Jose malas jika harus berulangkali membicarakan hal yang sama dan selalu tak berujung. Namun kali ini ia benar-benar perlu berbicara dengan Samuel.

Jose ikut bangkit dari duduknya. Berjalan beriringan dengan Samuel menuju elevator.

"Naiklah lebih dulu, ada panggilan yang harus kujawab." Gumam Samuel saat dering ponselnya tiba-tiba berbunyi.

"Aku bertemu Brian dulu." Ujar Jose singkat. Langsung memasuki elevator dan menekan angka menuju kekamar Brian.

Sesampainya disana, seorang maid baru saja keluar dari kamar Brian dengan membawa nampan berisikan makanan yang masih tak tersentuh.

"Dia sudah bangun?"

"Sudah, Tuan. Hanya saja Tuan George menolak untuk makan malam."

"Abaikan saja. Dia bukan anak kecil."  gumam Jose dingin dan memerintahkan maid itu pergi dari sana.

Jose membuka pintu kamar Brian. Ia langsung bisa melihat Brian yang duduk ditepian ranjangnya, sesekali memijat pelipisnya dan mengusap matanya.

"Siapa yang menyuruhmu masuk?" tanya Brian dingin. Matanya sedikit memicing karena pening dikepalanya.

"Tidak ada yang bisa melarangku."

Jose langsung duduk disofa, meluruskan kakinya pada meja yang ada didepannya.

"Terserah! Aku mau bertemu Lili!" Brian bangkit dari duduknya dengan berjalan sempoyongan.

"Kau sudah menyiapkan alibi jika Alee bertanya tentang alasanmu mabuk?" ujar Jose telak hingga membuat langkah Brian terhenti.

"Kenapa? Bukankah kau yang gegabah menginginkan Lili tahu secepatnya?" balas Brian dengan tajam.

"Tapi tidak dengan kondisimu yang seperti sekarang, bodoh!" Jose benar-benar padam kembali.

Brian diam, memikirkan ucapan Jose dengan kepala peningnya.

"Kau yang meminta Alee datang. Namun kau justru datang dengan kondisi mabuk. Pertanyaan macam apa yang akan Alee tanyakan setelah mencurigai kita secara terang-terangan?!"

Jose memang tidak berbohong. Ia sebenarnya sudah merasa jika Kaylee bersikap berbeda setelah masalah pagi tadi yang tidak berterus-terang padanya. Ditambah, kondisi Brian yang mendukung pikirannya.

Brian langsung mengusap wajahnya frustasi. Ia kembali duduk diatas ranjangnya.

"Lili mencurigai kita?" tanya Brian.

Jose memicingkan matanya. "Bukankah kau mengenal Alee dengan baik?"

"Jawab saja!" gumam Brian kesal.

Jika saja diluar sana tidak ada istrinya, Jose sudah melayangkan kembali tangannya mentah-mentah diwajah Brian. Sayangnya, niat baiknya ia urungkan agar tak menambah kecurigaan istrinya. Ia memang menginginkan Kaylee lekas tahu, tapi tidak dalam kondisi Brian yang sekarang.

"Jawabannya sudah jelas. Kita tidak berterus-terang masalah pagi tadi dan kau datang dalam kondisi mabuk. Ia diam bukan berarti pikirannya juga ikut diam."

Jose menurunkan kedua kakinya, menarik napasnya. "Kau usai bertemu Greyson?" tanya Jose menyelidik.

Kening Brian bertaut. "Kau tahu?"

"Apa yang kau bicarakan dengannya?" Jose tak menggubris pertanyaan Brian.

Brian berdecak. "Awal mula semuanya, aku meminta dia menjelaskan pada Lili jika kami sudah memutuskan."

"Jawabannya?" tanya Jose sekedarnya.

"Tidak ada penolakan, karena memang dia dan ibunya yang tahu semuanya lebih dulu."

"Dengan cara mengajak Grey ke klub?"

"Aku datang lebih dulu dan memintanya untuk kesana. Setelahnya, aku lupa."

Rupanya, jawaban dari Brian justru membuat Jose melayangkan smriknya. "Kau tidak bisa memainkan kartumu lagi jika Alee bertanya pada Greyson langsung!"

Ucapan Jose berhasil membuat Brian menautkan kedua alisnya. Perasaanya mulai tidak enak.

"Maksudmu? Lili tahu?"

"Lula yang membawamu kemari dan Lula sempat bertemu Grey disana. Lalu Alee bertanya pada Lula."

Jika kalian berpikir saat Kaylee dan Lula berbicara berdua dan Jose pergi, kalian salah besar! Nyatanya Jose menguping semuanya hingga tahu kecurigaan istrinya semakin membulat.

Brian langsung bangkit dari duduknya. Meraih bantal tidurnya dan ia lempar pada Jose. Sayangnya, Jose penangkap yang handal.

"Shit! Dan kau membiarkan Lili tahu dari Lula?!"

Jose lantas melemparkan kembali bantal itu pada sang pemiliknya.

"Lantas, aku harus menghalanginya?" tanya Jose tanpa dosa.

Brian mengusap wajahnya dengan kasar. Ia ingin memaki Jose saat ini juga. Persetan dengan pengarnya, ini lebih penting!

"Kau lupa ucapanmu pagi tadi?! Bukankah kita menunggu kondisi mommy setelah pemeriksaan baru akan mengatakan pada Lili? Lantas, sekarang?!"

"Sekarang? Apa aku mengatakan pada Alee tentang keluarganya?" tanya Jose membuat Brian bungkam.

Jawabannya sudah jelas tidak. Jose tidak mengatakan perihal sebenarnya, atau lebih tepatnya belum. Dan perihal Greyson adalah topik pembicaraan yang berbeda dengan yang Brian tanyakan barusan.

"Aku tidak bisa menghalangi dia tahu dari Lula. Semakin menghalangi, Alee semakin tidak percaya."

Brian terdiam resah. Semakin lama, suasana semakin kacau dan tak bisa ia kendalikan lagi. Jika ia tidak segera mengatasi, masalah akan semakin runyam dan Kaylee akan semakin mencaritahu semuanya sendiri. Akan lebih bermasalah jika Kaylee tahu dari oranglain dibandingkan darinya langsung,

Ia juga yakin, diamnya Kaylee adalah pertanda bahwa wanita itu menunggu kejelasan darinya langsung. Kaylee tipikal wanita yang memberikan kepercayaan penuh kepada orang-orang disekelilingnya. Hanya saja, jika kesabarannya habis ia bisa benar-benar bertindak sendiri tanpa peduli siapapun lagi.

"Alee tidak akan bertanya pada Greyson sebelum dia bertanya padamu. Dia mempercayai orang-orang terdekatnya melebihi apapun, jangan mempermainkan itu." Ujar Jose menatap Brian serius.

Brian duduk lemas diatas ranjangnya. Pening dikepalanya semakin menjadi saat mendengar apa yang Jose katakan. Ditambah, malam ini ia membuat kekacauan dan mabuk hingga menimbulkan kecurigaan Kaylee.

Brian menghela napasnya, memutar kepalanya menatap Jose. "Jika Lili tahu nanti, kau bisa memastikan dia baik-baik saja? Berjanjilah padaku." Ujar Brian serius. Ia sangat berharap banyak pada Jose.

Sebenarnya, Jose juga tidak mampu menyalahkan ini semua pada Brian dan keluarga George seutuhnya. Apa yang ia lakukan saat ini hanyalah ingin menyudahi semuanya yang belum benar-benar selesai. Tidak ada rahasia, tidak ada kebohongan, dan tidak ada amarah yang bisa meledak kapan saja diantara mereka. Jose juga ingin, Kaylee mendapatkan kebahagian utuh lagi setelahnya.

"Apa yang kau takutkan saat Alee tahu?"

"Marahnya dia dan kecewanya." Ujar Brian berterus-terang.

"Aku berharap itu semua tidak terjadi padanya. Namun aku terlalu serakah jika menginginkan itu." Imbuh Brian dengan tertawa sumbang. Jelas sekali ada ketakutan disana.

Jose bangkit dari sofa yang ia duduki semula. Meraih botol berisikan air putih dan ia sodorkan pada Brian.

"Thank." Ujar Brian singkat dan meneguknya hingga tandas.

Jose duduk disamping Brian. Manik matanya tak sengaja melirik ada foto Kaylee diatas nakas samping ranjang Brian. Ia tersenyum kecil. Sangat jelas jika pria disampingnya itu sangat menyayangi Kaylee.

"Dia marah dan kecewa karena memang pantas dan berhak. Jangan ambil haknya setelah kau menutupi semua darinya. Jika itu yang kau takutkan, hadapi resikonya, jangan menjadi pengecut." Jelas Jose.

Pukulan telak untuk Brian.

"Bagaimana dengan kau? Kau tidak takut jika Lili juga marah dan kecewa padamu?"

Bagaimanapun juga Jose juga ikut terlibat disini. Jose sudah mengetahui semuanya sejak lama juga namun ia diam. Diamnya dia karena dia merasa Brian dan keluarganya yang lebih berhak untuk berbicara lebih dulu. Terlebih, ia tahu betul bagaimana kondisi Chelsea. Namun sayangnya, kali ini Jose benar-benar ingin menyudahi semuanya.

"Aku benci melihat Alee marah dan kecewa karena apa yang kulakukan padanya. Hanya saja, itu yang tersisa darinya saat ia tahu orang yang ia percaya membohonginya secara terang-terangan," Jose menjeda ucapannya sejenak, menarik smriknya. Ada penyesalan disana.

"Persetan dengan itu semua, aku sendiri yang akan memastikan semua tentang Alee. Demi Tuhan! Aku mencintai istriku lebih dari apapun!" ujar Jose penuh keyakinan. Tatapannya tajam tak terbantahkan.

Brian dibuat heran dengan ucapan Jose. Pasalnya, sangat jarang sekali ia mendengar sahabatnya mengeluarkan semua tentang perasaannya terang-terangan seperti sekarang ini.

Tanpa Jose dan Brian sadari, ada Samuel yang sudah berdiri didekat pintu sejak tadi.

"Jadi ini yang membuat putri daddy begitu mencintai suaminya?" goda Samuel tiba-tiba sudah berjalan mendekat pada Jose dan Brian.

Jose dan Brian langsung memutar kepalanya menatap kearah sumber suara.

Jose memutar bola matanya tak tertarik.

"Dimana Alee?"

"Masih dengan ibunya. Maid akan memanggilmu jika sudah."

Jose hanya berdeham.

Samuel, pria yang sudah berkepala lima itu sudah duduk didepan Jose. Jemarinya menepuk pundak Jose dengan tenang. "Daddy tahu kekhawatiranmu saat kami menyembunyikan semuanya dari Lili. Bahkan mungkin, Lili juga akan kecewa dengan sikap yang kau ambil dalam memberi kami kesempatan. Kami tidak akan menghalangi murka dan kecewanya putri kami, biarkan itu terjadi dan berlalu saat hatinya sudah benar-benar siap menerimanya nanti. Dan daddy percaya, kaulah orang pertamakali yang akan Lili andalkan saat ia sulit menerimanya nanti. Walaupun kau harus menerima konsekuensinya lebih dulu."

Entah mengapa, hati Jose sedikit lega mendengar penuturan dari Samuel. Sejak dulu, Jose selalu mengenal sosok Samuel yang bijaksana. Seperti sekarang ini.

"Jadi.. keputusan yang kau ambil?" tanya Jose pada intinya.

Samuel mengukir senyumnya. "Mari kita sudahi semuanya. Lili berhak tahu dan kami juga berhak mengumumkan pada dunia tentang apa yang terjadi pada keluarga kami."

"Mom Chelsea?"

"Sesuai rencana yang kau katakan pagi tadi pada Brian. Istriku menyetujui dan kami akan hadapi kesalahpahaman ini semua bersama-sama." Jawab Samuel penuh keyakinan. Kali ini, tidak ada keraguan disana. Memang benar, terlalu lama untuk dipendam dan waktunya menyudahi semuanya sendiri.

Itulah jawaban yang Jose inginkan.

Samuel menatap Brian, senyumnya terbit. "Princess kita akan mampu melewati semuanya. Kau tidak lihat siapa pemiliknya sekarang?" Samuel menatap kearah Jose dan menjeda ucapannya sejenak.

"Dia yang akan memastikan Lili baik-baik saja. Adikmu juga tidak selemah yang ada dipikiranmu." Ujar Samuel ikut menenangkan Brian.

Tak ada lagi alasan Brian untuk tak sependapat dengan kedua orangtua. Memang masalahnya sejak awal karena ada pada kondisi kesehatan Chelsea dan ketakutan reaksi Kaylee saat mengetahui semuanya. Hanya saja, ketakutan itu harus segera dihadapi dan diselesaikan bersama-sama.

Brian menarik napasnya panjang. Samuel dan Jose menatap kearahnya untuk menunggu jawaban darinya.

"Baiklah, kita sudahi semuanya."

###

To be continue.

MHC UPDATE LAGI!

Dua bab lagi menuju puncak masalahnya! sabar-sabar, zi udah selesaiin bab setelah ini, tinggal update aja kalo bab ini udah rame.

Mau langsung lari ke puncak masalahnya tapi nanti gaseru 😌 jadi sabar ya! zi juga lagi kebut nulisnyaa.

mau cepet up ramein bab ini bole banget xixi.

jangan lupa klik "🌟" di pojok bawah paling kiri ya.

comment "next" untuk lanjut?

see u in the next chapter!

_______

Big loves!

zizianugrah
Rabu, 1 September 2021

Continue Reading

You'll Also Like

1.5M 137K 48
Kehidupan Dinar Tjakra Wirawan berubah, setelah Ayah dan kakak laki-lakinya meninggal. Impiannya yang ingin menjadi seorang News anchor harus kandas...
915K 85.3K 52
Ini adalah Kisah dari Kila. Kila Prastika yang ternyata memiliki seorang bapak kos yang kebelet kawin ... "Nikah sama saya, kosmu gratis seumur hidu...
803K 51.9K 33
Semua orang mengira Saka Aryaatmaja mencintai Juni Rania Tanaka, namun nyatanya itu kekeliruan besar. Saka tidak pernah mencintai Rania, namun menola...
2.9M 303K 50
Bertunangan karena hutang nyawa. Athena terjerat perjanjian dengan keluarga pesohor sebab kesalahan sang Ibu. Han Jean Atmaja, lelaki minim ekspresi...