Sekiranya sebelum mulai membaca fanfic ini, diharapkan untuk bisa meninggalkan vote. Sebagai tanda bahwa kalian mau menghargai karya-karya dari para penulis. 😉
°°°
tes tes tes
suara rinai hujan terdengar memenuhi kota. y/n membuka payung yang kala itu dipegangnya, Kemudian berjalan menembus gerimis air dari langit sana, berbaur bersama orang-orang yang ada di jalanan. Sebuah kantong plastik yang dipegangnya ia masukan ke dalam hoodie.
Langkah demi langkah semakin dipercepat, hujan kala itu semakin deras. Tibalah y/n di sebuah halte, dirinya menduduki salah satu kursi untuk menunggu kedatangan bus. Beberapa orang sibuk berlalu-lalang kesana kemari di hadapannya.
Sembari menunggu y/n memutuskan untuk memainkan ponsel. Baru saja ia membuka lock screen, notifikasinya sudah dibanjiri dengan pesan dari sahabatnya, Izumi.
Izumiii
P
P
P
y/n
Woy
Knp?
Kudengar kamu sakit?
Kamu Mendengarnya
dari siapa, huh?
Chifuyu lah yang
memberi tahuku.
Sekarang cepat katakan
kamu sakit apa?
Dia membodohimu,
mana ada aku sakit.
T tapi kemarin aku
melihatnya dia keluar
dari apotek?
Mungkin dia yang sakit.
Kamu tau kan dia sangat suka berkelahi.
Heh aku tidak peduli
siapa yang sakit disini.
Intinya besok aku ke
rumahmu, siapa tahu
kamu berbohong kan.
Serah you deh.
Aku mah oke-oke aja
read
Begitulah chat singkat antara dua orang sahabat tersebut. Mereka berdua memang jarang berkirim pesan. Bunyi suara klakson bus pun terdengar mendekati halte, y/n bangkit, bersiap-siap menaiki bus ini.
Dalam perjalanan y/n memutuskan untuk mendengarkan musik klasik. Ia memasang earphone pada daun telinga, lalu memutar lagu favoritnya. Pandangan y/n menyusuri jalanan yang basah dari balik kaca jendela. Karna saat itu suhu udara cukup dingin, secara tidak sengaja y/n tertidur. Lagu klasik yang kala itu didengarnya semakin membuatnya masuk dengan mudah ke dalam mimpi.
"Dek, bangun." Terdengar suara orang dewasa membangunkan y/n.
y/n pun terbangun setelah kursi yang ia duduki digoyang-goyang kan oleh orang yang tampak seperti sopir itu.
"Maaf, pak. Ada apa ya?"
"Ini sudah stasiun terakhir, kamu ga mau turun?" Tanya orang itu.
"Heh! Sekarang jam berapa sih pak?" Tanya y/n panik.
"Jam 9 malam."
"Astaga, seriusan. Ya udah makasih pak." y/n pun bergegas membayar biaya bus, lalu turun.
y/n memandangi sekitaran halte yang saat ini ia turuni. Dalam hatinya ia membatin kesal dengan kecerobohannya kali ini. Dia menghentak-hentakan kaki berulang kali. Kesal sekali rasanya.
"Huh, sekarang apa yang harus kulakukan? Mana jarak dari halte ke rumah jauh banget. Ga mungkin kan diri ini harus pergi melonthai?" ucapnya khawatir.
y/n pun meraih hpnya. Matanya pun melotot ketika melihat sisa baterai hp ... Tinggal 2%.
'Mampus! Baterainya udah mau sakaratul maut. Harus share lock ke siapa nih? Ke mama kah? Tapi kan, mama ga main whatsaap.' batin y/n bingung. Dirinya mulai panik. Meratapi kondisi semakin tak terkendali secara tidak sengaja maniknya menangkap satu nama yang sangat tidak asing.
Tanpa banyak basa-basi ia pun langsung mengirim lokasinya saat itu kepada orang yang sudah sangat lama ia kenal yaitu Chifuyu, teman masa kecilnya. Baru saja pesan itu terkirim, tiba-tiba ponsel y/n tewas di tempat.
"Inilah resiko kalau keluar rumah tapi ga bawa power bank."
y/n pun duduk di halte. Perasaan was-was menimpa dirinya ketika menyadari bahwa halte ini sangatlah sunyi dan cukup minim rumah penduduk. Seakan perlu menjaga diri, ia spontan memakai penutup kepala dari hoodie yang kala itu dia pakai. Tanpa mempermasalahkan jikalau nanti ada orang asing lewat lantas mengira dirinya hantu gentayangan dan tidak mendekat.
Biarlah mereka menjauh, setidaknya hidup y/n aman. Pulang. Hanya itu yang dia ingin.
Tak terasa sejam pun terlewati. y/n masih diam membatu menatap kedua kakinya. Batin ini sudah komat-kamit mengucap doa dan memohon perlindungan kepada tuhan sambil berharap kelak ia bisa pulang dengan selamat lahir batin.
Keheningan di sana masih sangat terasa, membuat sang pemilik raga bergidik ngeri. menyadari hal itu dirinya semakin mengucap doa-doa sebanyak yang y/n bisa. Awalnya semuanya tidak terjadi apa-apa, sampai tiba-tiba sebuah tangan misterius mendarat di bahunya.
"Huwwaa!! Tolong!! Tolong jangan bunuh aku. Tubuhku cuma isi tulang! Ga ada enak-enaknya." Teriak y/n panik.
"Hoi! Tenang lah, ini aku." suara yang terdengar tidak asing terdengar jelas oleh y/n.
Tanpa basa-basi ditatapnya sosok itu. Oh tuhan, perasaan senang seketika menjalar di tubuhnya. y/n pun tak dapat menahan cairan bening di sudut mata, pupilnya mulai berkaca-kaca.
Chifuyu yang melihat hal tersebut tampak terkejut, lalu menggenggam tangan y/n.
"Kamu pasti ketakutan karena cuma seorang diri di sini." ujarnya.
y/n pun mengangguk kecil, lalu mengusap air mata di penghujung matanya. Dalam hati dia sudah sangat bersyukur karena kedatangan Chifuyu.
"Udah. Sekarang ga usah nangis. Ayo pulang." Chifuyu pun menarik tangan y/n lembut dan berjalan ke arah motornya.
Tangannya perlahan membuka penutup kepala yang masih saja y/n gunakan.
"Kamu ga kepanasan pakai penutup kepala dari tadi? Nih pakai." Chifuyu pun memakaikan sebuah helm ke kepala y/n lalu tak lupa memasangkan pengaitnya.
Suara motor pun terdengar. Chifuyu meminta y/n agar naik. y/n yang mendengar hal itu pun hanya mengikuti arahan dari teman masa kecilnya itu.
Mereka memang hanya teman masa kecil. Tapi dibanding temannya yang lain, Chifuyu termasuk orang yang dekat dengannya. Karena sedari kecil hingga sekarang mareka satu sekolah dan tetanggaan. Orang tua mereka juga sudah saling mengenal.
"Pasti kamu ketiduran kan, makanya bisa sampai kesitu." ujar Chifuyu dengan suara agak keras, karena suaranya terbawa angin.
Sudah bukan hal asing lagi bila mana Cowok ini bisa hafal kebiasaan buruk y/n.
"Hmm, aku ga tau harus kirim pesan ke siapa lagi. Ku pikir kamu ga bakalan datang karena sibuk ngumpul dengan teman-temanmu." ujar y/n.
"lain kali ga usah ceroboh."
"Hmm iyain aja deh." ujar y/n asal-asalan, karena sejujurnya dirinya tidak begitu jelas mendengar ucapan Chifuyu karena terbawa angin.
sekian terima duit..... wkwkwk