Bab 18: Tongkrongan

411 109 0
                                    

Sbelum baca jgn lupa di vote ya ⭐
Karena banyak yang jadi silent readers :'(

________You Are _________

Langit sudah mulai menggelap, pertanda sang malam akan segera datang.

Aku berdiri di depan kaca, memperhatikan pakaian yang ku gunakan malam ini.

Tidak buruk, lah pikirku.

Aku melangkah keluar dari kamar yang sering kupakai buat mandi itu. Lalu berjalan masuk ke dalam kamar teman masa kecilku yang pintunya tidak tertutup rapat.

Kudapati dia sedang duduk memainkan ponselnya. Aku meraih sendal swallow kesayanganku yang tadi ku letakkan di depan lemari.

Chifuyu menatapku, "Mau kemana?"

Aku meliriknya sebentar, "Tongkrongan. Kamu ga kesana?" Jawabku.

"Tumben. Biasanya kamu ga mau." Ucapnya heran.

Aku berjalan lagi ke arah meja rias hanya untuk sekedar kembali mengecek penampilanku. Ini sudah bukan hal tabu lagi bagi para kaum hawa. Bolak-balik hanya untuk bercermin, itu sudah jadi kewajiban bagi kami.

"Aku udah jarang kesana. Mereka ngumpul kan malam ini?" Aku masih menatap bayangku di kaca.

Chifuyu mengangguk, "Jangan lama-lama. Ingat, lukamu belum pulih." Ujarnya memperingatkanku.

Memang seusai berkelahi tadi aku langsung dimarahi olehnya hanya karena bibirku yang terluka itu. Padahal lukanya tidak parah, tapi pria ini seolah melebih-lebihkannya.

"Kamu ga kesana?" Mendengar pertanyaanku Chifuyu menggeleng.

"Ga, aku sibuk!" Jelasnya.

"Sibuk ngapain? Leha-leha begitu kamu bilang sibuk?" Ujarku.

Sorot matanya bergerak melirik meja belajar yang sering ia gunakan, di sana sudah tercecer buku-buku yang tidak asing dimataku.

"Lihat itu! Tugasmu banyak sekali yang ga selesai!" Ucapnya.

"Yang leha-leha itu kamu, bukan aku!" Lanjutnya lagi.

Aku nyengir kuda mendengar penuturan itu. Memang sedari kemarin pria ini sibuk mengerjakan tugasku yang tidak bisa ku selesaikan.

Minggu depan kami sudah persiapan penilaian akhir semester, sudah wajar jika tugas-tugas harus dimasukkan dengan cepat.

Tapi, aku malas melakukannya. Maka dari itu, pria ini selalu kesal dan memilih mengerjakan tugasku itu.

Aku tidak terlalu peduli dengan nilaiku jika hanya dapat standar, ibuku tidak pernah masalah dengan hal itu. Ia berpikir bahwa nilai bukanlah patokan kesuksesan.

Tapi lain ibuku lain pula pria ini. Dia adalah sosok yang benar-benar akan memarahiku jika dapat nilai rendah. Dia sering membanting raport ku hanya karena melihat ada nilai C disana.

"Gapapa, kalo ga selesai tugasnya paling aku dapat C lagi di raport." Ujarku menatapnya penuh kebodohan.

Tatapan tajam langsung tearah kearahku, kian menusuk sampai membuat aku terdiam.

1.You Are || Chifuyu x Readers (Completed)Where stories live. Discover now