Bab 41: Bestie

379 112 41
                                    

Divote dulu sebelum baca⭐

________You Are________

Hari yang indah di bulan Agustus. Suara bising dari transportasi di perkotaan terdengar jelas pagi itu. Semua orang mulai disibukkan dengan urusan mereka masing-masing.

Seorang gadis dengan surai panjang miliknya terlihat berjalan santai melewati pintu masuk rumah sakit. Hari ini dia sudah berjanji pada sahabatnya, bahwa dia akan menemani teman sekelasnya itu karena jatuh sakit.

Lorong demi lorong rumah sakit dia lewati, irisnya berjalan sambil mencari kamar yang bertuliskan VVIP 4, yaitu kamar yang dihuni oleh y/n.

Sejujurnya ia kaget sekaligus sedih ketika mendapat kabar bahwa sahabatnya itu jatuh sakit. Baru saja dia ditinggal beberapa hari, gadis itu sudah memberikan kabar yang membuat dirinya benar-benar khawatir.

Cukup lama dia mencari, pada akhirnya dia sampai juga di depan kamar itu.

Jemarinya mengepal lalu mengetuk pintu itu sesaat. Sebenarnya jika hanya ada y/n sendiri di sana mungkin Izumi akan langsung melenggos masuk ke dalam.

Tapi, faktanya di dalam sana bukan hanya sahabatnya saja, melainkan juga seorang pria yang Izumi pikir sudah menjadi kekasih y/n.

Ya, meskipun y/n mengaku mereka tidak berpacaran, tapi tetap saja otak Izumi tidak beranggapan seperti itu.

"Permisi." Izumi terdengar memberi salam sebelum masuk.

Di sana dia melihat seorang pria tampak duduk di salah satu sofa, dan juga sahabatnya terbaring di atas ranjang rumah sakit.

Astaga, rasanya sakit sekali ketika melihat gadis yang selalu menemaninya di sekolah kini harus terbaring lemah tak berdaya, dengan tusukan jarum infus di tangannya.

Izumi berjalan mendekat. Waka melirik dirinya sesaat, kemudian dia mempersilahkan Izumi untuk duduk.

Melihat kedatangan sahabatnya, y/n tampak tersenyum.

Saat itu jemari kecilnya menyentuh punggung tangan milik Waka seolah memberi kode. Menyadari hal tersebut pria itu langsung mendekatkan wajahnya.

Kemudian gadis itu berbisik.

"Bantu aku bangun." Ujar y/n pelan.

Mendengar permintaan barusan, tanpa pikir panjang Waka membantu gadis di depannya ini agar bisa duduk, lalu menyenderkan punggungnya pada sandaran ranjang.

"Karena teman kamu udah datang. Jadi aku pergi dulu, oke?" Pamit Waka pada y/n.

Gadis dengan rambut sepundak itu mengangguk paham.

"Jangan lupa minum obat. Terus ga boleh telat makan." Tegas pria itu memperingatkan.

Y/n kembali manggut-manggut, "Iya-iya." Mendengar jawaban tersebut. Waka perlahan melangkah keluar dari kamar itu.

Seiring kepergian Waka barusan. Izumi yang sedari tadi cuma diam bagaikan patung, kini langsung berjalan mendekat ke arah sang sahabat.

"Bestie!! Ini kamu sakit apa sih? Kok ada kantong darahnya, biasanya kan cuma infus." Tanya Izumi bergidik ngeri dengan sekantong darah yang ada di sisi ranjang.

"Aku kena DBD. Terus katanya trombosit di tubuhku rendah. Jadi harus transfusi darah." Jelas y/n singkat.

"Hee ... Kok kayak parah banget sakitnya. Kenapa bisa rendah?" Ujarnya bingung.

Y/n menarik nafas singkat, lalu menghembuskannya pelan.

"Ga tau. Mungkin karena aku sering mimisan semalam sama muntah keluar darah."

1.You Are || Chifuyu x Readers (Completed)Where stories live. Discover now