Bab 8: Perkara Roti

489 100 14
                                    

***

Siang yang panas melanda Tokyo. Semilir angin kala itu memasuki kamar Chifuyu melewati celah jendela yang terbuka lebar.

Y/n yang sibuk membaca manga di atas kasur pun menikmati terpaan angin siang itu.

Jari lentiknya sibuk membolak-balikan lembar halaman, sambil memahami alur cerita dari manga yang dibacanya.

Bungkus cemilan dari berbagai merk berserakan di atas kasur. Ada yang sudah habis isinya, dan ada pula yang masih tersegel kemasannya.

Bukankah ini surga bagi para pembaca, situasi yang tenang, serta banyak cemilan yang bisa dimakan? Bagi gadis berambut panjang itu ini adalah hal yang langka terjadi. Mengingat ada sosok laki-laki serta sahabat perempuannya yang sering mengganggu dan membuat keseharian y/n lebih berwarna, ya meskipun warnanya kelabu.

Lain di kasur lain pula di lantai. Seorang laki-laki tampak tertidur tenang di lantai menikmati hembusan angin saat itu.

Rambutnya sedikit berantakan, karena banyak bergerak saat tidur. Di sebelahnya terdapat Si Hitam yang juga ikut-ikutan tidur.

Bagi y/n hal seperti ini sudah biasa ia alami.

Dering suara telepon menggema siang itu, dan memecah keheningan.

'Oh tidak! Jangan lagi.' Batin y/n menyadari dering telepon itu bersumber dari ponselnya.

Daripada mengangkat telepon itu y/n langsung mencoba fokus kembali pada kegiatan membacanya.

Sepertinya ketenangan yang dia rasakan saat ini akan segera menghilang. Suara telepon tersebut seolah menjadi antagonis dalam situasi itu.

Berharap tidak terdengar lagi, bunyi menyebalkan itu masih saja mengeluarkan suara.

Dengan berat hati y/n beranjak dari kasur lalu mengambil ponselnya yang terletak di atas sofa.

Nama yang tidak asing terpampang jelas di layar benda pipih itu. Tanpa buang-buang waktu y/n langsung mengangkat telepon tersebut.

"Weh lama banget kamu angkat teleponnya." Suara Izumi menggema di telinga y/n.

"Iya maaf, nah kamu nelpon buat apa?"

"Heh kamu tau ga? Tadi aku lihat banyak roti di twitter. Dan detak jantungku sekarang sedang tidak stabil karena hal itu." Jelas Izumi antusias.

Oh tidak. Sahabatnya itu pasti akan curhat panjang lebar tentang hal yang ia sukai kali ini, dan tentu saja sudah sangat jelas hal tersebut pasti tidak dimengerti oleh y/n.

"Roti? Kamu lihat orang bikin roti di twitter?" Tanya y/n tak paham.

"Weh bukan itu maksud aku. Roti yang aku maksud itu roti spesial." Bantah Izumi.

Y/n yang tak mengerti dengan ucapan sahabatnya itu langsung menggaruk kepalanya yang tak gatal.

"Roti spesial? Roti tawar ya?"

"Hadeh! Roti ini tuh bukan untuk dimakan. Tapi untuk dinikmati keindahannya." Ujar Izumi yang semakin tidak dimengerti y/n.

"Weh ga ngerti lah aku! Dari tadi bahas roti, tapi ga tau roti apaan." Ucap y/n kesal.

"Gini amat punya bestie. Kamu ga penasaran sama roti yang aku maksud?" Tanya Izumi dan langsung ditolak oleh y/n. Entah roti apa yang dimaksud oleh sahabatnya ini. Yang jelas y/n malah semakin pusing dibuatnya.

"Dari pada bingung mending kamu langsung praktek aja, y/n." Izumi kini memberikan saran yang masih saja tak dipahami oleh y/n.

"Praktek? Buat roti?" Tanya y/n.

1.You Are || Chifuyu x Readers (Completed)Where stories live. Discover now