Bab 31: Patner

334 92 18
                                    

Divote dulu sebelum baca⭐

_______You Are_______

Burung-burung terdengar mericau hari ini. Karena rumah milik Waka berada di dataran tinggi, alhasil pagi ini benar-benar dingin.

Karena bersuhu rendah membuatku terbangun lebih awal kali ini. Aku membuka mataku pelan, lalu menengok ke kiri dan ke kanan.

Saat itu kurasakan benda yang kemarin menempel di kepalaku menghilang. Kucoba cari benda itu sebentar, mungkin jatuh ke bawah tempat tidur.

Setelah kuperiksa namun tidak juga kutemukan, aku bangkit lalu terus mencari. Cukup lama sibuk melirik kesana kemari, perasaan lega menghampiriku ketika aku mendapati benda itu ada di sebelah Waka.

Mungkin pria itu melepaskannya saat aku tertidur semalam. Memang pernah kubaca di internet, tidur menggunakan headphone itu tidak boleh.

Tubuhku menggigil ketika menyadari dinginnya suhu pagi ini. Aku menyapu pelan lenganku itu berharap bisa membuat tubuhku sedikit menghangat.

Memang dari hari kemarin aku belum mengganti bajuku. Jadi intinya aku tertidur di sebelah Waka dengan balutan baju haram. Aku tidak tau apa yang pria itu pikirkan tentangku, tapi kenyataannya aku memang cuma menginap dadakan di sini.

Jadi sudah pasti aku tidak punya baju yang bisa kupakai. Salahkan saja pria itu, gara-gara dia aku tidak bisa pulang. Kenapa di mobilnya harus ada senjata api?

Semakin lama aku makin merasa kedinginan. Astaga, kukira saat ini Waka sedang menyalakan AC, ternyata tidak. Artinya, memang suhu di sini yang sangat dingin.

Aku berlari kecil ke tempat tidur itu, lalu melompat ke atasnya. Selanjutnya kututupi tubuhku dengan selimut.

Punggung Waka sedikit bergerak kemudian berbalik menatap ke arahku. Kupikir dia terbangun karena guncangan saat aku melompat tadi.

Matanya yang memang sedikit sipit itu kini terlihat tertutup rapat pengaruh baru bangun tidur. Dia bangkit lantas menatapku dengan iris yang terlihat seperti tertutup itu.

Kupikir dia malah tampak seperti keturunan China, sekarang. Matanya benar-benar seperti tertutup, padahal dirinya sudah bangun.

"Kamu kenapa lompat-lompat?" Waka menggosok pelan kelopak matanya.

"Aku kedinginan." Aku mengeratkan selimut itu menutupi tubuhku.

Dia mengangguk sebentar kemudian berjalan ke arah sebuah pintu yang ada di kamar miliknya. Kupikir itu kamar mandi, ternyata itu adalah Walk In Closet. Kukira dia cuma punya satu yang begitu, setelah kulihat lebih teliti ternyata dia punya dua.

Lah, yang satunya lagi buat siapa? Punya ibunya kah?

Cukup lama dia di dalam, akhirnya dia keluar lagi membawa jaket di tangannya. Dilemparlah jaket itu ke arahku.

"Pakai itu!" Ujarnya.

Aku meraih benda tersebut lalu memakainya dengan cepat. Jujur menurutku setelah memakainya, aku merasa tidak lagi kedinginan.

Waka berjalan mendekati pemanas ruangan lalu menghidupkannya.

"Mau makan apa?" Waka yang hendak keluar itu berhenti sesaat lalu menatapku.

"Samakan saja dengan makananmu." Jawabku. Aku tidak tau makanan apa saja yang ada di sini. Dari pada merepotkan, lebih baik aku samakan saja dengan miliknya.

Beberapa menit dia keluar dari sini, setelahnya dia kembali lagi.

"Ikuti aku!" Suruhnya. Aku pun bangkit lalu mengekorinya.

1.You Are || Chifuyu x Readers (Completed)Where stories live. Discover now