~Adreil Ferupsea~

404 12 0
                                    

Keheningan tercipta saat seorang laki-laki memasuki kelas dengan raut wajah tidak bersahabat.

Didi Suharjo, guru mata pelajaran bisnis terdiam saat melihatnya, dia menghela nafasnya.

Untuk sekarang hindari dia jika sudah terlihat tanda-tanda sesuatu yang akan terjadi.

Ucapan kepala sekolah yang kembali berputar dalam pikirannya, mengurungkan niatnya untuk melanjutkan membahas materi yang akan disampaikan.

"Sepertinya Bapak lupa kalau hari ini ada urusan, jadi materi yang bapak tadi bahas dilanjutkan Minggu depan. Sekian dan terimakasih, " pamitnya.

Dalam hati mereka senang tapi di sisi lain mereka bingung dengan tingkah gurunya, ada apa?

"Pak." Adreil mengatakannya sambil mengangkat lengan kanannya ke atas.

Didi berhenti lalu menoleh ke arah laki-laki yang saat ini terduduk sambil mengangkat tangannya.

"I-iya?" ujarnya.

"Tolong sampaikan ke kepala sekolah, kalau saya tidak mau melihat murid selain laki-laki di kelas ini."

"Iya nanti saya sampaikan," balasnya.

Adreil mengangguk. "Oke, silahkan."

Didi memejamkan matanya, bahkan dia terlihat seperti diusir oleh seorang muridnya.

Tanpa ingin berlama-lama lelaki paruh baya itu pergi.

Adreil meregangkan otot lengannya, lelaki itu menoleh ke sekitarnya lalu melotot tajam. "Gue mau tidur jangan ganggu dan berisik!"

Kelas yang baru terdengar beberapa suara siswa langsung hening setelah Adreil sekarang terlihat mulai tertidur sangat nyaman di atas mejanya. Dia menenggelamkan kepalanya di antara lipatan tangannya. Siswi yang melihatnya hanya bisa sekedar mengagumi tanpa mau mengatakannya, mereka masih sayang terhadap nyawanya.

"Mabar yuk!" ajak Reyhan.

Rednal menghela nafasnya lalu mengarahkan dagunya ke arah Adreil.

"Udah mending tidur bul!" Setelah mengatakannya Dave ikut menenggelamkan kepalanya di antara lipatan kedua lengannya, sama halnya yang dilakukan Adreil.

"Kalau gini mending gue ikut dua kecebong itu!"

Herry bersiul di sepanjang langkahnya, sedangkan lelaki yang tepat berada di sampingnya mencoba menutupi kupingnya rapat-rapat.

"Diem deh, suara lo itu bener-bener gak enak di denger!" tukas Farid kesal.

Herry yang mendengar itu hanya mengelus dadanya berulang-kali, sabar Her!

Tapi tak lama lelaki itu mengedipkan matanya ke arah gadis yang melewatinya.

"Berhenti!" Herry menggenggam tangannya agar gadis itu berhenti.

Farid memutar bola matanya malas.

Tepat sekali, gadis itu berhenti lalu menoleh bertanya.

"Iya Herry?"

Herry tersenyum. "Jangan maju terus nanti cantiknya makin nambah."

Gadis itu menunduk lalu tersipu malu.

"Gue gak suka nunggu cecep!" ujar Farid malas.

Herry menoleh lalu melototi sahabatnya yang tidak sabaran, dia mengambil sebuah kertas origami persegi panjang yang ukurannya sebatas jari telunjuknya.

"Ini, tolong chatt aku ya! siapa tau kita bisa menjadi teman bahkan lebih." Dia mengatakannya sambil menyerahkan kertas itu.

W.A : 0821******** ~Herry ganteng!

Gadis itu tersenyum lalu pamit pergi.

Mereka kembali berjalan ke atas rooftop sekolah.

Farid menoleh. "Jangan bilang lo sediain itu banyak, buat lo kasih ke semua cewek?"

Herry mengangguk sambil tersenyum bangga, lelaki itu mengeluarkan banyak kertas origami berukuran sama yang semuanya tertulis sama seperti tadi.

Farid menatap kertas itu. "Gak guna banget."

Herry menoleh ke arahnya lalu berucap. "Lo kalau udah jatuh cinta akan lebih-lebih alay seperti gue, Reyhan dan Rednal."

"Ya gak kayak lo juga, najis gue!" sambarnya.

"Untung lo sahabat gue!"

Mereka menaiki tangga penghubung ke atas rooptop lalu duduk di sebuah bangku kayu yang tidak terpakai.

"Kenapa lo mulai nentang belajar bisnis sama bokap lo, bahkan sampe gak masuk pelajaran Pak Didi?"

Farid menoleh. "Gue gak suka bisnis."

"Pasti ada alasannya kan?"

"Gak semuanya butuh alasan," balasnya.

"Gak ada yang kek gitu, gue cinta sama seseorang aja butuh alasan!" tukasnya.

"Berarti lo mencintai alasannya."

"Maksud lo?" tanya Herry tidak mengerti.

"Lo juga akan paham." Farid mengedikkan bahunya.

Herry terdiam saat melihat lelaki itu kembali melamun seperti hari-hari biasanya.

"Rid masih banyak cewek diluaran sana, stop mikirin dia yang gak ngarepin lo." Herry menepuk pundak sahabatnya sedangkan Farid hanya menunduk.

Nyatanya belum ada yang bisa ngalihin perasaan gue dari dia Herr, sekalipun gue mencobanya.

Orang yang gak gampang jatuh cinta namun sudah mau membuka diri untuk mengenalnya dan jatuh berulang kali karna pasangannya, mereka akan rela melakukan hal bodoh apapun untuk orang yang dicintainya. Namun jika ada sesuatu yang membuatnya benar-benar kecewa karna pasangannya, jangan harap dia akan memaafkannya maupun membuka lagi dirinya untuk siapapun.

*****

Seorang wanita paruh baya dan seorang gadis yang berumur sekitar 14 tahun saling menatap bingkai foto di depannya.

"Bunda kenapa kita seperti boneka?" ujar gadis itu lalu meneteskan air matanya.

Sedangkan orang yang ia sebut bundanya menoleh, wanita itu langsung mendekap putrinya dia mendongak agar cairan bening itu tidak turun namun nyatanya cairan itu turun sangat deras, badannya bergetar.

"Bunda jangan nangis!" Gadis itu memeluk bundanya tak kalah erat.

Maafin bunda bang, maaf.

"Ini bukan salah kita bunda, ini semua salah ... "

Wanita itu memeluk erat putrinya yang tidak bisa melanjutkan perkataannya.

"Kenapa kita diperlakukan seperti ini?" tanyanya tidak mengerti.

Aku tidak menyangka kamu akan melakukan ini bahkan sama darah dagingmu sendiri mas.

Wanita itu memejamkan matanya.

Sakit rasanya mas.

*****

Heyyo Adreil up!

Mohon maaf kalau masih ada typo:)

See you next part!

ADREIL {END}Where stories live. Discover now