~Adreil Ferupsea~

447 13 0
                                    

Adreil berjalan dengan wajah angkuh lelaki itu tersenyum, semua siswi yang melihatnya menahan nafas, sungguh mengapa dia sangat tampan? Namun sayang kelakuannya membuat dia sendiri dijauhi karna tempramental ke siapa pun apalagi kaumnya, 'wanita'.

Ibarat kata Adreil itu jahat tapi tampan, lelaki itu memang paling tampan di antara sahabat-sahabatnya yang lain.

Langkah kakinya terasa ringan saat lelaki itu sudah hampir sampai ke tempat yang di tuju.

Reyhan dan Herry melambaikan tangannya ke atas. Adreil tersenyum lalu mengangguk.

"Gocap lah jangan cepe, lo kan baik Dave ya? Ya? Pliss," mohon Farid.

"Gue emang baik, lah lo baru tau? Tapi perjanjian tetap perjanjian, mana?!"

"Tolonglah, lo kan sahabat gue, pliss." Farid memohon dengan raut wajah melas, kedua tangannya menyatu dan terkepal di atas dada.

Dave tetap menggeleng.

"Lagian lo segala taruhan gak jelas, sayangkan duit lo ilang cuma karna hal gituan!" ujar Rednal.

"Waw waw uwaaaw! Akhirnya dong bisa liat kang julid mohon-mohon gitu!" teriak Herry senang.

"Diam Her, aku sayang kamu!" tukas Reyhan.

"Aaaa iya-iya tayang ututu!" Herry menoleh lalu menarik pipi Reyhan gemas. Reyhan melepaskannya lalu bergidik.

Adreil duduk di bangku dekat sahabatnya lelaki itu memutar bola matanya malas, kenapa dia tidak pernah punya sahabat yang benar? Ah salah mungkin Rednal sedikit agak bener, ya sedikit.

"Mana? Atau mau video ngorok lo itu gue sebar?" ancam Dave akhirnya, lelaki itu sedang malas untuk bertele-tele.

Farid merenggut sebal dia meronggoh sakunya lalu mengeluarkan uang satu-satunya yang dia punya.

Reyhan menatap Farid tidak percaya. "Jangan bilang duit lo segitu-gitunya?"

"Ya tebakan lo benar bul."

"Terimakasih, senang berbisnis dengan anda walau sedikit kecewa." Dave tersenyum lalu mengambil uang itu.

"Serius lo mau ambil? Duit gue cuma tinggal segitu, kartu kredit gue disita!"

"Ada gue," sahut Adreil.

"Tapi kan Dreil ... "

"Kalau dia udah bilang gitu berarti semuanya dia yang tanggung, lo kayak gak kenal Adreil aja!" sahut Herry.

Adreil mengangguk saat Farid menatapnya, lelaki itu mengucapkan terimakasih dengan senang.

"Dia sahabat gue, gak kayak lo!" Farid menunjuk kesal ke arah Dave, dia membuang mukanya sebal.

"Lagian lo pake taruhan segala, tumben."

"Ya seperti yang gue bilang kartu kredit disita karna gue gamau belajar bisnis. Makanya duit tinggal segitu dan gue mikir dong gimana caranya biar nambah? Nah pas banget sepak bola kesayangan gue main dan gue yakin pasti menang eh ternyata bodo amatlah, gue kesel!"

Herry tertawa terbahak-bahak melihat raut wajah Farid saat menjelaskannya. Mereka tersenyum.

Farid menatap semuanya sebal.

"Kocak muke lo!" Dia mengatakannya sambil terkekeh menyebalkan di mata Farid.

"Gue laper Rid ambilkan makanan dong!" Adreil mengusap berulang-kali perutnya.

"Maksud lo?"

"Lo mau apa-apa tinggal bilang sama gue kan? Tapi kalau gue mau apa-apa juga lo harus nurut sama gue, paham? Cepet ambilkan!" titahnya.

ADREIL {END}Where stories live. Discover now