~Adreil Ferupsea~

614 10 0
                                    

Langkah kaki Adreil sedikit demi sedikit mendekat, dirinya tersenyum menatap ayahnya yang terlihat sangat tidak berdaya.

"Ayah," panggilnya.

Erlan perlahan mendongak, ia meringis saat luka lebam di sekitar bibirnya terasa. Berani sekali mereka memukulnya bahkan samai babak belur, lihat saja Erlan akan memberi mereka pelajaran.

Dirasa Erlan menatapnya, Adreil berjongkok dan tersenyum. Dengan perlahan mengulurkan telapak tangannya, dengan kasar ia mencengkram dagu Erlan untuk menatap matanya.

"Bagaimana rasanya, huh?"

"Dasar anak tidak tahu diri!"

Mata Adreil berbinar. "Ohh, ya?"

Napas Erlan tersenggal-senggal, Dirinya menatap putranya yang selama ini ia rawat, apa salah dirinya melakukan semua ini untuk Adreil? Untuk putranya? Erlan tidak ingin Adreil diinjak-injak bahkan di anggap remeh oleh lawannya dan perempuan. Bukannya seorang laki-laki memeng harus ditakuti?

"Gue akan kasih tahu, apa itu gak tahu diri yang sebenarnya."

Bughh

Arghh

Bughh

Adreil memukul Erlan saat laki-laki itu di paksa berdiri oleh anak buahnya. Langkah kaki Adreil mundur beberapa langkah, dirinya berhenti. Setelah beberapa detik Adreil berlari dan menendang wajah Erlan dengan kekuatan penuh.

Duk

Erlan terjatuh beberapa meter.

Argghh

Adreil terkekeh. "Itu yang disebut gak tahu diri, Yah."

"K-u-r-a-n-g a-j-a-r," lirih Erlan yang mulai merasakan tulangnya seperti remuk secara bersamaan.

Fiorra, Dave dan Farid telah sampai, semua sahabat Adreil berdiri di dekat pintu menatap kejadian tadi. Mereka tahu Adreil kecewa dan marah atas sikap ayahnya, tetapi apa harus membuat Erlan seperti itu?

"Anjing!"

Air mata Adreil keluar, menetes sedikit demi sedikit. Dirinya menatap telapak tangannya, di sana dirinya melakukan banyak kesalahan, menyiksa, bahkan membunuh.

Adreil benarkan melakukan semua ini kepada Erlan? Ia tidak salahkan? Erlan pantaskan? Tolong teriak kepada Adreil, bahwa yang dirinya lakukan kepada Erlan ayahnya itu memang pantas!

Adreil hancur, ia bingung, marah dan kecewa kepada dirinya sendiri. Adreil terduduk lemah, percaya atau tidaknya semalaman dirinya tidak bisa tidur apalagi sejak Vano mengatakan semua fakta itu. Jika saja Felisya tidak ada di sampingnya dan mengatakan hal itu. Mungkin Adreil akan sangat membenci dirinya sendiri, meski sekarang pun ia membenci dirinya.

"Dreil," ujar Fiorra. Gadis itu mendekat saat Adreil hanya menatapnya lemah.

"Ra, maaf aku gak bisa lanjutin hubungan kita yang memang sejak awal nggak berjalan mulus dan bahkan hati aku udah jatuh ke perempuan lain. Adreil hanya mengatakan itu dalam hatinya.

"Kamu gak salah, bukan kamu yang salah." Fiorra menggeleng.

"Maaf." Adreil menunduk.

Adreil sadar, sekarang dalam lubuk hatinya paling dalam sosok Fiorra tergeser dan digantikan oleh Felisya yang selama ini menemani dan selalu ada untuknya.

Erlan tergelatak di lantai, tidak ada yang menolongnya. Mereka tidak peduli, jika Adreil tidak menitah untuk menolongnya, mereka tidak akan menolong siapa pun dia termasuk saat ini Erlan ayahnya sendiri.

ADREIL {END}Where stories live. Discover now