~Adreil Ferupsea~

289 9 0
                                    

Flasback of

Vano menatap Adreil sebentar dan menghela napasnya.

"Kenapa, diem? Lanjutin!  Apa yang lo tahu tentang ini," bentak Adreil.

"Maaf, Tuan. Saya masih menduga jika semua ini pasti berkaitan dengan orang terdekat, Tuan Sendiri. Tapi maaf saya belum tahu siapa," katanya di akhir dengan hati-hati.

Brukk!

Adreil membanting barang yang ada di dekatnya, dirinya menatap ke satu arah. Siapa lagi yang berani bermain-main dengannya? Orang terdekat? Anak buahnya? Keluarga atau sahabat? Atau mungkin lebih dari hal itu, pasangan sendiri? Adreil menggeram dan mengepalkan kedua tangannya.

"Gue bersumpah, siapa pun yang nanti gue tahu dia terlibat dan bahkan sampe buat gue seperti ini. Gue pastikan dia akan menyesal seumur hidupnya!"

Jegerr!

Vano meneguk ludahnya, memang hampir dari mereka semua menghindari ketika Adreil marah, laki-laki itu memang terlihat aura iblisnya keluar jika dikuasai amarah dan emosi. Dirinya hanya menghela napas, karena hampir setiap saat Vano kena imbas kemarahan Adreil atau bahkan kesalahan yang tidak pernah dia perbuat. Adreil tak jarang selalu melampiaskannya ketika Vano memberitahu sebuah informasi yang membuatnya naik pitam.

"Tapi ...." Vano meneguk ludahnya saat perkataannya terhenti ketika Adreil menoleh menatapnya.

"Tapi, saya yakin Tuan. Memang semua ini pasti ada kaitannya dengan orang terdekat dan mungkin saja untuk mewujudkan suatu hal (...) yang tidak kita tahu itu apa".

Adreil terdiam dan giginya bergemulutuk, tangannya menitah Vano mendekat, sedangkan Vano menghela napasnya.

Semoga tidak terlalu parah-katanya dalam hati.

Flasback of

Adreil terus memikirkan percakapannya dengan Vano dua hari lalu, sampai-sampai dirinya tidak fokus bahkan tidak sadar ada Fiorra yang mulai sedikit kesal karena dihiraukan.

"Adreil!"

Adreil tidak bergeming, Fiorra menghela napasnya lalu menepuk bahu Adreil sambil berteriak kembali memanggil namanya.

"Adreil Ferupsea!" teriaknya yang kali ini membuat Adreil duduk tegap dan menoleh.

"Kenapa? Kamu mau nambah atau gimana?" katanya cepat sambil menatap Fiorra.

"Kamu kenapa sih? Aku merasa akhir-akhir ini kamu berubah."

Adreil terdiam. Berubah gimana? Dia emang gak tahu atau pura-pura gak tahu. Fiorra sendiri kan sudah tahu Adreil sekarang seperti apa?

"Berubah?" ulangnya sambil menatap ke arah Fiorra.

Gadis itu mengangguk cepat. "Iya, kamu bukan seperti Adreil yang dulu aku kenal!"

"Kamu lupa?" celetuknya. "Kamu lupa atau pura-pura lupa, Ra? Bukannya kamu tahu ya, aku sekarang emang kayak gini?"

Fiorra terdiam, seperti tertampar kata-kata Adreil dan mulai sadar.

Adreil terkekeh. "Adreil yang ada di depan kamu sekarang ya aku yang sekarang, dan kamu juga tahu perubahan itu karna apa? karna mungkin, kamu yang gak berusaha hubungin aku bahkan sampe lost contac!"

"Tapi—"

"Kadang aku baru kepikiran, kalau kamu emang beneran udah jatuh cinta sama aku pasti kamu berusaha, kan. Dulu?" tanya, lebih tepatnya ia hanya menyindir Fiorra. "Sama kayak waktu kamu suka sama Dave, kamu berusaha segimana pun. Sampai-sampai kamu gak peduli dengan diri kamu yang selalu makan hati karna sikap Dave yang gak sesuai ekspetasi kamu!" Adreil mencoba mengatur napasnya.

ADREIL {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang