~Adreil Ferupsea~

340 9 0
                                    

Fiorra tersenyum tipis ketika Dave datang dan memayunginya saat hujan datang dengan deras.

"Nanti kamu sakit, sebaiknya pulang aja!" teriak Dave di tengah hujan deras.

Gadis itu hanya tersenyum dan menggeleng.

"Aku ada janji sama Adreil, kalo kamu mau pulang silahkan pulang aja! Makasih buat payungnya, seharusnya gak perlu!" Fiorra mengatakan dengan kencang.

Dirinya masih ingin menunggu di sini, menunggu Adreil, menunggu kekasihnya. Setelah 3 hari tidak ada kabar dan tidak bisa ia temui akhirnya laki-laki itu mengatakan ingin bertemu dengannya dan dengan senang hati Fiorra menunggu lebih awal bahkan sampai lewat dari perjanjian mereka bertemu. Fiorra ingin meminta maaf atas kejadian tempo lalu.

Mungkin Adreil macet, itu yang selalu ia tekankan dalam pikirannya.

"Dia gak akan datang, aku gak mau kamu sakit!"

Percuma, Fiorra tidak bergeming. Dave akhirnya menyerah setelah membujuk Fiorra beberapa kali bahkan sampai satu jam terakhir.

"Kalau itu mau kamu, aku ikut temenin kamu!" putus Dave hingga membuat Fiorra kembali menoleh.

"Gak usah, aku gak mau Adreil salah paham—"

Dave memotong, "Cukup! Berhenti kamu bersikap seperti itu, sementara Adreil aja belum tentu bersikap kayak gitu!"

Fiorra terdiam. Setelah melihat Dave akhir-akhir yang selalu ada untuknya entah kenapa dirinya kembali merasa nyama di samping laki-laki itu. Iya, hanya sekedar nyaman sebagai teman.

"Kamu inget beberapa hari lalu Adreil bilang apa ke Felisya? Masih yakin sekarang hati Adreil masih punya kamu?" tanya Dave beruntun. "Sedangkan kita aja gak tahu, sekarang Adreil di mana dan sedang ngapain, bisa aja dia sama Felisya?!" lanjutnya. Dave menatap Fiorra yang menggeleng.

"Nggak, nggak mungkin Adreil sama Felisya dan ingkari janjinya sama aku!"

"Terserah kamu ... Fiorra!" Dave teriak terkejut saat gadis itu pingsan, untung saja ia segera menangkapnya meski berakhir mereka kembali terkena air hujan.

Dengan langkah kaki sedikit berlari Dave membawa Fiorra ke mobilnya, untung saja dirinya saat ini menggunakan mobil.

"Dreil lo udah buat Fiorra nunggu sampe pingsan!" geram Dave lalu masuk ke kursi pengemudi.

*****

"Makan yang banyak ya, Sya! Biar lo cepet urus Bubu!" kata Adreil sambil menyuapi Felisya yang menyender ke kasur.

Bilang aja khawatir dan mau lihat Felisya cepat sembuh, duh gengsi masih jadi pemimpin.

Adreil senang, Felisya kembali membaik meski terkadang dia masih ada rasa ketakutan ketika melihat benda tajam. Dengan begitu Adreil menyingkirkan semua benda tajam agar rasa trauma gadis itu tidak muncul lagi dan semoga perlahan hilang.

"Emang lo gak ngurus dia?" Pertanyaan yang sangat Adreil rindukan, ah nggak lebih tepatnya suara dia.

Adreil tersenyum dan mengusap puncak kepala gadis itu, dalam hatinya kata maaf berulang kali tidak pernah terlewatkan.

"Dia kangen sama lo kayaknya, termasuk gue?"

Alis Felisya terangkat. "Lo kangen sama gue?"

"Kayaknya sih, iya."

Entah kenapa mendengar penuturan Adreil membuat hatinya menghangat. Felisya menoleh ke arah jendela, sore ini terlihat hujan turun dengan deras tidak ada guntur.

ADREIL {END}Where stories live. Discover now