~Adreil Ferupsea~

274 7 0
                                    

Felisya menggeleng, ia tidak mungkin terus seperti ini apalagi ketika melihat pesan Dion yang semakin hari membuatnya risih,  jujur Felisya memang menyukai lelaki itu dulu. Tetapi, hanya sebatas suka gak lebih apalagi dalam urusan hati. Perasaannya sudah terjebak terlebih dahulu oleh pesona Adreil dan sisi lain dalam diri lelaki itu.

Memikirkannya, mengingatkan Fiorra dengan pembicaraan seorang gadis dan laki-laki ketika berada di caffe yang tidak jauh dari Apartemen Adreil 3 hari lalu. Ia semakin penasaran kenapa sikap Adreil sampai sekeji ini?

Yang Felisya yakini, Adreil seperti ini ada campur tangan orang dalam yang tidak menyukai laki-laki itu atau ingin menghancurkan Adreil lewat ulah Adreil sendiri. Mungkin termasuk reputasi baiknya entah di sekolah maupun di lingkungan, pertanyaannya satu. Siapa orang terdekat Adreil yang tega melakukan semua ini?

Suara notifikasi membuyarkan lamunan Felisya. Gadis itu melirik ponselnya dan menghela napas ketika nama Dion tertera di layar ponsel.

Dion

Ada yg mau dibicarain.

Bisa?

Felisya meraih ponselnya di nakas setelah melihat pesan kedua dari laki-laki itu.

Di mana?

Entah kenapa setelah penyataan perasaan itu, Felisya jadi malas membalas pesan Dion apalagi bertemu laki-laki kaku itu. Jika tidak dalam keadaan terpaksa.

Notifikasi pesan kembali terdengar.

Dion

Caffe biasa, 2 siang

Felisya menghela napasnya, mungkin tidak salah juga mencari penyebab Adreil seperti ini dari orang terdekat ayahnya? Felisya tersenyum, semoga ia sedikit menemukan celah dan dirinya bersyukur besok hari minggu dan Adreil tadi mengatakan besok akan pergi ke mansion ayah-nya. Felisya sedikit lega.

*****

Pagi ini terlihat sedikit mendung, udara yang mendukung dan angin alami yang berhembus pelan-pelan lewat atas celah jendela. Namun, terasa semakin sejuk ditambah dinginnya Ac.

Adreil tertidur lelap di atas kasur king size-nya, seakan suasana pagi ini mendukung dan menemaninya tidur sepanjang hari.  Tetapi, suara alarm yang nyaring menghentikan dan membuatnya bangun dengan malas lalu menyentuh benda yang lancang mengganggu tidurnya.

"Astaga, gue hari ini mau ke rumah Ayah!" gumamnya lalu menepuk jidat.

Adreil bangun dengan malas, meski sejujurnya tidak rela meninggalkan tempat ternyamannya.

"Masih jam 07 pagi, ada waktu 2 jam untuk cek berkas-berkas kantor," katanya lalu meraih handuk dan pergi mandi.

Sebenarnya Adreil kembali mengingat kejadian 3 hari lalu, saat di mana sahabat-sahabatnya seperti menjauhi Dave selepas jam istirahat. Malah seakan terang-terangan menghindari mantan sahabatnya itu. Adreil mengedikkan bahunya, seharusnya ia tidak peduli dengan laki-laki itu.

Seorang laki-laki berjalan penuh wibawa menuju kursi kebesarannya. Erlan menyeringai, penerusnya akan segera mencapai apa yang diinginkannya. Apalagi setelah ia tahu, Dion melakukan tugasnya dengan sangat baik, yaitu mendekati Felisya benar-benar menggunakan rasa bukan sepenuhnya atas titahnya. Ya meski mungkin Erlan tidak memintanya, laki-laki itu akan segan mendekati orang yang dicintainya apalagi berurusan dengan anaknya sendiri. Ia yakin Dion akan mundur secara teratur, jika bukan atas dasar titahnya.

ADREIL {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang