~Adreil Ferupsea~

301 10 2
                                    

"Turun!"

Felisya mengiyakan dan segera turun dari motor laki-laki iblis yang sialnya satu tempat tinggal dengannya.

Bruk

Adreil melempar tas-nya tepat mengenai wajah Felisya. "Bawa! Sana lo pergi duluan, gue mau ke kantin."

"Gue duluan," pamitnya.

Adreil berdehem.

Setelah kepergian Felisya ia segera mengambil ponsel dan mencari nama seseorang di salah satu kontak, lalu menekan 'panggil'.

"Hallo," ujarnya ketika suara disebrang sana terdengar.

"..."

"Lo carikan satu dan bawa ke Apartemen, gue mau buat seni baru!" Adreil tersenyum ketika bayangan harapannya terlintas, tentu akan segera terwujud.

"..."

"Pulang sekolah dia udah ada, paham?"

"..."

"Oke, gue percaya sama lo Van." Setelah mengatakan itu dan tanpa menunggu responnya Adreil segera mematikan sambungan, ia berjalan menuju kantin dengan senyum yang mengembang.

Brak

"Bego!" Dengan refleks Adreil mendorong gadis di depannya.

Gadis itu menunduk lalu mengucapkan maaf berulang kali. Namun, tak didengarkan Adreil.

"Dasar bego, bodoh! Lo lihat, jaket gue basah bangsat!" Makinya tak terima, Adreil membersihkan jaketnya setelah mendorong gadis itu. Tiba-tiba gerakan tangannya terhenti.

Adreil mendongak.

"Lo cuci baju gue, sampe bersih dan wangi!"

"Ba-baik," lirihnya sambil terus menunduk.

Adreil mendengus lalu meraih tangan gadis itu dan ia letakan di dada dekat resleting jaketnya.

"Tunggu apalagi, hah? Buka, Terus lo bawa pulang dan cuci!"

Dia mendongak menatap Adreil takut-takut. "Aku yang buka?" cicitnya.

"Iya, pake nanya lagi!"

"Untung jaket gue mahal dan tahan air," gumamnya, sesekali ia menengok ke arah gadis yang tengah membuka resleting jaketnya dengan tangan yang gemetar.

"Astetick gak? Bukain jaket gue di tengah lapang, sambil ditatap sama seluruh penghuni sekolah."

Gadis itu mendongak lalu menatap, sekelilingnya yang ternyata benar.

"Gue du-duluan." Gadis itu segera pamit pergi setelah jaket Adreil ada dalam genggamannya.

Adreil mengedikkan bahunya.

Saat kakinya tengah berjalan tidak sengaja arah tatapan matanya bertemu dengan Felisya yang tengah menatapnya di lantai dua, Adreil mengangkat alisnya.

Apa yang lo pikirin sih, Sya!

*****

Felisya mulai mengetahui sebab dan akibat dari sifat Adreil, setelah ia memaksa Reyhan menceritakannya, saat mereka tidak sengaja berpapasan di koridor. Felisya tahu, ketika ada yang aneh di antara 6 sekawan itu dan ternyata tebakkannya benar bahkan lebih parah yang ia kira.

"Fiorra," gumamnya.

Adreil mendongak menatap Felisya tajam. "Apa kata lo, tadi?!"

Felisya terdiam dan menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Nggak!"

"Lo pikir gue budek?" Felisya semakin menggeleng. "Ulangin yang tadi lo bilang, bodoh!" teriaknya.

Semua siswa menatap ke arah mereka tak terkecuali para sahabatnya, termasuk Reyhan yang menenggelamkan kepalanya di lipatan tangan.

Ketika tidak ada respon selain gelengan, Adreil bangkit dan menarik pergelangannya dengan kasar.

"Kita pulang," ujarnya dingin.

Saat mendengar reaksi Adreil yang berbeda entah kenapa Felisya merasa ingin melarikan diri, ia semakin yakin bahwa Adreil memiliki kepribadian ganda.

Herry memandang Reyhan dengan aneh, apalagi setelah kepergian Adreil dan Felisya.

Saat itu juga ia melotot. "Jangan bilang, hal ini ada sangkut pautnya samo lo dan masa lalu Adreil?"

Gerakan Reyhan terhenti yang membuat mereka secara bersamaan menghela napas.

"Asataga bul."

"Gue tarpaksa ceritain semuanya, karna dia ma-maksa."

Dave hanya menggeleng. "Gue berharap Felisya gak terlalu kenapa-napa."

*****

Adreil menatap jalanan dari jendela mobil dengan hati yang bergemuruh.

Ia benci ketika orang lain membuatnya mengingat akan masa lalu ...

Ia benci ketika nama orang yang pernah ia cintai terdengar dengan keadaan yang berbeda ...

Mobil terhenti sebelum turun ia menatap Vano dan mengatakan. "Yang gue minta tadi pagi, gue tunggu sekarang. Dalam waktu 20 menit!"

Setelah itu ia meninggalkan Felisya yang menatap keduanya bertanya-tanya.

"Saya berharap kamu baik-baik aja setelah 1 jam yang akan mendatang," ujar Vano ketika melihatnya hendak menutup pintu.

Gue gak nyangka Adreil akan segitunya, sama cewek yang menurut gue gatau diri itu.

Andaikan gue yang lebih dulu hadir, kisah Adreil gak akan kayak gini.

Felisya menggeleng, kenapa ia mengatakan itu? Benar kata Adreil, ia memang 'bodoh'.

Felisya segera menyusul, ia tidak ingin Adreil semakin murka terhadapnya.

*****

Jaket yang katanya mahal dan tahan air~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jaket yang katanya mahal dan tahan air~

See you next part!

ADREIL {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang