~Adreil Ferupsea~

1.9K 76 0
                                    

Ini awal sebelum akhir datang:)

*

Selamat menyelam ke Dunia El!

*****

Sunyi, pengap, berdebu dan kotor tidak membuat ke lima cowok itu risih dan terganggu. Mereka berdiam pada tempatnya masing-masing, ada yang mondar-mandir khawatir. Mereka terlihat sedang berpikir keras dengar raut cemas.

Seragam sekolah yang dikenakan terlihat kusut, tidak rapih seperti awal menginjakkan kaki di sekolah. Tubuh tegap, dengan gaya rambut berbeda-beda, 2 orang berdiri dengan salah satunya melipat tangan dan satunya menyender ke dinding kusam, 2 orang lainnya ada yang terduduk di meja berdebu dan satunya terduduk di bangku sekolah tidak terawat. Seseorang yang berjalan mondar-mandir sejak tadi di antara ke-4 nya, mengerutkan kening dengan telunjuk diketukan di kepala berulang kali.

"Mikir, mikir! Ayok mikir," gumamnya sejak tadi. Dia menoleh ke sahabatnya yang sama tengah berada di gudang sekolah yang tentu semua barang yang berada di sini tidak terawat dan terpakai.

Netranya menatap salah satu sahabatnya yang berada di dekatnya.

"Gimana?" tanya cowok berambut jambul yang bersender ke dinding kusam, alisnya terangkat menatap sahabatnya yang sejak tadi mondar-mandir. Seperti 'iya' bisa berpikir.

Cowok tadi menggeleng.

Sudah dia tebak.

"Seharusnya gue gak nanya lo, Cepak!"

Salah satu cowok dengan warna rambut pirang, melepaskan lipatan tangannya di dada dan berdehem.

"Berisik!"

Suasana kembali hening, kedua orang yang tadi mengoceh langsung terdiam saat melihat orang yang menegurnya terlihat serius, ah ralat. Dari dulu cowok itu memang tidak pernah bercanda sama hal yang tidak penting.

"Sepertinya kita emang harus selesaiin, dari pada ngerasa kehilangan yang sebenernya," sahut cowok yang terduduk di atas bangku kusam, lesung pipitnya terlihat saat dia berbicara.

Cowok berambut klimis yang sejak tadi duduk di atas meja yang tidak lain bernama Dave mengangguk setuju. "Bagi gue, sahabat lebih penting."

"Bener, sih," balasnya, Herry si cowok berambut cepak menoleh ke arah Dave.

Farid mengusap rambut pirangnya yang kejatuhan sarang laba-laba.

"Oke, kapan kita mulainya? " tanya Rednal. Lagi dan lagi, lesung pipitnya terlihat.

"Besok?" Dave menoleh, semua sahabatnya yang lain berdecih.

"Lo gila?!" sahut Reyhan, Herry, dan Farid.

Dave mengangguk.

"Gue mah kapan aja siap." Bibir Rednal seakan terasa ringan mengatakannya.

"Si Dave ngomong gitu karna jomblo akut! Dan lo, Nal! Ayolah, masa lo masih bisa sesantai ini?" Herry menatap Rednal heran, kepalang heran.

Farid dan Reyhan mengangguk membenarkan perkataan Herry. Kali ini, mereka kompak.

"Makanya, jangan terlalu maen pake hati. Adreil minta gue putusin, ya gue putusin. Simple, jangan dibuat ribet."

ADREIL {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang