~Adreil Ferupsea~

306 13 0
                                    

Farid menatap sebal mobilnya yang mogok, ia tidak paham soal mesin-mesinan apalagi itu mesin tentang mobil. Dengan terpaksa dirinya harus menunggu taxi lewat, boro-boro memesan lewat aplikasi Farid malah sengaja tidak membawa ponselnya karna terburu-buru dan inilah yang terjadi. Ia harus menunggu hal yang membuatnya benci. Semua orang benci menunggu apalagi menunggu kepastian dari si dia, bukan begitu?

"Lo nyusahin gue, Red!" ujarnya seraya menendang bagian depan mobilnya.

Netra matanya menatap sekitar, tepat saat ini ia berdiri di sebrang taman yang biasa dulu dirinya kunjungi.

Farid jadi teringat Neta, apa kabar gadisnya? Apakah dia masih mencintainya setelah mengetahui alasan Farid melepaskannya? Farid jadi gamov.

Si judes yang gagal move on, kata Dave saat melihat raut wajah sad Farid. Pasti lelaki yang tak lain sahabatnya menertawakannya.

"Deket sama Neta kagak, Adreil apalagi!"

Farid hanya menertawakan nasib percintaan dan persahabatannya, semuanya hancur tanpa sisa. Neta dan Adreil malah membenci dan menjauhinya.

Farid mulai merasa haus, ia menyebrang dan meninggalkan mobilnya. Masa bodo dengan amukan mamanya, bilang saja mobilnya mogok dan gak ada taxi lewat. Benar kan?

Seperti biasa, taman ini selalu ramai dan selalu banyak pasangan remaja maupun suami istri singgah atau sengaja wekend di sini. Farid teringat dulu dirinya dan Neta sering beralaskan tikar duduk di bawah pohon ... mata Farid membulat saat arah matanya menatap Neta yang tertawa renyah dengan seorang laki-laki yang katanya sahabat.

Cih, sahabat? Jadi itu yang dinamakan sahabat? Saling berduan, ke mana pun selalu bersama. Kasihan gadis yang berstatus pacar Devan.

Maaf sayang aku gak bisa jalan dulu sama kamu, aku ada janji sama sahabat dan nyenyenye lainnya.

Tangan Farid terkepal. Namun, dirinya tidak bisa melakukan apapun bahkan sekarang dirinya tidak ada hak untuk cemburu atau sekedar menanyakannya.

Dia benar-benar butuh air segar! Farid berusaha tidak peduli dan berjalan ke stand penjual minuman segar.

"Eh, Jang. Pirang datang lagi, mau pesan seperti biasa?" sapa penjual langganannya sambil berbasa-basi menyapa Farid.

"Iya Mang, Es lemon satu—"

"Airnya sedikit dan es batunya banyakin kan, Jang? Haha amang sudah hapal pesanan Jang sama neng Neta!" potongnya dengan senyum bangga.

Kata mang Ujang ia sebut laki-laki dengan bahasa sunda yaitu bahasa daerahnya yang artinya 'adek/dek', tapi tidak memakai 'u' jadi hanya 'jang' saja. Soalnya kalau pake 'u' jadi berakhir kayak namannya.

Farid tersenyum dan mengangguk. Namun, seketika senyumannya hilang saat mendengar perkataan mang Ujang selanjutnya.

"Tapi akhir-akhir ini, amang malah sering liat neng Neta datang ke sini atau beli es amang sama cowok lain. Bukan sama Jang pirang lagi," katanya sambil menyiapkan es pesanan Farid.

"Ya gitu Mang, terkadang hidup emang gak selamanya sesuai ekspetasi." Farid menunduk.

Mode galau aktif.

Sedangkan Ujang yang sering disapa mang itu menatap Farid tidak paham, jujur saja perkataan Farid membuat otaknya mencerna dengan lambat.

"Ini, Jang kasep." Ujang meletakan gelas berisi es-nya di meja di depan Farid, lelaki itu mengucapkan terima kasih. "Amang gak paham soal perkataan, Jang. Tapi amang yakin kalo kalian jodoh mah gak akan ke mana, mau cowok itu jadian sama neng Neta pun. Gak bakal bisa ngalahin takdir!" ujarnya menggebu.

Farid mendongak lalu terkekeh ketika melihat sikap Ujang yang semangat dan yakin ia akan berjodoh dengan Neta.

"Mang pesen es jambu!"

Ujang menoleh dan memberi hormat. "Siap Jang, laksanakan!" 

Ujang menatap Farid yang terdiam sesekali menyedot es itu dengan pandangan yang sedikit menunduk.

"Jang pirang sama neng Neta tuh, pasangan couple pembeli es amang tahu!" katanya seraya membuat pesanan.

Farid menggeleng, ada-ada saja mang Ujang ini! Couple itu couple predikat pasangan foto majalah, bukan malah couple pasangan pembeli es mang Ujang.

"Amang mah aya-aya wae!" sahut Farid dengan sedikit terbata. Maklum dirinya sering mendengar mang Ujang mengatakan itu kepadanya. Farid jadi tahu dan tertarik mengucapkannya, meski susah.

"Ini Jang, es mang Ujang telah siap!" Ujang menyerahkan es itu kepada pembeli seraya menerima uang lembar berwarna kuning.

Semua es yang dijual mang Ujang berharga goceng atau biasa disebut 5k. Maklum banyak pembeli yang lebih memilih mengantri memesan es mang Ujang, bukan hanya karna murah, tetapi penjualnya yang ke lewat ramah. Maka dari itu mang Ujang disukai semua orang yang berkunjung ke taman ini.

"Eh ada Neng, cantik datang!"

Gadis itu tersenyum, dan menyapa Ujang dengan ramah. Farid malah terlihat bengong bahkan mulai tidak fokus dengan sekitar.

"Siap, Neng Neta! Pesanan es akan otewe amang buatkan!"

Farid sadar dan menoleh. "Neta?" beonya.

Neta yang belum menyadari kehadiran Farid seketika terdiam, saat netranya saling menatap satu sama lain.

"Nah kan, kalian itu jodoh!" kata Ujang tiba-tiba saat tidak sengaja melihat keduanya saling menatap.

Mereka memutuskan kontak matanya.

Farid berdiri dan menghampiri Ujang, ia merogoh sakunya dan mengeluarkan uang berwarna biru lalu mengulurkan ke hadapan Ujang.

"Ini Mang, es-nya udah abis. Kayak biasa sisanya buat anak Amang jajan, duluan Mang!" ujar Farid melewati Neta begitu saja.

Sejujurnya Farid malu sendiri saat muncul atau berdekatan dengan Neta, entah apa alasannya. Yang jelas hubungan mereka sekarang terasa asing bagi keduanya.

"Jang pirang itu baik, ya Neng? Setiap beli setelahnya selalu ngasih anak amang buat jajan! Sampe-sampe ya Neng, anak amang penasaran sama Jang pirang. Malah naksir!" serunya.

Neta tersenyum dan mengangguk membenarkan, itu juga mengapa Neta sampai sekarang mengagumi Farid.

Taman ini yang menjadi saksi awal pertemuan keduanya, nyatanya benar hubungan tanpa status lebih menyakitkan dibanding saling memendam rasa. Dulu mereka saling memberi kabar, saling memberi perhatian, dekat, ada rasa takut kehilangan tapi nyatanya sekarang kembali lagi menjadi asing.

Sebenarnya Neta masih berharap hubungannya dan Farid kembali seperti sedia kala.

Begitu juga dengan Farid yang ingin sekali merengkuh Neta dalam pelukannya lagi.

*****

Heyyo, Adreil up!

Part ini khusus kisah Farid dan Neta, tunggu babang Adreil di part selanjutnya ya!

See you next part!

ADREIL {END}Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz