~Adreil Ferupsea~

353 12 4
                                    

Adreil mengangkat alisnya bingung ketika melihat lelaki paruh baya yang berusaha berjalan meski dengan sempoyongan, bahkan terlihat dari jauh pun penampilannya sangat kacau dengan rambut yang tidak tertata rapi seperti biasa, baju yang kusut serta tubuh penuh dengan luka lebam. Dia menghela nafasnya, ada apa dengan Andre Malik—ayah dari sahabatnya Rednal?

Adreil berjalan mendekat dan menangkapnya dengan cara menahan kedua pundaknya, saat lelaki itu akan terjatuh, dia mendongak menatap Adreil.

"Wah, anak dari pengusaha tersukses di Asia?!" Dia terkekeh menatap Adreil. "Sangat beruntung anak saya bisa berteman bahkan bersahabat denganmu! Kau tahu? Si munafik yang tak lain Rednal itu tidak mau membantu saya! Lihatlah, perusahaan saya sampai bangkrut, lalu saya dipukul karna tidak bisa membayar hutang!"

Adreil menatapnya bingung. "Maksud Om apa? Kok bisa bangkrut?"

"Ya ya ya! Si munafik yang sialnya anak saya itu terlalu munafik, padahal saya cuman minta dia meminta bantuan kamu! Untuk menyuntik dana buat perusahaan saya! Tapi apa? Dia itu sangat munafik, katanya dia malu minta bantuan kepadamu, apa peduli saya?! Lagian kalian sahabatkan?" Lelaki itu mencoba melepaskan tangan Adreil dari pundaknya namun Adreil tetap menahannya, dia tidak mau lelaki itu jatuh.

Adreil mengerti bagaimana perasaan Rednal yang segan meminta bantuannya, ia tahu Rednal adalah sosok yang tidak mau merepotkan orang lain bahkan termasuk orang terdekatnya. Dia bahkan rela berada dalam situasi tersedak maupun tersulit sekalipun.

"Saya pastikan perusahaan Om, akan balik lagi seperti sedia kala!"

Lelaki itu mendongak menatap Adreil.

"Dengan satu syarat," ucapnya lalu tersenyum.

Jangan memikirkan Adreil membantunya secara cuma-cuma, ia akan tetap memiliki keuntungan yang sama. Saling menguntungkan itu adalah prinsipnya saat ini bahkan terhadap orangtua sahabatnya sendiri.

*****

Setelah meminta Vano mengantarnya, Adreil segera mengendarai motornya menuju ke perusahaan pusat milik ayahnya.

Adreil segera masuk setelah memarkirkan motornya.

Ia mengabaikan semua pasang mata yang menatapnya dengan berbagai cara, setelah sampai di lantai di mana ruangan ayahnya berada, ia segera masuk setelah mengetuk pintu.

Erlan mengarahkan pandangannya ke arah pintu yang menampilkan wajah putranya, ia tersenyum.

"Silahkan duduk El, Ayah mau selesaikan dulu rapatnya."

Ia kembali mentap layar laptop ketika Adreil tersenyum dan mengangguk membalasnya.

"Sepertinya rapat hari ini sampai di sini dulu, kamis kita mulai kembali. Terimakasih." Erlan tersenyum, lalu menutup laptop setelah mematikannya.

"Ada apa gerangan, hingga putra penerus Ferupsea Corp ini datang menemui Ayah?"

Erlan duduk lalu tersenyum, ia menelpon salah satu asisten-nya untuk membawakan Adreil dan dirinya minuman.

"Bagaimana kabar, Ayah?"

Erlan tersenyum. "Baik, kita baru ketemu satu hari yang lalu loh, El."

Perihal Felisya, gadis itu meminta Adreil dan Erlan waktu untuknya agar mempersiapkan perlengkapannya kembali selama 3 hari, tanpa ada penolakan dari Adreil—putranya, Erlan menyetujui.

ADREIL {END}Where stories live. Discover now