~Adreil Ferupsea~

265 12 0
                                    

Adreil mencekal pergelangan tangan Felisya yang hendak pergi menuju kelas.

"Bareng, Sya."

Gadis itu mendongak lalu mengangguk, Adreil tersenyum. Namun, netranya menangkap luka goresan di lengan Felisya.

Ukiran namanya terlihat jelas jika dalam jarak dekat.

Adreil mendekat dan menatap luka itu dengan lekat. "Ini pasti sakit, ya?"

Felisya mengerjap dan menggeleng. "Ini luka lama, udah gak sakit lagi jadi lupain aja."

"Nggak."

"Mungkin sekarang sakitnya gak kerasa, tapi dulu lo pasti berusaha mati-matian menahannya 'kan?" lanjut Adreil.

Felisya terdiam dan diamnya membuat Adreil merasa bersalah. Ia mengingat kembali kejadian di mana dirinya dengan tega mengukir namanya di lengan gadis itu dengan raut wajah bahagia.

"Gue minta maaf, Sya," ujarnya. "Pernah berlaku kasar sama cewek yang gak seharusnya gue kasarin, lo bener. Gue menyangkut pautkan setiap emosi gue ke orang yang seharusnya gak nerima perlakuan keji gue." Adreil mendongak menatap gadis di depannya.

"Lo berhasil, buat gue kembali percaya setelah sekian lama rasa kepercayaan gue lenyap."

Felisya kembali terdiam, mengapa dirinya sekarang malah merasa seperti kekasih yang sedang selingkuh? Padahal dirinya bukan siapa-siapa Adreil. Saat ini yang berada dalam pikirannya, memberi tahu soal perasaan Dion kepadanya atau diam dan melihat perilaku Dion mendekatinya?

Felisya bingung dan kebingungan itu tidak dicurigai Adreil, lelaki itu berpikir Felisya terdiam karna mulai kembali mengingat kejadian itu.

"Ayok ke kelas! Udah lama gue gak jalan di samping lo setelah gue mulai terjun handle bisnis bokap," katanya, lalu meraih tangan Felisya dan menggenggamnya.

Felisya mengangguk dan ikut berjalan beriringan di samping Adreil, biarlah saat ini dirinya menikmati sikap manis Adreil dan kebersamaannya. Soal Dion Felisya akan pikirkan.

Kedekatan mereka setiap harinya selalu menjadi bahan obrolan semua orang termasuk sekolahan.

Rednal, Farid, Herry dan juga Reyhan berjalan beriringan di koridor sekolah. Mereka tersenyum, tidak terasa sebentar lagi mereka akan menghadapi ujian kenaikan kelas dan berarti sebentar lagi mereka akan menginjak lantai kelas 12 di mana ke-4 nya akan menjadi senior di antara senior lainnya. Kelas 12 adalah puncaknya senior, dihormati, disegani dan ditakuti oleh kebanyakan murid di sekolah SMA maupun SMK.

"Otewe menjadi senior yang baik hati!"

Farid menoleh. "Baik hati dengan macarin adek kelas?"

Herry mengangguk. "Yoi!" ucapnya dengan senyum lebar. "Sesama manusia ituh, kita harus selalu saling menyayangi Rid!"

"Gak juga dengan memberi kasih sayang ke semua siswi sekolah ini, cepak!" Rednal tidak habis pikir dengan kelakuan Herry.

Meski Herry pernah dibuat jatuh cinta sekali pun, sifat playboy-nya tidak pernah berubah. Malah semakin menjadi saat di mana dirinya putus dengan mantan tomboy-nya.

"Itu mesti! Biar apa? Biar gue sedikit ada gunanya hidup!"

Farid menatap Herry. "Gunanya?"

"Ya, gunanya dengan memberi kasih sayang buat semuanya!" ujarnya bangga, Herry tersenyum lebar. "Tapi sayangnya, gue harus jadi playboy diem-diem."

"Lakuin apa yang mau lo lakuin, hidup ya hidup lo," kata Rednal.

Herry menoleh. "Gak bisa, Adreil sahabat gue jadi ya—"

ADREIL {END}Место, где живут истории. Откройте их для себя