~Adreil Ferupsea~

274 7 0
                                    

Adreil menatap tajam saat tadi anak buahnya menyapanya dengan ramah, ia masih menetralkan emosinya tanpa sengaja netranya menatap Felisya yang tengah tertawa dengan Bubu—kucing imut kesayangannya—Adreil ikut tertawa geli melihat mereka.

Adreil berjongkok di dekatnya tanpa disadari Felisya, tangannya terulur mengusap kucing itu sayang. Baru Felisya menyadari keberadaan Adreil.

"Pasti kena mental ya, Bu. Digangguin mulu sama cewek galak?" kata Adreil dengan raut wajah sedih menatap kucing tunggalnya.

Felisya mencubit tangan Adreil dengan sekuat tenaga.

"Aw!"

"Sakit anjir!" Adreil menatap Felisya tajam.

Sedangkan Felisya malah membalas tatapan Adreil tak kalah tajam.

"Mampus, biru tuh biru! Harus biru!" teriak Felisya sambil terus kembali mencubit Adreil berulang kali.

Adreil menjauh dan menatap Felisya ngeri. "Gila cewek kalo main cubitan, ngalahin tonjokan cowok!" Adreil menatap tangannya nanar, pasti memar.

Felisya tersenyum sengit.

"Enak aja lo ngatain Bubu kena mental karna gue! Orang Bubu malah bahagia sama gue, iya kan Bu?" tanya Felisya menatap kucing itu yang sama tengah menatap mereka berdua bingung.

Bubu seperti pasrah dan mengeong. "Meow!"

"Tuh, kan!" tunjuk Felisya.

Adreil berdecih.

"Siapa pun kalau sama gue pasti bahagia termasuk kucing!" celetuknya dengan sombong.

Mereka seperti lupa dengan kejadian tempo lalu, dengan kedekatannya hari ini.

Bubu dari pada jadi nyamuk, kucing itu melangkah kan kakinya dengan gemoy menuju kandang tingkatnya yang mewah. Uang Adreil jangan ditanya, jelas masih mampu meski membeli produksi kandangnya sekali pun.

"Emang, gue akui itu iya."

Perkataan Adreil membuat Felisya menoleh. Ia menatap Adreil, melihat seperti ada banyak tekanan dalam sorot matanya.

"Lo bahkan berhasil, buat gue lupa sejenak sama hal yang gue alami dan pikirin akhir-akhir ini," lanjutnya.

"Dreil, lo?"

Adreil mengangkat bahunya lelah.

"Gatau gue, jujur gue cape."

Dengan langkah ringan Adreil mendekat ke arah Felisya lalu memeluk tubuh gadis itu erat.

"Biarin seperti ini, sebentar aja," bisiknya tepat di telinga Felisya.

Gadis itu mengangguk dan membalas pelukan Adreil meski tidak erat karena Felisya sadar posisinya siapa.

"Iya, lo boleh meluk gue kalau itu bisa buat lo sedikit tenang." Perkataan itu tanpa sadar terlontar dari mulutnya.

Adreil memejamkan matanya, ia mulai merasa Felisya dan Fiorra itu berbeda. Sangat berbeda.

"Makasih," ucapnya tulus.

Felisya mengeryit. "Kesambet apaan lo, sampe bilang makasih loh. Seorang Adreil Ferupsea!"

Adreil menjauhkan tubuhnya dan menatap Felisya, dengan gerakan cepat tanpa disadari Felisya. Adreil dengan sengaja mencubit hidup Felisya gemas.

"Salah mulu gue di mata lo, ya!"

"Bukannya dari dulu?" kata Felisya polos.

*****

Herry menatap kepergian Farid, kenapa akhir-akhir ini sikap sahabatnya itu aneh? Apalagi semenjak kedatangan Fiorra laki-laki itu sering pergi mendadak, tanpa memberi tahu akan ke mana. Bukan seperti biasanya.

ADREIL {END}Where stories live. Discover now