55. Ranti (1,5 Tahun Lalu)

65 16 0
                                    

Aku merasakan darahku rasanya berhenti mengaliri wajah dan ujung-ujung jariku. Udara sejuk pegunungan seperti tersendat masuk ke paru-paruku. Setengah mati aku mengendalikan diri agar tetap bisa memasang wajah tenang.

Brendan kini berdiri di depanku. Ia memandangku sambil tersenyum.

"Apa kabar?" sapa Brendan ramah. Senyumnya masih sama seperti dulu. Sehangat sinar matahari pagi.

"Alhamdulillah, baik." jawabku singkat.

"Aku senang bisa ketemu lagi."

Aku hanya tersenyum menanggapi kalimatnya.

"Nah, karena Kak Ranti sudah datang, kita mulai saja ya briefing syuting hari ini." ujar asisten Oom Baron.

"Baik." tanggapku dan Brendan hampir bersamaan. Brendan tersenyum karenanya. Sedangkan aku langsung menarik sebuah kursi di dekatku untuk duduk mendengarkan.

"Oke. Syuting hari ini mulai dari scene 4 sampai 10. Lokasi syuting adalah di lapangan rumput sebelah timur, danau kecil yang ada sekitar 500 meter dari sini, dan di dalam mobil van yang sudah diparkir di dekat jalan keluar dari lokasi ini. Kalau syuting lancar dan hujan tidak turun terlalu deras, kita bisa selesai syuting sekitar sore nanti." jelas asisten Oom Baron, mas Ditya, panjang lebar.

"Nanti saat ke danau apakah bisa memakai kendaraan?" tanyaku.

"Sayangnya tidak. Kita harus olahraga sedikit hari ini. Kita berjalan bersama ke sana." jawab asisten Oom Baron sambil tersenyum.

"Oke. Nggak masalah buat saya. Anggap aja hiking bersama." sahut Brendan sumringah.

"Devon tidak akan keberatan, kan?" tanya mas Ditya padaku. Nampak sekali mas Ditya sudah mendengar kabar tentang Devon yang sering rewel.

Aku mendengus tertawa.

"Dia tidak akan berkomentar apa-apa. Kalaupun dia mengomel, biar itu jadi urusan saya." jawabku santai.

Brendan dan mas Ditya tertawa bersama mendengar jawabanku.

"Baiklah, kalau begitu silahkan bersiap-siap. Sebentar lagi syuting akan dimulai." jelas mas Ditya ramah sambil membetulkan headphone warna hitam yang tergantung di lehernya.

"Terima kasih." ujarku sambil beranjak dari kursiku.

"Kak Ranti mau ke tempat makeup?" tanya Brendan yang tiba-tiba sudah berdiri di dekatku.

"Emm... Iya. Devon menunggu di sana. Mungkin sebentar lagi selesai." jawabku berusaha santai dan berusaha mengalihkan perhatianku dari tatapan Brendan dengan memasukkan agendaku ke dalam tas.

"Boleh aku ikut bareng ke sana? Aku sekalian memperbaiki make-up." pinta Brendan ramah.

Dalam hati, entah mengapa aku yakin itu bukan hal yang baik. Apalagi semenjak Devon tahu tentang sikap canggungku saat berada di dekat Brendan, sepertinya lebih baik aku tidak mengiyakan permintaan Brendan. Aku tidak ingin mendengar omelan Devon karena ia selalu kesal saat aku tidak bisa bersikap seperti biasa.

"Aku janji tidak akan berada di dekat Kak Ranti saat nanti sudah ada Devon." lanjut Brendan seperti bisa membaca apa yang ada dalam pikiranku.

Aku akhirnya terpaksa mengangguk mengiyakan.

"Oke." sahutku akhirnya.

Akhirnya aku dan Brendan berjalan bersama menuju tempat makeup. Brendan hanya diam sambil memperhatikan langkahnya sendiri. Ia sepertinya masih menjaga jarak agar aku tetap nyaman berada di dekatnya.

Reading RainbowWhere stories live. Discover now