105. Ranti (Saat Ini)

71 15 3
                                    

Chandelier kristal berukuran besar, musik jazz pelan mengalun, dan lighting ruangan yang berkesan hangat serta eksklusif, membuat siapapun yang masuk ke restoran ini akan langsung merasakan nuansa kemewahan kalangan atas yang mengintimidasi.

Aku berusaha tampil resmi tapi tidak berlebihan. Blazer warna putih yang kupadukan dengan kemeja ruffle dan rok panjang warna senada serta kerudung warna krem muda menurutku cukup sesuai dengan nuansa Marco Steak House. Sulit juga rasanya memilih pakaian untuk malam ini karena aku sedikit sekali memiliki pakaian yang terkesan resmi dan mewah. Kebanyakan bajuku adalah atasan dengan bahan katun yang nyaman rok panjang berpotongan umbrella. Gaun yang kupakai untuk datang bersama Brendan di acara premier film yang berlangsung heboh itu juga menurutku terlalu mencolok. Sehingga aku memutuskan untuk tetap membiarkan gaun cantik itu tergantung di dalam lemari pakaianku.

Sebenarnya aku agak bertanya-tanya mengapa pak Direktur tiba-tiba mengajakku makan malam. Beliau tidak biasanya begini. Semua instruksi biasanya disampaikan melalui Gita. Tapi kali ini Pak Direktur sampai menelponku langsung.

Ada apa sebenarnya?

Malam ini aku datang lebih dulu daripada Pak Direktur. Maka aku gunakan waktu untuk menikmati pemandangan kota malam hari dari restoran yang ada di lantai 10 gedung perkantoran moderen Nirwana Tower ini. Hawa sejuk AC membuatku nyaman karena tidak terlalu dingin. Beberapa customer restoran nampak sudah menikmati hidangan yang mereka pesan. Mereka semua tampil sangat elegan. Cara makan mereka pun penuh tata krama. Dentingan alat makan nyaris tidak terdengar. Mereka pun berbicara pelan dan sopan. Kalaupun ada yang tertawa, mereka tertawa dengan suara pelan yang tidak mengganggu customer lain.

"Selamat malam, Ranti,"

Spontan aku menoleh ke sumber suara dan mataku terpaku pada sesosok pria parlente berwajah tampan sedang tersenyum ramah ke arahku. Aku langsung mengenali beliau karena fotonya terpampang di banyak tempat di kantor agensi.

"Selamat malam, Pak," sapaku sambil berdiri dan menangkupkan kedua tanganku agar Pak Direktur tidak mengajakku bersalaman.

"Maaf, saya baru datang. Sudah lama menunggu?" tanya Pak Direktur sambil memberi isyarat pada waiter agar tidak dibantu memundurkan kursinya. Beliau duduk dengan santai tapi tetap terkesan berwibawa.

"Saya juga baru datang kira-kira lima menit yang lalu," jawabku sambil duduk kembali ke kursiku.

"Kamu mau pesan apa, Ranti?" tanya Pak Direktur padaku sambil menerima menu dari waiter.

Aku menerima menu dari waiter dan membukanya. Mataku membaca deretan menu yang kebanyakan namanya campuran antara bahasa Inggris dan Perancis. Kemudian aku menutup menu dan menjawab Pak Direktur tanpa basa-basi.

"Karena saya belum bisa bahasa Perancis, saya jadi kuatir salah memesan. Apa Bapak keberatan jika saya minta tolong direkomendasikan menu yang enak?"

Pak Direktur tertawa ringan setelah mendengar kata-kataku.

"Ternyata benar ya? Kamu orang yang apa adanya. Baiklah, saya akan coba pesankan makanan yang menurut saya enak. Steak de veau avec sauce barbecue mixte dua porsi. Minumnya... kamu mau minum apa?"

"Orange juice saja, Pak." jawabku sigap.

"Baik. Tolong untuk minumnya orange juice dan sparkling Puerto Rico masing-masing satu," ujar Pak Direktur pada waiter yang menunggu pesanan kami.

Setelah waiter pergi, Pak Direktur kembali tersenyum padaku. Rupanya beliau orang yang cukup ramah. Padahal menurut cerita orang-orang di kantor, Pak Direktur termasuk tegas dan tidak basa-basi.

Reading RainbowWhere stories live. Discover now