91. Ranti (4 Bulan Lalu)

40 15 2
                                    

Aku menatap layar ponselku yang gelap. Entah kenapa sejak Devon pergi ke Jerman, aku jadi seperti orang aneh yang menunggu panggilan telepon darinya. Padahal aku sebenarnya sudah tahu bahwa Devon sengaja pergi ke Jerman tanpa berpamitan dan sama sekali tidak menghubungiku karena Devon ingin menenangkan dirinya. Jadi kecil kemungkinan Devon akan menghubungiku. Aku adalah sebab utama pertengkarannya dengan Brendan, maka aku memaklumi sikapnya yang sengaja menghindariku. Aku pernah mendengar Gita berbicara dengan Devon via telepon saat aku sedang berada di depan Gita karena harus menyerahkan laporan. Bahkan Gita sengaja mengarahkan agar Devon mau berbicara denganku. Tapi Devon memilih untuk mengakhiri pembicaraannya.

Aku merasa Devon saat ini sebenarnya sedang bingung dan aku ingin membantunya. Tapi sikapnya yang sengaja menjauhiku, membuatku beberapa kali mengajukan permohonan resign yang semuanya ditolak mentah-mentah oleh Pak Direktur.

Aku belum pernah bertemu langsung dengan beliau dan belum pernah juga berbicara via telepon dengan beliau. Tapi beliau adalah orang pertama yang menolak pengunduran diriku dari posisi sebagai manajer Devon meski dalam suratku sudah aku jelaskan bahwa alasan aku mengundurkan diri karena Devon sudah merasa tidak nyaman bekerjasama denganku. Dalam surat resign ke-2 aku bahkan mengatakan lebih detail bahwa selain Devon tidak nyaman denganku, Devon juga enggan menjalin komunikasi denganku dan hal ini tentu bukan kondisi yang baik. Tapi Pak Direktur tetap menolak surat resignku. Dan surat terakhir bahkan aku mengatakan bersedia membayar pinalti. Tetapi hasilnya sama saja. Pak Direktur tidak menyetujuinya dan memintaku untuk tetap bekerja mengurus keperluan Devon sampai ia kembali dari Jerman.

Ya. Uniknya meski Devon berada di Jerman, pekerjaan yang ada hubungannya dengan Devon masih saja banyak. Terutama mengurus beberapa merk produk yang ingin menggunakan Devon sebagai brand ambassador. Sejak peristiwa pers conference Brendan, banyak perusahaan yang awalnya membatalkan kerjasama dengan Devon, kini kembali ingin menggunakan Devon sebagai brand ambassador. Tidak semua diterima. Karena sikap gegabah mereka di awal kontroversi kasus Devon dan Brendan menunjukkan seperti apa penghargaan dan kepercayaan mereka pada Devon.

Jadi sebenarnya aku masih bisa dikatakan sibuk setiap harinya. Kondisi Ibuk alhamdulillah semakin baik sehingga membantuku lebih fokus bekerja.

Karena banyak berpikir, akhirnya aku merasa haus. Aku mengemasi ponsel dan buku agendaku lalu beranjak menuju cafetaria untuk membeli minuman dingin. Sesampainya di sana ternyata antrian cukup panjang sehingga aku harus berdiri menunggu. Sambil berdiri, aku melemparkan pandangan ke sekitar cafetaria dan mendapati sebuah televisi sedang menayangkan infotainment. Aku melihat ke arah televisi sambil mengikuti infotainment yang ditayangkan untuk mengusir kebosananku saat antri.

Berita tentang Brendan lagi. Masih berita yang sama. Tentang pacar baru Brendan, seorang model yang lagi naik daun dari negri Jiran. Kedua belah pihak belum mengkonfirmasi apa-apa tentang hubungan mereka. Tapi jika memang benar demikian, aku berharap agar mereka berdua cocok.

Antrian sedikit maju. Maka aku melangkah ke depan dan kini memilih asik memandangi kerja para barista yang cekatan menyiapkan aneka pesanan para pelanggan.

"Aktor terkenal Devon Regner tertangkap kamera sedang berlibur di Pulau Dewata bersama seorang wanita bule berambut pirang..."

Tunggu.

Barusan tadi apa?

Aku menoleh lagi ke arah televisi yang kali ini menayangkan hasil foto dari paparazzi yang memperlihatkan Devon sedang jalan berdua dengan seorang bule berambut pirang panjang.

Devon pulang ke Indonesia?

Sejak kapan?

Kenapa aku yang manajernya sama sekali nggak tau?!

Kini layar televisi menayangkan foto yang berbeda. Di foto itu nampak si bule perempuan tertawa gembira sambil melingkarkan lengannya pada leher Devon yang tertawa sambil memandang ke arah bule itu.

Mereka nampak bahagia sekali. Seperti adegan film romantis.

"Setelah menghilang selama hampir delapan minggu, aktor Devon Regner terlihat sedang berlibur bersama teman wanitanya di salah satu pantai terindah Pulau Dewata. Keakraban satu sama lain yang ditunjukkan membuat publik menduga bahwa wanita bule cantik itu adalah pacar baru Devon Regner..."

Antrian kembali maju, dan kini aku hampir berada di depan kasir pemesanan. Sambil melangkah maju aku berpikir keras. Aku merasakan pelipisku berkedut karena menahan marah.

Devon ternyata sudah kembali. Setelah hampir dua bulan tidak ada kontak sama sekali, dia kini tiba-tiba muncul kembali di televisi membawa kabar yang menghebohkan negri. Dari senyum dan cara tertawa Devon, aku bisa menduga bahwa Devon sudah cukup dekat dengan bule itu. Ditambah lagi sikapnya yang biasa saja bahkan cenderung nyaman bersama bule itu, sepertinya memang bule cantik itu pacar barunya.

Aku merasakan ponselku bergetar.

Bagus sekali. Kini semua orang menyerangku menuntut klarifikasi.

"Mau pesan apa, Kak?" tanya mas barista padaku dengan senyum ramah.

"Tiket ke BALI!" jawabku geram.

"Apa? Waduuh maaf, Kak. Kami tidak jual tiket pesawat," sahut mas barista bingung campur was-was sambil memandangku.

"Ah! Maaf, mas. Maksud saya milk tea boba dengan gula aren. Tolong gulanya ditambah 1 scoop lagi, ya mas?" cerocosku cepat karena malu menyadari kesalahanku.

Setelah membayar, aku berdiri menunggu pesananku dengan benak yang sibuk. Kini setelah sekian lama tidak ada kabar, kedatangan Devon langsung membuat gempar. Itu berarti aku harus pontang-panting lagi mengurus banyak hal. Klarifikasi, laporan ke agensi, menenangkan para sponsor, menjawab pertanyaan wartawan, menemui awak media infotainment, dan sebagainya.

Ketenanganku selama dua bulan telah berakhir. Devon datang. Itu artinya aku harus kembali siap untuk maju ke medan pertempuran yang bisa terjadi sewaktu-waktu.

Devon Regner, pemuda menjengkelkan itu, telah kembali ke citra asalnya dulu.

Playboy kelas kakap yang serampangan dan tidak mudah dikendalikan.

Reading RainbowWhere stories live. Discover now