17. Ranti (2 Tahun Lalu)

87 15 1
                                    

     Aku harus mengakui sekali lagi bahwa Devon memang aktor luar biasa. Di depan Ibuk dia bisa bersikap begitu sopan dan santun. Ia juga nampak penurut dan menampilkan sisi tanggungjawabnya. Bahkan caranya berbicara pada Ibuk nampak sangat manis. Padahal seharian ini kepalaku rasanya mau pecah karena mengurus semua keperluannya serta aneka tingkah polah menjengkelkan yang dia lakukan.

     Ingatanku jadi melayang ke memori setahun lalu saat aku masih menjadi manajer Brendan Maulana. Antara Devon dan Brendan seperti bumi dan langit. Sangat jauh berbeda. Brendan begitu ramah, periang, penurut, sopan, santun, gentleman, dan sangat pengertian. Brendan sangat mudah diajak berkompromi. Sehingga akhirnya karir Brendan cepat menanjak karena banyak orang terpesona pada kepribadiannya. Aku masih ingat betapa shock Brendan saat mengetahui aku mengundurkan diri jadi manajernya. Aku melakukannya karena menurutku itu yang terbaik untuk karir Brendan ke depan. Karena satu dan lain hal, meski awalnya sempat tidak menerima keputusanku, Brendan akhirnya rela berganti manajer. Terhitung sejak hari itu, aku tidak lagi pernah menghubungi Brendan.

     Lain halnya dengan Devon. Devon sangat pembangkang, egois, semaunya sendiri, bicara sesukanya, dan dingin. Ia tidak pernah mengumbar senyumnya kecuali memang harus. Misalnya saat pemotretan, syuting iklan, atau film. Devon juga sangat usil dan kekanak-kanakan. Itu terbukti saat ia mengerjaiku dengan katak tadi pagi. Benar-benar lelucon anak SD. Tapi yang tidak bisa dipungkiri adalah kemampuan akting Devon yang memang luar biasa. Devon juga mempunyai aura digdaya yang mengintimidasi. Mungkin itu karena rasa percaya dirinya yang tinggi. Belum lagi ditunjang tubuh tinggi dan atletisnya, menambah kesan aristokrat pada diri Devon. Devon sebenarnya benar-benar sosok yang mewakili definisi ketampanan seorang pangeran. Gurat garis wajah Devon yang perpaduan Eropa-Indonesia membuat wajahnya unik. Mata biru gelapnya sangat membius. Seperti samudra yang melenakan. Belum lagi alisnya yang tebal dan agak menukik sehingga menambah kesan tajam pada matanya. Hidungnya mancung sempurna. Kulitnya putih bersih perpaduan kulit Eropa dan Asia. Rambutnya hitam lurus dan sangat terawat. Bagiku yang sering bertemu artis muda dan tampan, menurutku Devon adalah yang paling menarik di antara mereka semua. Devon seperti tidak membutuhkan banyak usaha untuk tampil mempesona. Bahkan saat dia diam membaca majalah sambil bersantai saja rasanya seperti adegan syuting iklan.

     Andai saja Devon punya separuh saja sifat seperti Brendan, pasti semakin banyak yang terpesona padanya.

     Aku menghela napas panjang untuk mengenyahkan bayanganku tentang Devon. Hari ini adalah salah satu hari paling melelahkan dalam karirku sebagai manajer artis. Aku tidak bisa membayangkan rasanya setiap hari harus bertemu Devon, bahkan mungkin saat weekend juga. Pasti energiku banyak terkuras. Emosiku juga sih sebenarnya. Tapi bagaimana pun juga, sampai aku bisa melunasi hutangku nanti, aku harus tahan berada di sekitar Devon meski mungkin akan menguras semua kesabaranku sampai ke remah terakhir. Jika prediksi Ibuk benar, Devon lama kelamaan akan otomatis menurut padaku dan mungkin semakin hari pekerjaanku akan semakin ringan karena Devon sudah lebih bisa diajak kerjasama.

     Ah, semoga saja prediksi Ibuk benar-benar terjadi.

     Aku melangkah masuk ke kamar Ibuk dan ternyata mendapati Ibuk telah tertidur lelap. Ini memang sudah sangat melewati batas jam tidur ibu biasanya. Setelah membetulkan letak selimut Ibuk dan mematikan lampu, aku berbaring di sofa tempat biasa aku tidur sehari-hari menemani Ibuk sampai Subuh nanti.

     Aku baru bisa mengecek ponselku setelah seharian dipusingkan oleh berbagai macam urusan dan tingkah konyol Devon. Ada banyak sekali pesan WA yang masuk. Kebanyakan dari teman-temanku yang memberi selamat karena aku resmi menjadi manajer baru Devon Regner. Dari sekian banyak, ada satu pesan WA dari nomor yang tidak aku kenal. Foto profilnya hanya bergambar laut. Karenanya aku tidak bisa menebak dari siapa pesan itu.

     Aku membuka pesan dan tampilan di layar ponselku membuat mataku membelalak.

     "Assalamu'alaikum, Kak Ranti. Apa kabar? Aku dengar kak Ranti sekarang menjadi manajer Devon Regner. Selamat ya, Kak. Oh iya. Ini aku. Brendan."

     Tenggorokanku rasanya tercekat. Jantungku tiba-tiba berdetak lebih cepat. Aku merasa darah berhenti mengaliri wajahku. Setelah sekian lama, Brendan kembali menjalin komunikasi denganku. Aku tidak tahu dia dapat nomorku dari siapa. Tapi yang jelas ada satu pertanyaan dalam benakku karena pesan WA Brendan.

Apakah ini berarti dia masih memikirkan aku?

    

Reading RainbowWhere stories live. Discover now