21. Ranti (2 Tahun Lalu)

101 16 1
                                    

     Ruang ganti artis di hotel ini sungguh nyaman. Karpet merah yang tebal dan empuk, wangi aromatheraphy floral yang lembut, dan udara dari AC terasa sejuk menyentuh kulit membuat perasaan rileks dan nyaman. Ada sebuah pot tanaman palem besar di pojok ruangan. Kemudian sebuah meja panjang dan cermin besar yang dilengkapi lampu penerangan menunjukkan fungsi ruangan itu. Sebuah alunan musik slow jazz mengalun dari pengeras suara ruangan dengan samar.

     Aku duduk di salah satu kursi empuk berwarna merah di depan cermin. Aku membuka dan menutup buku catatanku sambil berpikir.

     Aku memikirkan kalimat Devon.

     Aku sudah lama menjadi manajer artis. Bukan pertama kalinya aku mendengar permintaan unik dari artis-artis muda yang aku dampingi. Rata-rata mereka di suatu waktu mengaku merasa sangat kesepian sehingga kadang melakukan perbuatan atau bersikap bandel. Mereka kesepian karena waktu mereka hampir habis di lokasi syuting. Hampir 24 jam mereka ada di sana jika mereka mendapat job di sinetron kejar tayang. Akibatnya, para artis muda ini merasa jenuh, kesepian, dan sedih karena tidak bisa bersosialisasi dengan teman dan saudara mereka. Bagaimanapun juga, manusia adalah makhluk sosial yang butuh berada bersama manusia lain yang beragam.

     Devon Regner sudah menjadi artis sejak kecil. Wajah blasteran bulenya yang sangat tampan membuat ia sangat laris sebagai bintang iklan. Menjelang SMP, Devon sudah mulai menjajal dunia akting dan ternyata ia sangat menikmati berada di dalamnya hingga saat ini. Aku masih ingat saat ia baru lulus SMA dan membintangi film remaja 'Surat Untuk Denisa'. Film itu berhasil menyedot banyak penonton yang beragam usianya. Tidak hanya para remaja, tapi juga wanita usia dua puluh hingga paruh baya datang berbondong-bondong menonton film tersebut. Devon berperan sebagai Darius, remaja uring-uringan yang membenci ayahnya. Tetapi akhirnya takluk pada seorang gadis lumpuh yang berhati lembut. Devon menunjukkan kelasnya sebagai aktor di film itu dengan sangat baik. Ditunjang penampilan fisik yang luar biasa menarik, Devon langsung menjadi idola banyak orang.

     Karena kesuksesan film itu, Devon batal pindah ke Jerman mengikuti orang tuanya. Karena semakin banyak tawaran main film datang dan Devon menikmatinya. Semakin dewasa, akting Devon semakin matang. Kini, Devon menjadi aktor papan atas dengan bayaran tertinggi untuk melakoni sebuah film. Sutradara mencintai akting Devon yang selalu pas saat memerankan tokoh yang ia lakoni. Devon seperti berubah menjadi tokoh tersebut secara alami saat kamera ON.

     Karena kesibukannya di lokasi syuting itulah, aku menduga Devon akhirnya merasa kesepian. Aku sudah mengamati Devon sejak lama. Aku merasa ia memang aktor yang sangat berbakat. Tapi begitu banyaknya infotainment mengemas berita tentang Devon yang berulah, membuatku menyadari bahwa Devon Regner adalah seorang pemuda kesepian yang berada di puncak karir. Ia sering sekali diberitakan gonta-ganti pacar, membeli barang aneh, dan menjajal berbagai olahraga ekstrim. Belum lagi kebandelannya ternyata membuat ia berganti manajer berkali-kali.

     Saat aku ditawari menjadi manajernya, aku sadar bahwa aku harus mendampingi seorang aktor muda yang hatinya 'hampa'. Sehingga aku harus bersiap menghadapi aneka ulah Devon dengan sabar dan profesional. Tapi tetap saja, aku tidak bisa melupakan ekspresi memohon Devon saat bertanya padaku apakah ia aku ijinkan ikut bersamaku untuk makan malam bersama para sahabatku. Devon terlihat sangat menginginkannya. Dan ia sedang tidak berakting.

     Aku tidak ingin melukai perasaan Devon. Karena itu berarti aku menyulut api kebandelan Devon dan ia pasti akan menjadi jauh lebih bandel dan sulit diatur. Tapi aku juga paham bahwa situasinya tidak memungkinkan. Devon adalah magnet penyedot penonton. Hal ini tentu saja berpengaruh terhadap rating suatu acara. Acara malam penghargaan Blitz Magazine juga pastinya sangat berharap Devon akan hadir. Selain karena Devon adalah kandidat terkuat pemenang aktor terbaik, Devon juga kandidat terkuat untuk memenangkan aktor favorit pilihan penonton. Tapi aku juga tidak mungkin mengajak Devon bersamaku. Pasti akan sangat menarik perhatian dan akan bikin heboh. Pengunjung restoran yang ada di sana juga pasti terganggu akan kehebohan yang ditimbulkan. Belum lagi infotainment yang pastinya riang gembira memberitakan Devon Regner makan malam bersama manajernya di sebuah restoran 'rakyat jelata'.
    
      Aku menghela napas panjang untuk menjernihkan pikiranku. Sebentar lagi aku akan mendampingi Devon untuk konferensi pers film barunya. Aku tidak boleh hilang fokus.

Reading RainbowDonde viven las historias. Descúbrelo ahora