103. Ranti (Saat Ini)

105 12 2
                                    

Tarik napas, Ranti...

Hembuskan...

Sedari pagi aku harus menenangkan diri karena entah mengapa kini Devon terlihat semakin menyilaukan di mataku. Tiap ia tersenyum rasanya dunia di sekitarku berhenti. Saat menemaninya menghapalkan naskah di mobil, bukannya memeriksa agenda untuk mengecek jadwal Devon, aku malah terpaku mengamati setiap lekuk wajah tampan Devon yang sedang serius menghapalkan dialog. Bulu matanya yang panjang dan tebal, alisnya yang tebal dan rapi, hidungnya yang mancung, kulit wajahnya yang halus, tulang rahangnya yang tegas, wah wah... aku sampai tidak percaya rasanya bahwa pemuda setampan itu bisa jatuh hati padaku. Apalagi saat Devon sadar aku sedang memandanginya dan ia balas melihatku dengan mata biru lautnya yang menatapku lembut sambil tersenyum ke arahku.

Astaghfirullah, jantungku... tenanglah.
Mataku... ayo lihat ke arah lain.

Setelah beberapa minggu bernegosiasi, Devon akhirnya menerima tawaran main film komedi romantis. Aku ikut membaca skenarionya dan menurutku dialognya menarik meski alurnya cukup klise. Mungkin karena hal itu Devon mau menerimanya. Devon sangat selektif memilih film dan sering juga ia meminta pendapatku tentang aneka naskah yang ditawarkan padanya. Selama ini Devon selalu menerima pendapatku. Naskah yang menurutku terlalu kaku atau kurang menarik biasanya akan Devon tolak. Dan naskah yang menurutku bagus atau cukup menarik, biasanya akan ia terima.

Kini, sambil menunggunya selesai persiapan shooting film, aku duduk di semacam tenda tempat make-up dan memperhatikan Devon sedang memperbaiki tatanan rambut serta make-upnya dengan bantuan Tisya. Sesekali ia memanggilku untuk meminta tolong membawakannya minuman lemon dingin yang aku siapkan sejak dari rumahnya.

"Kak Devooooooon..."

Seruan seorang gadis memanggil Devon dengan centil membuatku dan beberapa orang di sekitarku otomatis menoleh ke arah sumber suara.

Cindy Claudia Becker.

Artis muda pendatang baru yang sedang naik daun akhir-akhir ini karena wajahnya yang cantik campuran sempurna Amerika-Indonesia yang mempesona banyak orang. Aktingnya juga lumayan. Itu sebabnya ia sedang banyak menerima tawaran main film dan kali ini ia akan jadi pemeran utama wanita untuk beradu akting dengan Devon. Usianya masih sangat muda. Sembilan belas tahun. Tapi wajahnya sudah seperti wanita berumur akhir 20-tahunan karena make-up tebal dan gaya pakaiannya yang dewasa. Rambutnya berwarna coklat gelap ikal bergelombang cantik sekali. Tinggi dan badan yang sintal berisi membuatnya terkesan sexy.

"Kak Devon ternyata udah dateng ya? Wah, tau gitu tadi gue langsung nyamperin kemari," celoteh Cindy sambil meraih tangan Devon.

Wah... ternyata Cindy tipe gadis agresif dan berani. Pikirku.

Devon menanggapinya dengan tersenyum lalu menarik tangannya yang digaet Cindy.

"Kamu kan harus make-up dulu. Nggak perlu nyamperin aku. Toh nanti juga ketemu saat mulai shooting," tanggap Devon ramah.

"Iiih, Kak Devon gitu deh. Gue kan pingin ngobrol dulu sebelum shooting," rengek Cindy manja. Suaranya yang agak serak menambah kesan sexy pada dirinya.

"Tapi aku nggak pingin ngobrol. Aku harus menghapal dialog," ujar Devon santai.

"Aaah... ya udah deh ntar pas break shooting, kita makan siang bareng, ya? Pliiiiis..." rayu Cindy sambil menggaet tangan Devon sekali lagi.

Waaaaah... cewek satu ini ternyata memang berani ya! sungutku dalam hati.

"Sorry, I can't," jawab Devon singkat sambil menarik tangannya yang digaet Cindy.

Reading RainbowWhere stories live. Discover now