86. Devon (6 Bulan Lalu)

64 17 4
                                    

     Brendan menatapku dengan sorot mata jauh lebih tenang daripada yang kuperkirakan. Harus aku akui ia memang memiliki kepribadian jauh lebih terkendali daripada diriku. Masih ada bekas sedikit memar di pipi kanannya bekas bogem mentahku. Selebihnya, wajahnya nampak baik-baik saja. Ia menemuiku di taman belakang rumahnya yang asri.

     Hanya aku dan dia.

     "Kamu pasti ke sini bukan untuk minta maaf, kan?" tanya Brendan sambil memasukkan tangan kanannya ke saku celana.

     "Sebenarnya aku memang datang untuk minta maaf. Tapi bukan minta maaf karena sudah meninju wajahmu. Tetapi minta maaf karena sudah melibatkanmu dalam masalah," tanggapku santai.

     "Kamu tidak suka aku bersama Kak Ranti?"

     "Aku membenci hal itu,"

     "Itu sebabnya kamu pukul aku?"

      "Bukan. Aku pukul kamu karena kamu bertindak sesuka hatimu tanpa memikirkan perasaan Boss,"

       "Aku dan Kak Ranti pernah dekat sebelum ia menjadi menjadi manajermu,"

      "Itu tidak bisa jadi alasan yang membolehkanmu mengklaim bahwa ia adalah pacarmu,"

      "Kami pernah hampir menikah,"

       "Hampir. Kemudian Boss memilih untuk meninggalkanmu,"

       Brendan mendengus tertawa sejenak sebelum melanjutkan.

       "Aku nggak menduga ternyata kamu sudah tahu semuanya. Apa Kak Ranti yang menceritakannya padamu?"

       "Tidak penting siapa yang menceritakannya padaku. Yang jelas, Boss tidak pernah jadi kekasihmu. Dulu, maupun sekarang,"

       "Apa Kak Ranti sudah mengatakan dengan jelas bahwa ia menolak perasaanku?"

       Aku diam sejenak untuk berpikir. Memang benar adanya Boss belum pernah mengatakan bahwa ia menolak perasaan Brendan dengan terang-terangan.

     "Selama Kak Ranti belum mengatakannya dengan jelas, aku anggap masih ada harapan buatku untuk mendapatkan hatinya,"

     Aku mendengus keras. Kesal karena apa yang Brendan katakan sedikit banyak memang ada benarnya.

     "Kamu suka Kak Ranti?" lanjut Brendan sambil menatapku serius.

      Aku balas menatap manik mata Brendan dengan percaya diri sebelum mengatakan, "Aku cinta padanya."

     Brendan menunduk sambil tersenyum. Nampak sekali ia meragukan jawabanku.

     "Kamu yakin bisa menaklukkan hati Kak Ranti?" tanya Brendan dengan nada meremehkan. "She's hard to get."

      "Boss akan melihat kesungguhanku,"

      "Kamu merasa pantas memiliki Kak Ranti?" lanjut Brendan bertanya dengan nada meremehkan lagi.

      "Aku ini Devon Regner," balasku angkuh. "Tentu saja aku pantas."

      Brendan mendengus tertawa. Nampak sekali ia meremehkan aku.

     "Kamu ingin aku meremukkan rahangmu?" tukasku tajam.

     Brendan berhenti tertawa. Kemudian dengan nada percaya diri ia mengatakan hal yang di luar dugaanku.

      "Oke. Fair enough. Kamu memang seorang Devon Regner yang pantas untuk memacari gadis manapun sesukamu," tanggap Brendan tenang. "Kecuali Ranti Candradewi,"

Reading RainbowWhere stories live. Discover now