80. Devon (6 Bulan Lalu)

85 18 12
                                    

Aku memeriksa jasku untuk terakhir kali. Pantulan penampilanku yang sempurna di cermin membuatku sedikit tersenyum. Seharusnya memang aku lebih bersyukur dengan penampilan fisikku yang membuat banyak orang terkagum-kagum. Tapi jika orang lain tahu apa saja yang harus aku alami demi mendapatkan tampilan fisik seperti ini, aku yakin mereka tidak akan banyak yang bertahan. Aku disiplin menjalani diet ketat dan latihan fisik yang tidak pernah absen sejak 15 tahun lalu. Aku memperhatikan asupan gizi seimbang agar aku selalu bugar meski jadwal kerjaku sangat padat. Minum jus buah apel dan blueberry ditambah madu setiap pagi tidak pernah absen aku jalani. Aku tidak pernah lagi makan sesuatu yang instan sejak bertahun-tahun lalu. Semuanya harus fresh. Bahkan kopi pun harus hasil gilingan dan racikan dari biji kopi asli. Aku juga tidak pernah minum aneka minuman trend masa kini seperti boba milk tea dan kawan sejawatnya. Air putih adalah minuman favoritku. Ketika aku harus syuting film laga, tidak jarang aku malah menambah porsi latihan fisik dan juga beladiri.

Apalagi akhir-akhir ini.

Aku semakin menggenjot porsi latihan fisik agar pikiranku yang kalut dan amarahku yang memuncak tidak menghancurkan metabolisme tubuhku. Aku mengalami insomnia untuk pertama kalinya dalam hidupku sejak tiga bulan lalu. Karenanya aku harus sangat kelelahan agar aku bisa tidur nyeyak. Aku menghindari mengkonsumsi obat tidur karena aku tidak ingin ketergantungan dengan obat-obatan jenis apapun. Dokter mengatakan aku mengalami stress yang tinggi sehingga mengganggu keseimbangan metabolisme tubuhku dan mengganggu rutinitas tidurku. Agar kondisi ini tidak terlalu berlarut-larut, aku menemukan sejauh ini cara yang cukup efektif adalah menenggelamkan diri dalam aktifitas yang tinggi agar fokusku bisa teralihkan.

Malam ini aku harus menghadiri pemutaran perdana filmku. Karena sutradaranya adalah Oom Baron, banyak sekali media yang meliput dan penasaran dengan film bergenre action thriller ini. Semua aktor dan aktris berikut sutradara, produser, crew dan para undangan khusus akan hadir malam ini. Film yang sebelum syuting sudah mengundang rasa penasaran sekaligus antusias dari masyarakat pecinta film ini banyak dibicarakan para kritikus film yang optimis bahwa nantinya film ini akan menarik perhatian di Festival Film Cannes.

Aku melangkah keluar kamar dan berpamitan pada Bik Nah yang melepasku dengan senyuman manisnya yang selalu menenangkan bagiku. Di depan teras sudah ada Pak Misbah yang berada di belakang kemudi Alphard putihku siap sedia mengantarku ke lokasi pemutaran film. Sepanjang perjalanan, Pak Misbah memutarkan lagu nostalgia tahun 80-an yang membuat beliau ikut berdendang. Aku membiarkan beliau asyik dengan aktifitas itu dan memilih untuk ikut menikmati alunan musik khas lagu tahun 80-an tersebut. Cukup menarik juga ternyata.

"Mas Devon nanti pulangnya langsung kontak saja seperti biasa, ya?" ujar Pak Misbah ramah ketika kami sudah dekat lokasi pemutaran film.

"Bapak ikut saya saja. Nonton film bareng-bareng." tanggapku sambil tersenyum.

"Lho, Bapak belum punya tiketnya, Mas," sahut Pak Misbah bingung.

"Jangan kuatir, Pak. Sudah saya siapkan undangan VIP buat Bapak," jelasku sambil meletakkan undangan berwarna merah dengan cetakan emboss emas pada huruf VIP pada amplopnya di kursi depan karena Pak Misbah masih menyetir.

"MaasyaAllah, Mas! Baru kali ini Bapak nonton film pakai undangan VIP. Terima kasih, Mas." ujar Pak Misbah senang dan antusias.

"Sama-sama, Pak. Nanti kalau sudah diputar di bioskop lainnya juga, saya akan beri tiket VIP buat Bapak dan Bik Nah."

"Waduuuh, Mas! Bik Nah bisa sueneng sampai joget kalau tahu." timpal Pak Misbah lalu terkekeh senang. Mungkin membayangkan Bik Nah berjoget senang membuat beliau merasa hal itu sesuatu yang kocak.

Aku mendengus tertawa. Aku bisa membayangkan serunya jika bisa nonton bersama beliau berdua. Meski aku sendiri belum tahu kapan bisa mewujudkannya.

Reading RainbowWhere stories live. Discover now