27. Sadar

7K 576 40
                                    

Sudah seminggu Zee koma, Nara masih tetap menghabiskan harinya menemani Zee.

"Zee bangun dong sayang, mommy kangen..."

"Tante," Nara menatap seseorang yang memanggilnya.

"Kenapa Bian?"

"Tante udah makan? Bian bawain nasi goreng, tante makan ya." Nara mengangguk, "Bian ngecek Zee dulu."

"Gimana Bian?" Tanya Nara ketika Fabian telah selesai memeriksa.

"Belum ada tanda-tanda tan, Bian minta maaf belum bisa buat Zee bangun..." Ucap Fabian sedih.

"Enggak sayang, kamu gak perlu minta maaf. Ini semua sudah kehendak Tuhan," Nara mengelus bahu ponakannya.

Ceklek

"Punten." Nara dan Fabian menatap ke arah pintu, ada 4 orang yang memasuki ruangan, mereka keluarga Adithama.

"Eh kalian, masuk." Mawar tersenyum lalu mendekati Nara dan memeluknya.

"Yang kuat ya Nar, jangan sedih-sedih terus. Ntar Zee nya sedih juga." Nara mengangguk dan mengucapkan kata terima kasih.

"Jangan cengeng Nar."

"Bacot lo, Gan!"

"Hai tante." Sapa Erika.

"Halo cantik, apa kabar?"

"Baik tante,"

"Ehm..punten, boleh Alex minta waktu sama Zee berdua doang?" Alex menatap mereka satu-persatu.

"Sok atuh nak Alex," Balas Nara dan langsung keluar diikuti yang lain, Fabian menghentikan langkahnya di depan Alex.

"Awas lo macam-macam sama adek gue." Ucapnya dan langsung berlalu.

"Anjir Zee pawang kamu galak semua." Gumamnya, Alex mendudukan bokongnya di samping brankar Zee, Ia mengambil satu tangan Zee dan menggenggamnya.

"Zee maaf gue baru jengukin lo, gue banyak urusan soalnya," ucapnya menatap wajah Zee yang pucat. "Sumpah demi Tuhan Zee, gue kesepian dikelas. Baisanya ada temen ngobrol, tapi sekarang temen ngobrol gue sakit..."

"Biasanya juga gue ada temen nyontek, eh sekarang gak ada. Bangun dong Zee, tega bener biarin cogan berkualitas seperti ini duduk sendirian di kelas?"

"Anjir mata gue hujan, tapi beruntungnya lo gak liat gue pas lagi nangis awokawok. Malu soalnya gue." Ucap Alex terkekeh sambil mengusap sudut matanya yang sedikit mengeluarkan air.

"Demi apapun Zee, lo orang pertama yang bikin gue nangis. Maksud gue yang bikin nangis karena cewek gini,"

"Dih ngapa nih air mata keluar terus ya? Zee tanggung jawab, gara gara lo air mata gue keluar terus ih."

"Cengeng,"

Alex yaang sedang menghapus air matanya terkejut mendengar suara perempuan, sontak dia langsung menatap sekeliling, namun dia tidak menemukan siapa pun.

"Haus..."

Sekali lagi Alex terkejut, dia langsung menatap depan. Alex membulatkan matanya saat melihat Zee yang sudah membuka matanya.

"Z-zee!"

"Zee haus Alex.." Lirih Zee.

Alex dengan cepat mengambil segelas air dan membantu Zee minum. "Z-zee g-gue panggilin bang Bian dulu ya!" Ucap Alex dengan terbata bata, jantung dia berdegup kencang.

Zee menahan tangan Alex dengan lemah membuat Alex mau tak mau menghentikan langkahnya.

"Gak usah Alex, temenin Zee disini ya. Takut.." Alex mengangguk pasrah lalu kembali duduk dan menatap Zee dalam.

"Zee, Jujur sama gue, lo sebenarnya sakit apa? Gak mungkin demam bisa sampai koma gini." Zee terdiam. "Eh tapi gak usah jawab deh kalau lo gak mau ngasih tau, gue gak bakalan maksa."

"Maaf Alex, Zee gak mau buat kamu repot..."

Alex menghembuskan nafasnya, "Gue gak ngerasa di repotin sama sekali."

"Sayang?!"

Zee menatap Nara yang memasuki ruangan dengan keluargannya dan juga keluarga Alex. Nara berlari kecil mendekatinya dengan air mata yang menetes, Nara langsung memeluk Zee erat dan menciumi seluruh permukaan wajah Zee.

"Astaga mommy rindu banget sama kamu, sayang!"

"Jangan rindu, itu berat. Mommy gak akan kuat, biar Zee saja. Anjay!" Mereka semua membelalakan matanya mendengar ucapan Zee.

"Heh! Belajar dari mana itu?" Aksa terkejut dengan adik bule nya.

Zee menyengir, "Zee denger dari kak Rey sama kak Vian." Rey dan Vian menyengir. "Sama Alex juga!" Alex hanya menggaruk kepalanya canggung.

Tiba-tiba Zee merasakan sakit di tubuhnya, juga sesak di dadanya. Mereka yang melihat Zee seperti bernafas tidak karuan membuat mereka panik, langsung saja Fabian memeriksanya.

"Baby are you okay?!" Tanya Fabian seraya memeriksannya.

"Sesak...."

"ZEE!"

-ZEE-

Arga terduduk di lantai sambil memijit pangkal hidungnya, tubuhnya lemas hebat, jantungnya juga berdegup kencang ketika mengingat kejadian tadi. Dia seperti tidak bisa bergerak saat melihat putrinya yang kesusahan untuk bernafas.

Tak jauh dengan Nara, dia duduk memeluk lututnya sambil menangis. Keluarga mereka yang melihat keduanya seperti itu pun ikut sedih, Arga dan Nara tak pernah seperti ini, keduanya terlihat kacau sekarang. Bahkan Arga yang biasanya menguatkan Nara ikut terduduk lemas.

Ceklek...

"Gimana Bian?" Tanya Arga tak sabaran.

"Zee mempunyai riwayat penyakit jantung..."

Deg. Penyakit jantung? Ya Tuhan, cobaan apalagi yang kau berikan ini!.

"Jangan bohong Bian!"

Fabian menggeleng. "Enggak tante-"

"Enggak mungkin! Zee nggak mungkin punya penyakit seperti itu!" Ucap Nara tak percaya.

"Abang jangan ngaco deh!" Ucap Vian juga tak percaya.

"Gue serius, Vian." Mereka terdiam dengan jantung yang berdegup kencang.

"Leukimia nya juga udah makin parah. Zee harus lebih rajin kemoterapi." Ucap Fabian.

"Tapi tubuh Zee masih lemah, emang bisa langsung kemo?"

"Sebenarnya gak boleh tapi apa boleh buat? Zee harus melakukan kemo secepatnya jika tidak-"

"Gak usah di lanjutin Bang?" Sela Kila cepat, Ia tidak mau ucapan Anaknya membuat Arga dan Nara semakin sedih.

"Maaf.." Bian menatap Arga dan Nara bergantian, "Gimana Om, Tante? Semua tergantung kalian."

Arga mengangguk, "Lakukan kemoterapi secepatnya, lakukan agar Zee sembuh."

Tbc

ZEE'S STORYWhere stories live. Discover now