26. Koma

8K 579 33
                                    

"Zee kenapa Vian?" Tanya Nara. Saat mendengar kabar bahwa Zee kembali tak sadarkan diri, Arga dan Nara langsung bergegas menuju rumah sakit. Begitu juga dengan anggota keluarga yang lain, mereka meninggalkan pekerjaan mereka demi melihat putri keluarga Adijaya-Wiratama.

"Tadi Zee mimisan lagi trus langsung pingsan." Jawab Vian lemas.

"Ya Tuhan..." Desah Nara berat seraya menatap langit-langit. Air mata Nara keluar, dadahnya terasa nyeri mendengar kabar putrinya yang kembali tak sadarkan diri.

"Tenang sayang," Arga membawah Nara kedalam dekapannya.

"Aku gak bisa Ga, aku takut Zee jadi seperti bang Langit." Lirih Nara. Arga memeluk Nara lebih erat, dia juga takut putrinya bernasib seperti Langit, kakak dari Karin.

"Zee gak bakalan jadi seperti Langit, kita harus doain Zee supaya dia cepat sembuh." Ucap Adam.

Setelah beberapa menit menunggu, keluarlah Fabian dengan wajah yang tak bisa diartikan. Fabian menatap keluarganya satu persatu kemudian menghembuskan nafasnya panjang.

"Zee mengalami koma sementara," Ucapan Fabian membuat mereka terkejut.

"Leukimia yang diderita Zee sudah mendekati stadium akhir, dan Zee harus lebih sering untuk melakukan kemo." Jelas Fabian.

Nara kembali menangis dengan kencang di pelukan Arga, bukan hanya Nara tetapi juga anggota keluarganya yang lain sudah berlinang air mata.

"Jangan bercanda kamu, Bian." Ucap Arga tak percaya.

"Bian gak bercanda om, Bian gak akan mungkin bermain-main dengan hal seperti ini." Nara menggeleng tak percaya.

"GAK KAMU BOHONG BIAN!" Histeris Nara hingga tak sadarkan diri.

-ZEE-

"Sayang ayo bangun, kamu gak kasian lihat mommy sakit seperti itu, hm?" Arga mengusap pipi Zee lalu menatap istrinya yang terbaring tepat di samping putrinya dengan wajah pucat.

"Baby, bangun dong nanti daddy beliin kamu oreo yang banyak sama boneka panda yang besar."

"Kamu tau, tadi El nangisin kamu loh dia juga gak mau temenan sama kamu karena kamu gak mau bangun."

Lolos sudah air mata milik Arga, dia tidak sanggup melihat dua orang perempuan yang sangat dia cintai terbaring lemah. Arga menangis kecil namun bisa di dengar oleh Kenzo, Rian dan Rey. Mereka juga ikut bersedih melihat bunda dan adik kecil mereka sakit, apalagi melihat ayah mereka yang menangis seperti itu.

Rian mendekati ayahnya dan menepuk bahu ayahnya. "Ayah istirahat dulu, nanti Bunda sama Zee kami yang jagain. Ayah jangan sampai sakit." Arga tersenyum menatap anak keduannya lalu menyeka air matanya.

"Ayah gak apa-apa Bang, Ayah bisa."

"Ayah... Tar kalau Bunda tau Ayah gak istirahat Bunda bisa marah besar loh. Ayah tau kan gimana marahnya Bunda." Akhirnya Arga mengangguk dan duduk di sofa panjang.

"Ayah besok gak usah kerja dulu, biar abang yang gantiin kerjaan ayah." Ucap Kenzo.

Arga mengangguk, dia memang harus beristirahat. Lingkaran matanya sangat hitam dan juga kantung matanya lebar.

"Makasih Ya Bang, Kak, Adek." Ketiga anaknya mengangguk.

Ketiganya berjalan menuju ranjang Zee dan Nara. Kenzo yang menemani bundanya, Rian dan Rey yang menemani Zee.

"Honey, wake up please!" Rian menatap sendu adiknya, Ia menyentuh bibir Zee yang terlihat pucat.

"Bangun dong cinta!" Rian menatap Rey aneh.
"Kenapa? Baby, babe, honey sweetheart, darling, sweety itu udah mainstream, mangkanya gue bilang cinta. Itu kan paling beda dari yang lain." Ucap Rey menaik turunkan setengah alisnya.

"Berisik." Tegur Kenzo.

-ZEE-

Sudah 4 hari lamanya Zee belum juga sadar dari tidurnya, hal itu mengubah Nara menjadi lebih pendiam dan juga cuek. Nara menghabiskan harinya hanya untuk menemani putri tercintanya yang masih setia menutup mata.

"Bunda?" Panggil Rey.

Nara menatap sekilas Rey lalu kembali menatap Zee.

Rey menghembuskan nafasnya panjang. "Makan dulu ndaa, Bunda belom makan loh dari pagi, ntar takutnya bunda sakit!" Ucap Rey.

Nara masih tetap diam.

Rey mendekati Nara lalu memeluknya. "Bunda jangan gini, Bunda mau ikutan sakit juga? Bunda gak sayang sama Kita?" Ucap Rey dengan nada bergetarnya.

Nara menangis setelah mendengar ucapan Rey, dia membalas pelukan Rey lalu berkali-kali mengucapkan kata maaf.

"Maaf, Dek.."

"Enggak ndaa-"

"Maaf. Sekali lagi bunda minta maaf,"

Rey menggeleng.

"Bunda minta maaf karena udah buat adek khawatir, Bunda juga minta maaf udah buat yang lain repot."

Rey kembali menggeleng. "Enggak, Bunda gak ngerepotin kita sama sekali. Rey cuman gak mau bunda sakit." Nara mengangguk. "Sekarang bunda makan ya, jangan sampai sakit," Rey menyuapkan nasi di sendok pada Nara dan diterima langsung oleh Nara.

-ZEE-

"Zee, wake up." Ucap Aaron menatap Zee yang masih memejamkan matanya.

"Udah Aaron, jangan sedih. Kamu tau? Zee memang tertidur, tapi dia masih bisa mendengar sekitarnya. Jika kamu tetap bersedih, Zee pun akan ikut bersedih melihat hero-nya bersedih." Ucap Ellish.

Memang Zee kadang menyebut Aaron dengan sebutan hero, karena saat mereka kecil Aaron pernah menyelamatkan Zee waktu Zee terjatuh dari sepeda. Dari situlah Zee memanggilnya hero.

"I can't Ellish, i can't! Ini udah 4 hari."

"Jangan gampang menyerah Aaron, kamu tidak boleh seperti ini terus, kita harus doain supaya baby cepat sembuh!" Sambung Aluna.

"Aluna dan Ellish benar Aaron." Tambah Justin.

"Eh kalian, baru nyampe?" Tanya Nara yang baru saja tiba bersama Arga.

"Iya aunty." Jawab Ellish.

"Hey, Aaron." Aaron langsung menatap Arga.
"Jangan sedih gitu, gimana mau jadi menantu Saya kalau cengeng," Aaron tersenyum malu.

"Sorry, Uncle."

"It's okay, Saya mengerti perasaan kamu."

"Hi honey. Betah banget kamu tutup mata terus, bangun dong disini udah ada temen kamu. Ada Aaron, Ellish, Justin sama Aluna. Aaron bawajn kamu boneka panda loh, Daddy juga bawain
boneka buat kamu sayang.." Ucap Nara sudah menangis kembali, Arga langsung mengusap bahu Nara menenangkan.

"Sstt, Udah Ra, nanti kepala kamu makin pusing."

"Dada aku sakit lihat Zee, Ga. Lebih baik aku sakit daripada terus terusan lihat Zee begini."

"Aunty, Zee menangis!"

Ucapan Aluna membuat mereka semua langsung menatap Zee. Benar, Zee mengeluarkan air matanya namun matanya masih terpejam.

"Baby? Kamu bisa dengar daddy?!"

"Uncle, Zee hanya bisa mendengar suara kita, namun tak bisa menjawab. Zee masih terjebak di alam bawah sadarnya," Ellish mengetahuinya karena kedua orang tuannya adalah seorang dokter, dan juga dirinya bersekolah psikologi selama 3 tahun.

"Zee menangis karena mendengar ucapan aunty Nara, yang pasti dia tidak mau kalau mommy nya bersedih," Lanjut Ellish.

Nara mengangguk lalu kembali menatap putrinya. "Mommy gak akan sedih lagi sayang, tapi mommy mohon kamu harus cepar sadar."

Tbc

ZEE'S STORYWhere stories live. Discover now