19. Laskar

7.8K 600 22
                                    

Saat ini Zee sedang berada di Cafe Senja bersama dengan Elma dan Eca, mereka mengerjakan tugas yang di berikan oleh guru mereka. Sengaja mengerjakannya di Cafe, lantaran mereka juga ingin bersantai di Cafe.

"Zee," Panggil Eca.

"Hm." Jawab Zee tanpa mengalihkan pandanganya pada MacBook miliknya.

"Kok gue lihat akhir-akhir ini muka lo pucat?" Zee terkejut dengan apa yang di ucapkan oleh Eca, Zee mendongakan kepalanya menatap Eca dengan polos.

"Emang iya?" Tanya Zee dibalas anggukan oleh Eca, Elma menatap Zee dengan selidik membuat Zee sedikit gelagapan.

"Don't look at me like that!" Elma langsung mengubah raut wajahnya menjadi tersenyum.
"Ah iya, nanti kan lusa kita libur. Kalian mau gak ke rumah Zee, kita buat kue bareng mommy, gimana?" Tawar Zee.

"Boleh tuh," Balas Elma seadanya, sedangkan Eca mengetukan jari telunjuknya di dagu, layaknya sedang berpikir.

"Boleh deh, Mami Eca juga mau kerumah tante Nara lusa. Katanya mau gosip gosipan."" Ucap Eca.

"Sip, rumah Zee rame deh!" Girang Zee membuat kedua sahabatnya terkekeh geli.

Setelah selesai mengerjakan tugas, mereka kembali pulang ke rumah masing-masing. Zee memilih pulang dengan berjalan kaki, sebab jarak rumahnya tak terlalu jauh dari Cafe.

Di tengah perjalanan, Zee merasa ada yang mengikutinya dari belakang. Zee sedikit memutarkan kepalnya untuk melihat siapa yang mengukutinya, Zee membola ketika melihat dua orang preman yang berjalan mengikutinya dengan sempoyongan.

Zee mulai was was, dia takut jika ada yang mau menculiknya. Dalam hati Zee merapalkan doa untuk melindunginya, dia mulai bercucuran keringat.

Daddy, kakak, siapapun tolong Zee! Zee takut. Batin Zee berteriak saat tangannya dicekal.

"Hai maniezzz......sendirian aja nih?" Preman itu mencekal tangan Zee.

"Mau om temenin, hm? Mari kita bersenang-senang malam ini." Sambung preman satunya yang memegang botol kaca.

Jantung Zee sudah berdegup kencang, air matanya sudah lolos. Zee memberanikan dirinya menatap kedua preman tersebut.

"Let me go..." Ucap Zee bergetar.

"Wah bule ternyata, ayo sayang kita bersenang-senang. Om akan puasin kamu!" Ucap preman yang mencekal tangan Zee dengan nada yang terdengar menjijikan.

"Lepasin Zee!" Zee mencoba menarik tangannya dengan paksa, namun tak bisa.
"LEPASIN! TOLONG!" Teriak Zee.

"Tak ada siapa-siapa disini manis! Percuma kamu teriak, lebih baik kau berteriak saat kita mulai bermain!" Ucap preman itu.

"TOLONG! SIAPA SAJA TOLONG ZEE!" Teriak Zee lebih keras.

"DIAM KAU AT-"

BUGH

"AHKK BANGSAT.....SIAPA LO?!" Bentak preman itu.

"Lo gak perlu tau siapa gue, sekarang lo lepasin dia sekarang juga!" Ucap pria yang beru saja memukuli preman tersebut.

"Berani lo sama gue, hah?!" Tanya Preman tersebut dengan nada yang meremehkan.

"Berani lah, emang lo siapa? Lepasin anak itu, atau..." pria tersebut menggantungkan kalimatnya.

"Atau apa?!"

"Atau lo akan mati sekarang juga!" Seringai tercipta di bibir pria tersebut. Tiba-tiba saja kedua preman tersebut tertawa, pria itu memutar bola matanya malas.

"Wah lo kira gue bercanda?"

Langsung saja pria itu melayangkan tinjuan kepada keduannya, sehingga membuat kedua preman tersebut tersungkur akibat serangan dadakan tersebut.

"SIALAN!"

Kedua preman tersbut langsung menghajar pria itu, namun dengan cepat pria itu menghindar dan memukuli mereka dengan membabi buta.

"A-ampun, su-sudah!" Mohon preman itu, pria itu menghentikan pukulannya dan melempar mereka asal.

"Pergi lo bedua!" Keduanya langsung lari terbirit birit.

Pria tersebut tersenyum miring melihat kedua preman itu, tak lama kemudian teman-teman dari pria tersebut datang menghampiri pria itu.

"Woy, ngapain lo disini?" Tanya salah satu temannya.

"Ngatasi virus." Jawabnya, Ia berbalik menatap Zee yang berjongkok sambil menangis. Ia berjalan mendekati Zee dan memegang pundak Zee membuat Zee mendongakan kepalanya.

"Udah gak papa, mereka udah pergi." Ucap pria itu lembut membuat Zee menghentikan tangisannya.

"Udah pergi?" Zee menghapus air matanya, Ia menatap pria itu takut-takut.

Pria itu mengangguk. Zee berdiri dan langsung menjabat tangan pria tersebut. "Thank you uncle, kalau gak ada uncle Zee gak tau harus gimana..."Ucap Zee tulus.

"Oh iya kenalin nama aku, Zeeneta, just call Zee!"

"Sama-sama Zee." Balas pria itu.

"Mending kita kesana dulu, kasian Zee nya pasti laper." Ucap salah satu teman pria itu, berharap pria itu setuju dan bisa makan gratis.

Teman-teman pria itu tersenyum lebar saat pria itu mengangguk setuju.

-ZEE-

"Sekali lagi terimakasih uncle, ohia nama uncle siapa?" Tanya Zee.

"Laskar," Zee mengangguk, Zee menatap teman teman Laskar, seolah tau arti tatapan dari Zee.

"Halo Zee! Nama uncle Jordan, ini Alex, itu Riko, yang itu Melvin dan yang duduk disamping Zee itu Denta." Ucap Jordan menunjuk temannya satu persatu.

Zee mengangguk mengerti. "Hi!" Sapa Zee.

"Kalau di lihat-lihat Zee mirip seseorang." Ucap Denta tiba-tiba membuat teman-temannya kecuali Laskar, hanya diam sambil menatap Zee.

"Siapa?" Tanya Alex.

"Gak tau, tapi familiar banget. Matanya mirip banget, tapi gue lupa siapa." Denta mencoba mengingat ingat siapa.

"Nara," Ucap Laskar membuat teman-temannya serta Zee terkejut.

"Uncle kenal mommy Nara?" Tanya Zee terkejut.

Mereka semua terkejut. "Mommy? Nara mommy kamu?" Tanya Melvin dibalas anggukan oleh Zee.

"Pantesan mirip banget, berarti Arga-"

"Dia daddy nya Zee!" Sela Zee cepat.

Alex menyenggol lengan Laskar. "Ini kesempatan buat lo Kar," Bisik Alex, Laskar mengangguk.

"Kita boleh ketemu mommy sama daddy kamu?" Tanya Alex.

"For what?"

"Mau ngobrol, mommy sama daddy kamu temen kami." Jawab Jordan, Zee sempat berfikir namun sedetik kemudian dia menganggukan kepalanya pertanda setuju.

"Okay! Mau ketemu sekarang?"

"Iya," Jawab Laskar.

Tbc

ZEE'S STORYWhere stories live. Discover now