14. Leukimia

11K 739 13
                                    

Zee berbinar ketika melihat kue pandanya, Ia mengulurkan tangannya untuk mengambil kue tersebut. Pergerakannya terhenti karena Arga menahan tangannya.

"Kenapa ini sayang?" Tanya Arga ketika melihat lengan anaknya lebam. Pertanyaan Arga membuat seluruh anggota keluarga memusatkan pandangannya pada Zee dan Arga.

Zee menarik tangannya dan melihat apa yang di lihat daddynya. "Oh ini. Zee gak tau daddy tadi pas Zee mau ganti baju, ini memang udah ada, dad." Ucap Zee.

"Mana coba kakak lihat!" Ucap Fabian yang untungnya adalah seorang dokter, Fabian melihat pergelangan tangan Zee.

"Mungkin kamu tadi kebentur tapi gak sadar,"

"Kayaknya, tapi Zee juga gak tau, Zee lupa." Ucapnya. Setelah itu mereka semua diam menatap Zee dalam sehingga....

Tes

Tes

Tes

Cairan merah keluar dari hidung Zee membuat semua orang panik. Zee yang sudah terbiasa dengan hal ini langsung mengambil tissue dan mengadahkan kepalanya ke atas.

"Ih jangan khawatir, Zee sudah terbiasa seperti ini." Ucap Zee.

Ya Tuhan, semoga dugaan gue salah. Batin Fabian.

Tanpa pikir panjang Arga langsung menggendong Zee dan berlari memasukannya ke dalam mobil diikuti Nara dari belakang untuk menuju rumah sakit.

Semua anggota keluarga pun mengikuti mobil Arga dari belakang dengan menggunakan kendaraan mereka masing-masing.

"Kamu dari kapan dapat mimisan begini sayang?" Tanya Nara dengan nada yang terdengar bergetar.

"Dari Zee umur 14 tahun mommy, tapi Zee udah biasa kok jangan khawatir mommy, habis ini juga berhenti. Gak perlu bawa ke rumah sakit daddy."

"Kenapa kamu gak pernah bilang sama kami sayang?" Tanya Arga.

"Zee gak mau buat kalian khawatir, lagian ini juga mungkin karena Zee kecapekan."

Beberapa menit kemudian mobil Arga berhenti di sebuah rumah sakit milik keluarga Wiratama.

"Daddy, Zee bisa jalan sendiri." Ucap Zee ketika Arga menggendongnya memasuki Rumah Sakit.

Namun Arga tak menggubrisnya, Ia tetap menggendong Zee sampai memasuki rumah sakit.

"Ayo om." Ucap Fabian yang di angguki oleh Arga. Arga mengikuti langkah Fabian menuju ruangannya untuk memeriksa Zee.

Fabian terkejut setelah memeriksa adiknya. Dia menatap Arga dengan raut wajah yang tegang membuat Arga semakin takut jika perkiraanya benar.

"Leukimia stadium 3A."

Tubuh Arga menegang, perkiraannya benar. Arga dan Fabian keluar dari ruangan untuk menemui anggota keluarga yang lain, mereka berdua keluar dengan raut wajah sedih membuat anggota keluarga cemas.

"Bagaimana keadaan Zee, Bian?!" Tanya Nara khawatir, Fabian menatap mereka satu persatu dan menghela nafasnya panjang.

"Leukimia. Zee terkena penyakit Leukimia dan udah di stadium 3A." Arga merasakan nyeri di dadanya saat mendengar penjelasan Fabian. "Darah putih lebih banyak dibandingkan darah merah!" Ucapan Fabjan mampu membuat mereka semua menegang. Bahkan Nara sudah jatuh terduduk dilantai dan menangis, langsung saja Arga memeluk Nara memberikan ketenangan.

"Stadium 3A?" Tanya Rian tak percaya dan dibalas anggukan dari Fabian.

"Bang, bisa disembuhkan kan?" Tanya Vian.

"Kemoterapi," Ucap Rian yang juga mengambil Fakultas kedokteran.

Fabian mengangguk. "Dan juga pencangkokan sumsum tulang belakang adalah satu satunya untuk penyembuhan." Lanjut Fabian.

"Kita akan lakukan itu!" Ucap Arga.

"Tapi kecil kemungkinan untuk berhasil, Zee harus melakukan kemoterapi tanpa putus-putus."

Arga mengangguk, putrinya harus sembuh.

-ZEE-

Zee mengerjab-ngerjabkan matanya menyesuaikan cahaya yang masuk dalam penglihatanya. Zee mengerinyit bingung bukannya tembok kamarnya berwarna ungu? Kok sekarang malah berwarna putih? Pikir Zee.

"Eh!" Kaget Zee saat melihat seluruh anggota keluarganya di dalam ruangan yang sama sedang tertidur dan Zee baru sadar ternyata Ia berada di rumah sakit.

Mendengar suara, lelaki yang tertidur disebelah Zee pun terbangun dan langsung menatap Zee.

"Kamu baru bangun sayang?" Tanya Aksa.

"Iya Kak,"

"Kamu lapar gak?" Tanya Aksa.

"Zee la-"

"Sayang! Udah bangun, kamu mau makan?" Tanya Nara yang ternyata sudah terbangun, begitu pun dengan anggota keluarga yang lain.

"Iya mommy, Zee lapar. Tapi Zee mau makan nasi goreng buatan mommy!" Ucap Zee.

"No! Kamu harus makan bubur." Ucap Fabian.

"Ish! Males deh Zee!" Kesal Zee. "Yaudah, Zee mau makan bubur. Asal makanya pake ayam goreng!" Fabian mengangguk.

"Daddy beli dulu ya," Zee mengangguk. "Yang lain mau makan apa?" Tanya Arga.

"Samain aja deh," Ucap Farrel yang diangguki yang lain. Arga langsung memesannya.

"Kakek-kakek, nenek-nenek, kalian pulang aja dulu, istirahat di rumah. Kalian pasti capek kan?" Ucap Kenzo melihat Adam, Tiara, Helena dan Daniel yang terlihat kelelahan.

"Iya Bun, Yah, pulang aja dulu, istirahat nanti Zee biar kami yang jaga." Nara menatap Angel dan Ryan. "Lo juga dek, pulang dulu kasian Denis." Ucap Nara yang diangguki Ryan dan Angel.

"Ayah sama bunda mau ikut kita apa gimana?" Tanya Ryan.

"Engga Yan," Ucap Adam, setelah itu mereka berpamitan dan bergegas pulang.

Tak lama kemudian pesanan mereka datang dan membuat Zee berbinar ketika melihat ayam goreng yang terlihat lezat itu.

"Mau kakak suapin sayang?" Tanya Kenzo.

"Enggak, Zee bisa sendiri kok, mending kalian makan aja." Kenzo menganggukan kepalanya dan langsung menyantap makanannya begitupun yang lainnya.

Sedangkan Nara hanya menatap Zee dengan tatapan sendu, Ia sedari tadi menahan air matanya yang ingin keluar.

Ya Tuhan.. sehatkan selalu anakku. Batin Nara sedih.

Tbc

ZEE'S STORYWhere stories live. Discover now