37. Drop

4.9K 460 36
                                    

Zee menghela nafasnya, dia duduk sambil memegang dadanya yang berdenyut nyeri. Ethan dan Darel yang melihat wajah Zee yang sudah sangat pucat langsung menghampirinya dengan panik.

"Are u okay baby?" Tanya Ethan.

"Yes, i'm okay"

"Jujur aja zee, kalau udah capek langsung istirahat aja. Nanti aku yang ngomong sama sutradara."

"Dada Zee sakit,"

"Ethan cepat hubungi Keluarga Zee, kasih tau kalau Zee sakit, nyusul aja langsung ke rumah sakit." Ethan mengangguk dan segera menghubungi Nara.

"Halo?" Sapa Nara dari seberang sana.

"Halo tan ada yang mau eyke sampein!"

"Apa tuh toy?"

"Toy? Apa tuh tan?" Tanya Ethan masih sempat-sempatnya.

"Letoy! Udah mau nyampein apa?"

Anjir sih tan byutipul!

"Ini tan sih Zee drop lagi, habis Ethan sama Darel menuju ke rumah sakit."

Ethan bisa membayangkan wajah Nara yang pastinya panik.

Tut!!!

"Astagfirullah! Sabar akutuh menghadapi tante-tante." gumam Ethan ketika Nara mematikannya secara sepihak.

"Udah liat sana si Zee, tanya dia kalau butuh apa." ucap Darel yang sibuk mengemudi dengan kecepatan yang lumayan cepat.

"Honey, jangan tutup mata dulu ya! Eyke takut loh." ucap Ethan mengelus-elus pipi Zee. Zee yang melihatnya hanya mendengus walaupun lemah.

Alay.

Selang beberapa menit mereka sampai di rumah sakit milik keluarga Keluarga Wiratama, Darel dengan sigap menggendong Zee ala bridal style memasuki rumah sakit. Saat memasukinya mereka melihat Fabian yang sedang mengobrol dengan salah satu suster.

"MAS BIAN GANTENG!!"

Teriakan Ethan yang keras membuat semua yang berada disitu menatap Ethan, terutama Fabian yang menatapnya datar. Namun tatapan datar tersebut langsung berubah panik ketika melihat adik kecilnya yang di gendong oleh Darel, langsung saja dia mendekati mereka dengan tergesa-gesa.

"Zee kenapa?"

"Dia drop lagi." Fabian menyuruh Darel mengikutinya menuju ruangannya.

-ZEE-

Seluruh keluarga Zee dan juga teman-teman Zee, telah berkumpul di ruangan milik Zee. Tepat setelah Fabian selesai memeriksa keadaan Zee, seluruh keluarganya datang.

"Zee hanya kecapekan. Mungkin karena terlalu lama mengikuti kegiatan shooting-nya, sehingga membuat jantung dia kelelahan." Jelas Fabian.

"Aku kan udah bilang Ra, jangan izinin Zee buat ikut shooting lagi." Ucap Arga. Arga memang sudah melarang Zee untuk mengikuti shooting, Arga juga sudah memesan kepada Nara agar Zee tidak diperbolehkan untuk mengikuti shooting.

"Aku udah larang Ga, tapi Zee tetap maksa, kamu kan tau sifat anak kamu sendiri, Ga."

"Kamu harus tetep larang lah, tegas dikit dong jadi ibu!" Ucap Arga sedikit emosi.

"Aku udah tegas Ga, mana tega aku liat Zee yang mohon-mohon kayak gitu!" balas Nara juga yang sudah terpancing emosinya sedangkan yang lain hanya bisa diam melihat perdebatan keduanya.

"Yah tetep aja lah!"

"Kamu gak usah marah-marah ju-"

"Kalo mau berantem jangan disini, di luar sana. Jangan ganggu orang yang lagi istirahat." Katakanlah Rian tak sopan, dia hanya kesal melihat kedua orang tuannya yang saling menyalahkan satu sama lain.

"Rian." tegur Adam.

"Apa? Opa mau biarin mereka ribut disini? Saling menyalahkan satu sama lain? Gak mikir Zee yang lagi sakit? Udah dewasa tapi kelakuan seperti remaja." Sindir Rian. Arga dan Nara hanya diam, merasa bersalah dengan sikap mereka.

"Noh liat noh, anak lo berdua lebih dewasa dari pada orang tuanga sendiri. Bego." Farrel menyambung sambil menatap Arga dan Nara sinis. Kila langsung mencubit lengan Farrel membuat sang empuh meringis pelan.

"Aduh kenapa sih, yang?"

"Kamu diam aja, jangan mgomporin." Bisik Kila menatap Farrel tajam.

"Biar mereka sadar, yang." Kila sekali lagi mencubit lengan Farrel kuat dan menatapnya tajam.

"Maaf," Ucap Arga dan Nara.

"Daddy sama mommy jangan berantem lagi ya." suara kecil dan lemah itu mengalihkan atensi mereka. Dengan sigap Arga mengambil segelas air putih dan memberikannya pada Zee saat di ingin memintannya.

"Daddy sama mom jangan berantem lagi ya, Zee takut!" Ucap Zee setelah dia selesai minum. Arga dan Nara mengangguk.

"Ini salah Zee kok. Zee yang maksa mommy buat  ikut shooting, dad." Arga mengangguk sambil mengelus puncak kepala Zee.

"Maafin Zee, Zee cuma pengen ikut shooting,"

"Iya sayang, iya."

"Dad,"

"Iya sayang?"

"Zee mau oreo." ucapnya dengan puppy eyes. Arga menggeleng lalu memalingkan wajahnya agar tidak melihat wajah Zee yang bisa meruntuhkan pertahanannya.

Zee mendengus dia menatap para kakak-kakaknya persis seperti dia menatap Arga. Kakak-kakak Zee pun ikut memalingkan wajah mereka. Hal itu membuat Zee berdecak sebal dia menatap Alex dan Aaron, keduanya pun sama. Berikut Justin dan Jack, tetap sama juga.

"Jahat!" Zee mengambil ponselnya lalu mengetik sesuatu.

"Zee kan cuma pengen makan oreo aja gak boleh! Jahat, pelit!" Gerutunya pelan membuat mereka semua menahan tawa.

Beberapa menit kemudian. Pintu ruangan Zee terbuka menampilkan Gibran yang menenteng satu kantong plastik berukuran jumbo. Arga yang melihat itu mendengus sebal. Keras kepala! Sedangkan Gibran hanya tersenyum kikuk ketika melihat tatapan tajam Arga yang menusuk tertuju padanya.

Gue salah kah?

"Yeyy! Sini kak," Gibran mendekati Zee lalu memberikan kantong plastik itu. Yang pasti kalian tahu apa isi dari kantong plastik tersebut.

Zee langsung menghamburkannya di brankar miliknya. Rayhan membulatkan matanya ketika melihat isi dari kantong plastik tersebut.  (terkejut seperti emot ini '😱' astaga maaf canda-canda)

"Eh buset! Banyak bener Zee, yakin Zee bisa abisin sendiri?" Tanya Rayhan.

"Kalo gak yakin bilang ya Zee," Edgar menyambung.

"Kalo Zee gak bisa abisini sendiri emang kenapa kenapa?"

"Kita bakalan bantu dengan senang hati." Ucap Kenneth.

"Bantu apa?"

"Bantu habisin."

Tbc

ZEE'S STORYजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें