TS#63

1.2K 153 22
                                    

Bagian 63: Harus Berpisah Lagi

Tentang Senja...

Aku yakin suatu hari ini akan berakhir, dan kita bisa hidup bahagia di sisa umur yang kita punya. Seperti yang kita tahu, ada penghujung yang indah di akhir kisah kita, seperti senja yang indah di penghujung hari.

***

Hidup mengalami perubahan hari demi hari. Esok hari tidak akan terjadi yang dialami hari ini, dan kemarin juga tidak akan sama seperti hari ini. Entah itu alurnya atau suasananya. Yang pasti, tak ada manusia yang akan merasakan hidupnya hari demi hari yang sama. Pasti ada yang berbeda, entah itu cuaca, kegiatan, orang yang ditemui, bahkan warna pakaian. Dan, akan betapa jenuhnya jika manusia dihadapkan hal yang sama setiap hari. Di samping itu, perubahan yang dialami itu bentuk kuasa dari-Nya. Semuanya telah tercatat dalam lauh Mahfudz sebelum bumi dan langit di ciptakan.

Jika semuanya sudah ditulis dan ditakdirkan, apakah manusia bisa mengubahnya? Tentu saja bisa. Umat Islam menyakini rukun iman yang ke enam, yaitu iman kepada Qadha dan Qadar. Di mana Qodar ini bisa diubah. Caranya? Dengan doa. Jadi, bisa saja doa yang dipanjatkan hari ini, dan berubah-ubahnya alur kehidupan setiap hari, itu cara Allah membimbing hamba-Nya menuju terkabulnya doa yang dipanjatkan. Dan, Allah punya cara tersendiri untuk mengabulkan doa dari setiap hamba-Nya. Dan, Dia Maha Mengetahui yang terbaik untuk hamba-Nya.

Mengetahui tentang itu, hati Rayyan cukup tenang bahwa ujiannya hari ini akan membawanya dan Alsya menuju tempat tertinggi dari kesabarannya selama ini. Ia juga ingat, hidup ini tempat berlelah, kalau tidak lelah nanti kalau sudah surga.

Baru saja terlelap menyusul Alsya yang sudah lebih dulu tidur, Rayyan kembali membuka mata ketika mendengar suara pintu dibuka. Rayyan menjadi waspada. Karena tidak mungkin dokter atau perawat datang. Rayyan langsung menoleh ke belakang untuk memastikan. Hatinya cukup tenang ketika melihat yang datang ternyata Ayubi dan Radit. Rayyan langsung beranjak, kemudian menghampiri mereka yang sudah duduk di sofa. Tidak lupa Rayyan menyalami mereka, kemudian duduk di samping Ayubi.

"Maaf, Ayah ganggu kamu," ucap Ayubi.

"Tidak apa-apa, Yah. Saya belum tidur juga," jawab Rayyan.

"Alsya sudah tidur, Ray?" tanya Radit.

Rayyan mengangguk. "Seharusnya sudah pulas, Pa."

Radit terkekeh pelan, kemudian menoleh ke belakang melihat putrinya lagi.

Rayyan memperhatikan Ayubi dan Radit dan cukup bingung melihat mereka datang malam-malam.

"Maaf, Yah, Pa. Bagaimana keadaan? Hari ini saya belum dengar kabar apapun lagi," ucap Rayyan.

"Itu yang mau kita bahas, Ray. Maka dari itu, kita ke sini. Saat ini hanya rumah sakit ini tempat yang aman. Dan, malam ini ada yang mau kita diskusikan," ucap Ayubi.

Rayyan tidak menjawab, karena bersiap menyimak apa yang ingin ayah dan papa mertuanya diskusikan. Kemudian, ia melihat Ayubi yang mengkode lewat mata meminta Radit yang menjelaskan terlebih dulu.

"Besok dan lusa keluarga akan bertahap menuju Madinah. Papa sudah pesankan tiketnya. Besok yang berangkat eyang Rania, Ameera, dan Anza. Lusanya, Zahra, 'Ula, dan Alsya. Sedangkan, Zain tidak akan berangkat. Anza dan Zain sudah berdiskusi, dan hasilnya Zain tidak berangkat. Rencananya dia akan memindahkan kakaknya ke rumah sakit tempatnya bekerja," ucap Radit.

Tentang Senja [VERSI REVISI]Kde žijí příběhy. Začni objevovat