TS#20

1.6K 153 13
                                    

Bagian 20: Aku Mencintaimu

Tentang Senja...

Aku mencintaimu. Lihat, aku sudah berani mengungkapkan ini. Jadi, tolong dijawab dengan jawaban yang aku inginkan.

___________________

Yura benar-benar mengajak Alsya liburan. Yura, Alsya, ditambah Hilya sampai di hotel pukul 4 sore. Hotel yang dipilih adalah hotel bintang dua yang berjarak kurang lebih 10 km dari Gunung Bromo. Lumayan jauh, namun mereka akan lebih menikmati perjalanan menggunakan jeep nanti.

Pukul 4 pagi mereka sudah berada di perjalanan. Udara sangat dingin yang membuat mereka sama-sama memakai jaket parasut, sarung tangan, ditambah masker.

Entah berapa jam atau menit di perjalanan, mereka sudah mulai sampai di tempat untuk menunggu matahari terbit. Jeep terparkir di bawah, sedangkan mereka harus berjalan menanjak menuju tempat itu.

Semburat orange mulai terlihat. Dari atas sana gunung dan kawah Bromo berdiri sangat megah. Asap mengepul dari kawah gunung. Langit yang hitam bertambah cantik karena perpaduan garis-garis cahaya orange. Matahari mulai nampak malu-malu mengintip dari ufuk timur.

Yura dan Hilya mengajak Alsya berfoto-foto ria sampai puas. Setelah itu Alsya kembali terdiam sembari menikmati pemandangan yang indah. Perlahan namun pasti, langit sudah cerah. Matahari mulai naik. Para pengunjung juga mulai turun untuk melanjutkan perjalanan lagi.

Alsya masih tak mau beranjak. Ia menghela napas sambil merapatkan jaket. Yura dan Hilya yang berada di sampingnya membiarkan Alsya dengan pikiran dan dunianya sendiri. Mereka mengerti Alsya butuh waktu menenangkan diri dari apa yang terjadi akhir-akhir ini.

Gadis yang memakai jaket parasut warna peach itu terdiam. Sembari pandangannya lurus pada ciptaan Allah Ta'ala yang begitu luar biasa. Dalam hatinya tak berhenti mengucap syukur karena masih diberi kesempatan melihat itu semua. Namun, tiba-tiba dalam diamnya sekelebat kejadian memutar dalam memorinya.

"Kak Aca memang selalu seperti ini, kan? Mengelak dari kesalahan."

"Selama ini Kak Aca selalu bohongin aku. Kak Aca munafik! Kak Aca pembohong! Kak Aca jahat!"

"Siapa lagi yang harus aku salahkan? Karena menurutku, hanya Kak Aca yang pantas disalahkan. Kak Aca memang gak pernah senang lihat aku bahagia, kan?"

"Cuma pengecut yang lari dari masalah. Kak Aca gak pantes jadi kakak. Gak ada kakak yang merusak kebahagiaan adiknya. Kak Aca bukan kakak aku, tapi musuh aku."

"Di mana Kak Aca sembunyiin kertas desain aku?!"

"Aku gak tau."

"Di mana?! Kak Aca kenapa sih gak jujur aja?!"

"Kertas itu penting buat aku!!!"

"BRAK!"

"Alsya!!!"

Telinga Alsya berdengung mengingat kejadian itu. Kepalanya tiba-tiba terasa sakit. Suara ramai pengunjung di sekelilingnya seperti suara radio rusak.

Dadanya sesak. Matanya berkaca-kaca. Sekuat tenaga ia tetap berdiri kokoh, walau degungan di telinga semakin hebat.

Yura dan Hilya yang tengah asyik memfoto pemandangan, jadi menoleh pada Alsya yang tengah menunduk. Mereka melihat wajah Alsya yang seperti menahan sakit. Baru saja ingin menanyakan keadaan Alsya, tepukan di pundak Yura membuat langkah mereka berdua berhenti. Mereka mau tidak mau menyilahkan sosok itu menghampiri Alsya.

Tentang Senja [VERSI REVISI]Where stories live. Discover now