TS#35

1.4K 149 8
                                    

Bagian 35: Tidak Ditakdirkan Bersama

Tentang Senja...

Aku berhadapan dengan ruang. Mencoba mendorong temboknya, namun lagi-lagi aksa yang kudapat. Kita bagaikan sejauh barat ke timur. Mencoba menipiskan jarak, namun nabastala terlalu luas membentang. Aku ingin kita berakhir harsa, namun nestapa selalu menjadi akhirnya.

***

                    

Seperti yang dikatakan Rayyan pada Airin, Kahfi dan Aziz datang bersama ke rumah sakit di mana Rayyan masih dirawat. Mereka baru saja pulang bekerja, dan tak lupa ingin menengok sepupu kesayangan. Masih dibalut seragam PDL, mereka keluar dari mobil Kahfi, dan kemudian melangkah menuju pintu masuk rumah sakit.

Langkah keduanya berhenti saat melihat seseorang keluar dari pintu masuk rumah sakit sambil sedikit menunduk tidak jauh dari hadapan mereka.

"Itu Aca, kan?" tanya Aziz.

"Hm, iya," jawab Kahfi. Kemudian, arah pandangnya masih melihat Alsya. Ia terdiam karena merasakan ada yang tidak beres dengan raut wajah perempuan itu.

"Kok nunduk gitu?"

Kahfi menghela napas. Aziz ini terlalu ingin tahu. "Cari uangnya yang jatuh mungkin," jawab Kahfi lagi asal.

"Masa sih?"

"Mau dipanggil?"

"Gak usah. Tuh, orangnya udah mau pulang."

Kahfi memutar bola matanya malas. Kemudian melangkah duluan, disusul Aziz di belakangnya. Kemudian, setelah naik lift mereka pun sampai di lorong menuju kamar inap Rayyan. Kahfi membuka pintu kamar, dan mendapati Rayyan yang berbaring sambil matanya tertuju pada langit-langit kamar. Kahfi ikut mendongak, dan tidak menemukan apapun di sana.

"Assalamu'alaikum," salam Kahfi dan Aziz bersamaan yang membuat Rayyan mengerjap kaget.

"Wa'alaikumussalam," jawab Rayyan sambil membetulkan posisi bantalnya.

"Wih, banyak bunga sama makanan nih," kata Aziz sambil duduk di sofa. Sedangkan, Kahfi duduk di kursi di samping Rayyan bekas Alsya tadi.

"Eh, Ray, daripada bunganya mubazir, mending buat ane. Ane mau kasih ke 'Ula," kata Aziz lagi sambil memisahkan buket bunga yang berada di atas meja.

"Eh, iya, gue juga minta deh buat Dek Anza," ucap Kahfi ikut-ikutan.

Aziz dan Rayyan yang mendengar itu kompak mendelik dan memasang wajah julid. Bagaimana tidak, Kahfi memang pernah mengatakan bahwa ia menyukai Anza, namun tidak pernah sekalipun langsung mendekati atau melamarnya. Kahfi hanya menggodanya ketika di grup chat mereka.

"Yang ada kalian yang ngasih, bukan minta," ujar Rayyan.

"Tau nih, Aziz gak tau malu," ucap Kahfi malah meledek Aziz.

"Dih, katanya mau minta juga," ucap Aziz tidak terima. Kakaknya ini memang tidak konsisten.

"Gue mah cuma bercanda. Masa seorang Al-Kahfi minta? Ih, nggak banget."

"Terserah lu lah." Aziz sudah kesal sendiri, dan tak mau berdebat lagi.

Tuh, kan. Ini nih yang buat Rayyan pusing jika ada mereka. Selalu ribut di manapun mereka berada. Kahfi tertawa puas berhasil membuat Aziz kesal, sedangkan Rayyan hanya menggelengkan kepala pelan. Kalau mereka sampai ribut lagi seperti kemarin, bagaimana Rayyan akan melerainya? Pawang mereka hanyalah Marsekal Madya Damara Azka.

Tentang Senja [VERSI REVISI]Where stories live. Discover now