TS#27

1.5K 152 21
                                    

Bagian 27: Salam Perpisahan

Tentang Senja...

Inginku sampaikan salam perpisahan untukmu. Sebelum ku tutup cerita tentang mencintaimu. Selama ini kamu adalah kalimat panjang dalam ceritaku. Lembar demi lembar adalah tentangmu. Kini aku berhenti.
Karena aku lelah...

***

               Zain memperhatikan Alsya dari dalam mobil. Entah apa yang perempuan itu bicarakan dengan seorang pria yang menyuruhnya datang. Zain menangkap sebuah ekspresi. Tatapan lembut dan mata sendu Alsya berbeda saat pertama kali Zain bertemu dengannya beberapa tahun lalu. Dulu perempuan itu begitu pendiam dengan tatapan polos. Begitulah Zain mengingatnya.

Sekian purnama Zain menunggu moment ini. Namun, yang ingin ia temui ternyata memiliki kisah yang rumit. Alsya dengan pria itu. Zain yakin bahwa pria itu memiliki perasaan kepada Alsya. Dan, Zain juga melihat bahwa Alsya masih bingung tentang perasaannya. Namun, saat ini Zain yakin bahwa sebenarnya Alsya membalas perasaannya. Tak mungkin Alsya akan datang menemuinya jika tak ada perasaan.

Zain masih melihat Alsya, kemudian sedikit terkejut dengan panggilan telepon dari Ummi. Zain pun segera mengangkat panggilan tersebut.

"Assalamu'alaikum, Ummi."

"Wa'alaikumussalam, Zain. Bagaimana? Kamu sudah antar Alsya?"

"Hm, saya juga lagi tunggu di luar."

"Siapa yang bertemu dia?"

"Saya tidak tau, Ummi. Tapi, saya lihat orang yang sangat Alsya kenal."

"Ya sudah, tunggu saja. Antar lagi Alsya dengan selamat ke rumah Ummi ya."

"Iya, Ummi. Saya tutup teleponnya ya."

"Iya, Zain."

Sambungan terputus. Bersamaan dengan itu Zain melihat pria yang bersama Alsya beranjak pergi. Zain memasukkan ponsel ke dalam saku celananya. Kemudian, melihat Alsya menunggunya keluar. Namun, beberapa menit terlewati Alsya masih duduk di sana sambil memegang sebuah benda. Dari kejauhan Zain cukup sulit melihat apa benda yang dipegangnya. Tak ada tanda-tanda Alsya akan beranjak, Zain keluar dari dalam mobilnya. Kemudian, masuk ke dalam kafe ke tempat di mana Alsya duduk.

"Alsya," panggil Zain. Perempuan itu seperti terkejut dan langsung memasukkan sebuah buku ke dalam paper bag di hadapannya. Zain pun duduk di depannya yang dibatasi meja. Kemudian, perempuan di depannya tersenyum terlihat berusaha ceria.

"Maaf lama ya, Kak. Harusnya kak Zain langsung pulang aja. Aku gak apa-apa."

Zain tidak menjawab. Sebenarnya ingin sekali lebih lama memandangi wajah Alsya, namun ia takut membuatnya terbuai yang akhirnya berzina mata.

"Tadi siapa?"

Alsya menoleh. "Teman aku, kak."

Tiba-tiba hujan turun sangat deras membuat tanah yang tadinya kering langsung basah. Mereka kompak melihat kaca yang menampilkan hujan deras di luar. Zain cukup canggung karena saat ini akan sulit meminta Alsya untuk pulang, karena mereka tidak memiliki payung.

"Kamu mau pesan apa, Sya? Sekalian kita tunggu hujan reda sebelum saya antar kamu ke rumah Ummi."

"Aku mau latte aja, kak."

"Ya sudah, saya pesankan dulu."

Zain pun pergi untuk memesan sekalian bayar langsung di kasir. Tak lama, Zain pun kembali ke tempatnya di mana Alsya sedang duduk termenung di sana. Hujan masih mengguyur. Kali ini lebih deras.

Tentang Senja [VERSI REVISI]Where stories live. Discover now