TS#4

2.1K 168 3
                                    

Bagian 4: Perjodohan

Tentang Senja...

Adakah yang lebih menyakitkan dari ini? Tentang pergimu tanpa pamit, dan tentang harapku yang begitu pelik.

_______________


Bagi prajurit seperti Rayyan tiada hari tanpa latihan. Setiap harinya harus selalu siap jika ada perintah dari komandan. Kadang lelah dan bosan menyerang. Tapi, Rayyan selalu ingat bahwa untuk bisa mencapai di titik ini tidaklah mudah. Dan, menjadi prajurit adalah pilihannya.

Salah satu senapan laras panjang dipakainya untuk latihan sore ini. Kemampuannya semakin hebat dan tidak diragukan lagi dalam satuannya. Jalannya juga begitu panjang hingga bisa menjadi salah satu anggota Satuan 81 di bawah Komando Pasukan Khusus. Dulu Satuan 81 bernama Sat 81 Gultor atau Satuan 81 Penanggulangan Teror. Namun, kini berganti nama karena tugasnya tidak hanya untuk penanggulangan teror.

Kalau diingat-ingat perjalanan Rayyan tidaklah mudah. Sejak memasuki bangku SMA, Rayyan telah berpisah dari kedua orangtuanya karena memilih bersekolah di SMA Taruna Nusantara di Magelang. Setelah lulus SMA, Rayyan mengikuti seleksi Taruna Akmil dan lulus di tahun yang sama. Selama 4 tahun menjalani pendidikan di Akademi Militer, akhirnya ia pun lulus menjadi Perwira Remaja. Setelah lulus pun perjuangan dan perjalanannya tidak berhenti, ia berlanjut menjalani pendidikan komando selama 7 bulan, kemudian perang hutan selama 1,5 bulan, pendidikan spesialisasi beberapa bulan, pendidikan Gultor selama 3 bulan, orientasi grup, kemudian batalyon. Kini ia pun menjadi satu-satunya dalam keluarga yang mengikuti jejak dari kakeknya, Letjen (Anumerta) Muhammad Azka Alfakhri, yang pernah menjabat sebagai Komandan Jenderal atau Danjen Kopassus.

Terlahir sebagai anak tunggal tidak membuat Rayyan menjadi anak yang manja. Sejak kecil pun Rayyan tidak pernah kesepian. Menjadi tetangga dari Si Senja dan Embun saat kecil dulu rumahnya tidak pernah sepi. Dua gadis kecil itu selalu datang ke rumah untuk mengajak Rayyan bermain. Bahkan dulu si kecil Senja yang mempunyai tugas menjaga adik kandungnya dan juga Rayyan.

Dari dulu pun, Senja Alsya Assyifa adalah titik fokusnya. Tidak hanya ceria, gadis itu begitu baik hati. Bahkan sampai sekarang usia yang ke 26 tahun, perempuan itu masih sama seperti saat kecil dulu, ceria, baik hati, berbakat, dan cerdas.

Sedang asyik bernostalgia masa kecilnya, layar ponsel Rayyan menyala. Rayyan pun melihat pop message dari Ibunya.

Ibuku: jangan lupa malam ini ya, Akang.

Kini nostalgia Rayyan yang indah itu berganti ingatan yang muncul karena pesan itu. Ingatan yang membuat Rayyan ingin enyah dan melupakan segalanya, karena bisa jadi malam ini adalah mimpi buruknya.

Rayyan mengusap wajahnya dengan kasar. Wajahnya menjadi masam sambil berjalan menuju mess.

__________

Jalanan Jakarta di malam Minggu tidak pernah sepi. Kini mobil Rayyan membelah keramaian itu. Menolak perintah ibundanya bukanlah sikap yang bisa Rayyan berikan. Jika Rayyan bisa patuh pada perintah komandannya, kenapa Rayyan tidak bisa patuh pada perintah ibunya? Walau dengan berat hati Rayyan tetap berangkat.

Beberapa meter lagi sampai di gerbang sebuah perumahan mewah, Rayyan melihat sebuah motor Scoppy yang dikendarai oleh seorang wanita berjilbab hijau tosca dengan sedikit sentuhan warna putih. Rayyan pun melihat sekilas perempuan itu menyapa security yang berjaga di gerbang depan sebelum akhirnya motor Scoppynya membelah jalanan padat ibukota.

Tidak seperti niat awal, Rayyan malah mengikuti perempuan itu. Pandangannya tak lepas darinya. Kalau melamun sedikit, Rayyan bisa kehilangan jejaknya. Rayyan tak tahu ke mana perempuan itu pergi. Hingga akhirnya mereka memasuki sebuah perumahan sederhana, dan perempuan itu berhenti di salah satu rumah.

Tentang Senja [VERSI REVISI]Where stories live. Discover now